4. Being us?

2.3K 248 17
                                        

Jeffrey dan Tata sampai di kediaman Chandika, rumah itu keliatan hangat kalau dibandingkan dengan cuaca di luar yang sedang hujan. Tapi tetep aja Tata masih butuh ngeyakinin diri buat berani ngelangkah masuk ke dalam rumahnya.

Tata memandang Jeffrey dari samping, mencoba kembali meyakinkan diri kalau Jeff emang bisa dia percaya. Ngerasa diperhatikan, Jeff menoleh. Langsung menatap manik kecoklatan yang entah kenapa selalu bisa buat hatinya menghangat.

"Kenapa, Ta?"

Tata menghembuskan nafasnya pelan. "Enggak, kakak beneran mau nemenin aku masuk?"

Jeffrey ngangguk. "And don't call me kakak, panggil nama aja."

"Why?"

"I'm not your big brother."

Tata memutar matanya malas. "Okay."

"Yuk."

Tata mengiringi langkah Jeffrey menuju rumahnya. Jeff mengetuk pintu di depannya, sementara Tata memilin hoodie milik Jeff yang dia pakai.

ART yang membukakan pintu langsung meminta mereka masuk, karena sudah ditunggu oleh daddy dan mommynya Tata.

"Selamat malam om dan tante." Sapa Jeffrey begitu melihat orang tua Tata di kursi ruang tamu, sekolah memang menunggu mereka.

Sementara itu Tata langsung berhambur ke pelukan abangnya. "Abaaang, Tata takut."

Yudis menepuk punggung adiknya. "It's ok, abang here."

Chandra dan Btari sejujurnya kaget, dia fikir Tata pulang sendiri. Ternyata "the heir" yang sering kali dibicarakan orang-orang baik masyarakat umum apalagi para pelaku bisnis yang mengantar anak mereka.

"Selamat malam." Jawab Chandra.

"Duduk, nak." Ucap Btari. "Tata, baju siapa itu?" Tanyanya karena seingatnya tadi putrinya itu memakai kemeja putih.

Tata menatap hoodie yang dipakainya. "Punya Jeff." Jawabnya.

Jawaban Tata berhasil membuat sepasang suami istri itu saling pandang.

Jeff yang sepertinya mengerti situasi sekarang berusaha mengambil atensi.

"Ekhem, maaf sebelumnya saya lancang bawa Tata. Saya disini cuma mau ngelurusin hal yang mungkin om dan tante keliru."

Semua orang menatap ke arah Jeff, menunggu apa lagi yang akan keluar dari mulutnya.

"Saya sama Tata emang pacaran, kami emang belum ngasih tau hubungan kita ke siapa-siapa karena banyak pertimbangan. Salah satunya karena kita ngejalanin hubungan ini masih terbilang baru." Jeffrey berhenti sejenak, menatap Tata yang kini menatapnya garang. Dia tersenyum kecil, dia juga bingung entah kenapa malah kata-kata itu yang keluar dari mulutnya.

Jodoh mungkin?

"Hal lainnya, ya karena saya dijodohin dengan seseorang pilihan orang tua saya. Tapi karena mama saya sekarang udah tau kalau saya punya Tata, perjodohan itu udah gak dilanjut lagi."

Yudis yang dari tadi cuma nyimak sekarang angkat bicara, fyi. Yudis emang keliatannya serem, tapi dia bisa soft kalau sama adiknya itu.

"Bener gitu, Ta?" Tanyanya pada adik nya yang dari tadi hanya diam.

Tata mengangkat kepalanya, natap satu persatu orang dalam ruangan kemudian berhenti di mata hitam pekat milik Jeffrey yang gak tau kenapa kayak minta dia iyain aja.

"Tata takut mau bilang ke kalian, maafin Tata." Ucapnya lirih, langsung memeluk abangnya karena merasa bersalah sudah berbohong. Lihat saja, abis ini dia akan memaki Jeffrey.

Perfect Us(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang