26. feeling and relief

1.3K 106 5
                                    

.
.

Irina baru saja sampai di ruangannya dan saat akan membuka pintu ternyata sudah ada seseorang yang duduk santai di sofa sambil memainkan ponselnya.

Irina menghela nafas lalu menyilangkan kedua tangannya menatap malas orang di depannya.

"Pagi~ ibu CEO". Ucap lelaki bertubuh tinggi itu dengan senyum manisnya.

"Ada apa kamu datang kemari?". Tanya Irina berjalan begitu saja menuju meja kerjanya melewati Loey yang tak melepaskan pandangannya.

"Pagi pagi saya sudah di judesin". Ucap Loey sambil berdiri berjalan menghampiri Irina.

"Ada meeting nanti sama pak kepala cabang yang di Semarang dan lokasinya di Hotel Drey's dan papa kamu bilang kalau kamu beneran gak dateng kali ini semuanya bakal berantakan, kamu tau kan' kalau masalah ini terjadi itu gimana". Loey memberikan berkas ke hadapan Irina.

"PT. Violet sudah bukan urusan kita kenapa masih ikut campur sih, kenapa gak kamu aja yang ngurus 'kan perusahaan kamu yang masih berhubungan baik sama pak Rolan".

"Mereka maunya sama kamu ya gimana, aku cuma di suruh lagian papa kamu gak mau ngelepas perusahaan itu gitu aja kali Rin, kalau sampe itu terjadi itu bakal berdampak buat perusahaan lain... kamu bisa liat di dokumen-dokumen ini dan lihat bagaimana semua konsekuensinya". Irina menghela nafas dan memejamkan matanya sejenak.

"Aku bakal bicara sama papa dan kamu berhenti repot repot buat nyampein hal kayak gini ke aku, kamu bisa lewat sekretaris aku, Loey". Loey tersenyum lalu sedikit mendekatkan tubuhnya ke arah Irina.

"Aku tuh kangen kamu tau, makanya aku sengaja ke sini... yah walaupun aku gak bisa dapetin hati kamu seenggaknya jangan larang aku buat selalu liat kamu Rin, tapi tenang aku udah gak mau ganggu hubungan kalian... capek juga yah ngejar yang gak pasti".

"Kamu baru sadar?!".

"Yah begitulah, Zelgi bisa bikin kamu bahagia dan bikin kamu move on dari mantan kamu daripada aku. Aku nyerah deh, karena sesuatu yang aku kejar juga memang gak pernah bisa aku dapetin". Loey tersenyum tipis lalu berjalan mengambil tasnya yang berada di atas meja.

"Makasih 3 tahun ini, walaupun aku ngejar kamu tapi seenggaknya aku mulai sadar bahwa kamu memang pantas buat di kejar Rin, mungkin cinta pertamaku gak berjalan mulus kayak orang-orang tapi aku yakin aku bakal dapetin cinta yang lebih baik dari ini". Mendengar ucapan Loey membuat Irina terdiam, sebenarnya Irina gak tega dan tersentuh bagaimana dia mengejar dirinya dari dulu tapi tak pernah bisa dia dapatkan.

Loey itu baik cuma terkadang agak tengil aja yang kadang dia gak tau batasan yang bikin Irina agak muak sama sikapnya tapu di sisi lain, Loey itu sosok cowok yang pantas buat di cintai apalagi dia itu bertanggung jawab dan ia setulus itu untuk mencintai seseorang.

"Kalau udah dapetin pacar jangan lupa traktir aku yah".

"Sip, ya udah aku mau balik kantor dan jangan lupa konfirmasiin itu buat laporan dan segera kasih tau kalau memang kamu gak bisa biar gak mendadak banget".

Irina hanya mengangguk dan menatap kepergian cowok jangkung itu dari ruangannya.

Irina mengambil ponselnya lalu menelpon Zelgi karena ia tiba-tiba merindukan kekasihnya itu.

"Iya, sayang".

"Kamu udah di cafe?".

"Udah dari tadi, ini lagi persiapan buat acara malem, kamu kenapa? Lagi gak ada kerjaan kah?".

"Aku lagi kangen kamu aja makanya telepon".

"Miss u too, nanti aku jemput ya".

"Gak usah Gi, aku bakal lembur hari ini dan kayaknya aku gak bisa datang buat event di cafe kamu, maaf ya sayang". Irina melihat ke arah jam nya lalu melihat jadwal hari ini yang sangat padat di tambah pesan yang di sampaikan oleh Loey tadi.

Sweet Night; SeulRene AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang