13. Ambivalen

1K 163 19
                                    

Ambivalen; mencintai dan membenci pada orang yang sama.

.

.

Seseorang sedang duduk di atas sebuah gedung kampus dengan kaki menggantung ke bawah, pemandangan sore hari menjadi hal menarik olehnya, hingga satu tepukan halus membuatnya menoleh sekilas dan tersenyum pada orang itu yang baru saja memberikan minuman dingin untuknya.

"Thank you Ri". Ucapnya lalu di balas oleh anggukan, Aeri melihat ke bawah dan sedikit bergedik ngeri melihat betapa tingginya gedung ini.

"Lagi mikirin apa?". Tanya Aeri yang lebih memilih berdiri di samping Winter.

"Papa sama mama besok ke Milan dan aku di minta ikut".

"Terus masalahnya?". Winter menghela nafas dan menatap ke bawah sana.

"Aku ngerasa jadi boneka mereka, semua harus di turutin, aku muak Ri, aku gak mau kayak mereka... Aku lebih suka kebebasan daripada harus ngikutin kata mereka yang bahkan aku gak suka". Aeri terdiam menaruh minumannya di pagar pembatas.

Aeri tau, Winter sedari dulu menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya, mengikuti segala perintah dan juga hal hal yang sebenarnya gak Winter sukai, ikut pemotretan dan belajar bisnis itu sama sekali bukan passion nya, mau berontak tapi Winter masih menghargai orang tuanya yang selama ini mengurus dan membiayai hidupnya.

"Lo tau Win, ka Zelgi itu sedikit mirip kayak kisah hidup lo, dia ngikutin segala keinginan orang tuanya tapi sejak lulus kuliah dia berontak... Hidup mandiri di apartemen dan membiayai hidupnya sendiri, walaupun pekerjaan nya sekarang bukan sesuai sama yang dia mau Win, tapi dia masih melakukan hal kesukaannya, kayak dia suka musik, tari dan melukis". Memberi jeda kini Aeri menepuk pundak Winter.

"Sebenarnya kita bisa melakukan kebebasan tapi lo juga harus punya bekal dan kesiapan buat melakukannya, lo bisa kok buat berontak tapi lo harus bisa tanggung konsekuensinya.. lo harus nyoba jangan hidup penuh dengan kekangan, kita butuh sesuatu yang mendorong kita untuk maju Win, ini hidup lo dan lo harus bisa ngatur hidup lo sendiri bukan mereka...". Winter termenung sambil mengepalkan tangannya entah sesak di dadanya terasa bagaimana dia di didik oleh orang tuanya yang cukup keras, belajar mati matian agar memenuhi ekspektasi mereka tapi nyatanya itu nyakitin diri sendiri.

Kurang tidur, bahkan makan lalu waktu, yang bahkan dia gak begitu tau dunia luar itu lebih menyenangkan dari apa yang di bayangkan, Winter pernah jatuh sakit karena kelelahan dan mimisan beberapa kali, tapi orang tuanya tak peduli, yang mereka pedulikan adalah nilai nilai dan nilai dengan alasan ingin masa depannya lebih baik.

Aeri membiarkan Winter disana, dia hanya berniat menemani yang biasa dia lakukan ketika di sekolah dulu bersama Viny. Aeri dan Viny memang tau keadaan Winter seperti apa dan mereka tak bisa membantu apapun selain menemani nya seperti ini, butuh teman cerita atau sekedar menumpahkan stress nya selama ini.

.

Zelgi baru saja memarkirkan mobilnya di halaman rumah Wendy dan dengan cepat dia masuk mencari sosoknya.

"Wen, Wendy". Panggilnya menuju kamar dan saat itu juga ia menemukan Wendy yang duduk di bawah kasur dengan keadaan yang berantakan, wajahnya tertunduk dengan sisa tangisnya.

"Mana Joy?! Mana cewek itu!". Teriak Zelgi saat dia baru saja ingin membuka pintu tapi suara Wendy menghentikannya.

"Udah, dia udah pergi".

"Apa yang sebenarnya terjadi?! Apa yang dia lakuin sampe lo kayak gini?". Zelgi sangat geram karena melihat sahabatnya se-hancur ini.

"Dia minta gue buat memperjuangkan nya tapi gue gak bisa karena dia udah nikah dan gue gak mau merusak itu, tapi hati kecil gue berkata lain gue pengen selalu bersama dia dan menghancurkan rumah tangganya".

Sweet Night; SeulRene AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang