• blind date •

1.5K 191 73
                                    

sorry for typo,
and happy reading!

Seorang pemuda berparas manis turun dari mobil hitamnya setelah memarkirkan kendaraan itu dengan benar. Membaca tulisan nama sebuah cafe di depannya, untuk memastikan apakah dia berkunjung ke tempat yang tepat atau tidak. Belift cafe, sesuai yang dikatakan oleh sahabatnya.

Jake Shim, pemuda manis bermanik hazel itu melangkah menuju pintu cafe. Ia datang kemari bertujuan untuk melakukan blind date. Lebih tepatnya kencan buta atas permintaan sahabatnya, Kang Minhee. Tentu saja ada imbalannya, yaitu Minhee berjanji akan mengajaknya liburan bersama ke Pulau Bali. Ditambah karena ucapan Minhee yang sedikit menyindirnya.

"Kau tidak bisa terus berkencan dengan buku-buku sialanmu itu, Jake. Sesekali berkencan lah dengan manusia sungguhan. Ini kesempatan untukmu."

Begitulah kata si pemuda Kang, membuat Jake mau tidak mau harus menurutinya. Lagipula, Jake percaya sahabatnya itu akan memilihkan pasangan yang baik untuknya. Mengingat Minhee juga sangat protektif padanya. Ia pikir tidak ada salahnya mencoba, siapa tahu dia cocok dengan orang yang dipilihkan oleh Minhee itu.

Kalau tidak cocok jadi pasangan, setidaknya masih bisa jadi teman. Kira-kira begitu pikir Jake.

"Ah, lebih baik aku menghubungi Minhee dulu." gumamnya, mengeluarkan ponsel dari saku celana.

Minhee

aku sudah di depan cafe |
apa yang harus aku lakukan? |

Tak lama kemudian, Minhee membalas.

Minhee

| masuk saja, jake
| orangnya belum membalas pesanku
| entah sudah sampai atau belum

begitu ya? |
lalu bagaimana? |

| masuk dan tunggulah di dalam dulu
| tadi orangnya sempat bilang padaku
| kalau dia memakai baju hitam

baju hitam? |

| huum
| oh iya
| orangnya tinggi dan tampan hahaha

hmm |
baiklah kalau begitu |
aku akan langsung masuk ke cafe |

| good luck jake! <3

terimakasih minhee-ya |

Tanpa menunggu balasan lagi dari sang sahabat, Jake kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku. Lalu membuka pintu cafe dan melangkah masuk. Manik hazelnya menyapu ke seluruh ruangan, mencari meja yang kosong. Suasana cafe malam ini tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang.

Di tengah kegiatannya mencari meja, tiba-tiba atensi Jake tertuju pada sosok lelaki yang duduk di salah satu meja paling ujung. Lelaki itu memakai pakaian warna hitam, dan perawakannya juga tinggi tegap. Jake berpikir, apakah lelaki itu orang yang akan kencan dengannya?

"Baju hitam dan badannya tinggi, apakah mungkin dia? Haruskah aku menghampirinya?"

Kedua kaki Jake sudah terangkat hendak melangkah, namun berhenti lagi.

"Tapi, bagaimana kalau bukan dia?"

Saat Jake masih bergelut dengan pikirannya, seorang pelayan cafe tiba-tiba menghampirinya yang masih berdiam diri di depan pintu.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" sapa pelayan itu sopan nan ramah.

Tepat setelah si pelayan cafe bicara, lelaki di meja ujung itu menolehkan kepalanya ke arah si pemuda Shim. Jake tertegun, lelaki berbaju hitam itu sangat tampan. Manik setajam elang itu menatap intens pada si manik hazel, mengunci pandangan Jake selama beberapa detik.

this is sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang