Terik mentari menembus celah-celah ventilasi dan jendela yang terhalang gorden mustard. Cat dinding putih yang sedikit retak mulai mengelupas karena penguapan. Cerobong asap yang telah lama tak digunakan tidak menjadi pengaruh untuk suhu di dalam ruangan mansion Chester.
Ya, mereka tidak perlu menyalakan perapian, karena suasana di mansion megah itu nyaris sama dengan musim panas yang sedang berlangsung.
Beberapa hari ini, kediaman Duke Chester sedang gempar oleh berita kehilangan. Berita itu membuat seisi mansion geger mengenai perubahan suasana yang menurun drastis.
Duke Orwen Chester, sosok yang beberapa hari lalu masih melunakkan suaranya, kembali menjadi sosok yang dingin. Bukan hanya mimiknya saja yang sedingin kristal es. Tetapi juga sikapnya yang berubah menjadi lebih keras kepala.
Sejak putrinya menghilang, pria itu terus menolak makanan yang disajikan untuknya. Daripada makan, ia lebih sering menitipkan "istana"-nya kepada para bawahannya.
Kini, akhirnya ia kembali setelah melakukan perjalanan tanpa arah yang membuatnya putus asa. Sesekali, dibukanya amplop putih yang ditemukannya tempo hari, hingga kertasnya menjadi kusut.
_____________________________________
Teruntuk Duke Orwen Chester.
Hai, Ayah. Bagaimana kabar Ayah hari ini? Sudahkah Ayah sarapan? Kuharap Ayah menghabiskan makanan Ayah meskipun itu bukanlah sepotong kue tiramisu.
Apa Ayah minum kopi lagi sembari membaca koran? Jangan terlalu banyak minum kopi! Kafein tidak baik untuk kesehatan lambung Ayah yang sudah tua, okay?
Pertama, maafkan aku. Aku pergi tanpa pamit dan hanya meninggalkan jejak berupa surat ini. Tapi, bukan berarti Ayah tidak berarti bagiku. Aku hanya ... ingin sendiri.
Mengertilah, Ayah, aku pergi bukan karena tekanan batin ataupun masalah hidup. Tidak ada yang salah dari mansion Chester maupun yang lainnya.
Namun, aku pergi karena ingin bebas.
Aku hanya ... ingin berkelana ke seluruh benua sendirian.
Dan ... satu hal yang ingin kusampaikan kepada Ayah.
Aku sangat menyayangi Ayah, meskipun aku tidak pernah berani mengucapkannya. Aku begitu senang saat Ayah melontaran pertanyaan sederhana seperti; sudah makan atau belum, berapa uangmu sekarang, bagaimana jika membeli baju baru.
Ayah adalah figur orang tua yang hebat. Sekalipun mereka membicarakan Ayah yang katanya terlalu cinta pekerjaan, Ayah sudah berjuang keras.
Ayah, terimakasih atas segalanya. Maafkan aku jika aku banyak melakukan kesalahan.
Satu permohonanku untuk Ayah: semoga Ayah tetap menjaga keluarga kita sama seperti biasanya. Tetaplah berhubungan baik dengan Serena, ya, meskipun aku sudah tidak ada. Okay?
Tertanda,
Putri keduamu,
Senika Chester.
______________________________________
Sudah ratusan kali surat tesebut dibacanya. Tapi, hal itu tak melelahkan sepasang matanya. Hanya saja, dua lembar kertas itu sudah mampu memantik api emosi di dalam raga Orwen.
Mengapa? Mengapa gadis ini pergi saat tidak ada masalah apa-apa?
Ia sama sekali tidak percaya dengan apa yang ia tulis. Terlebih, alinea terakhir dari surat itu seperti bermakna bahwa Senika akan pergi selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Want The Male Lead's Obsession
Viễn tưởngSenika Chester adalah seorang Lady "Mawar Biru" yang paling dicintai sekekaisaran. Ia memiliki segalanya; mulai dari kecantikan, kekuatan, kehormatan, hingga kekasih impian para gadis. Hidupnya diberkahi berwarna-warni kasih sayang yang tiada hentin...