Bagian 8 : Duchess Solelia Chester

11.1K 1.4K 14
                                    

Warning:

Di bawah ini hanyalah cerita fiksi. Perilaku berbahaya harap tidak untuk ditiru!
______________________________________


Kreet

Pintu terbuka. Derik kayu kala kami melangkah mempersuram suasana. Aku yang membiarkan Serena memimpin melongok.

"Kakak, tempat apa ini?" cemasku, menyadari betapa gelapnya ruangan ini.

"Sudah, diam dulu," katanya tenang.

Puluhan barang antik berjajaran berantakan. Di setiap sudut tak ada yang bersih dari sarang laba-laba. Sudah gelap, sempit pula. Aku bisa merasakan betapa pengapnya tempat ini. Hanya ada satu ventilasi kecil dan jendela yang lapisan debunya sangat tebal.

Klang

"Gaaah!" pekikku, sehabis menyenggol sesuatu.

Serena berbalik ke arahku. "Senika, ada apa?"

Sebuah jam pasir terjatuh di dekat sepatuku. "Tidak," singkatku, yang kemudian menaruhnya kembali ke atas meja.

Serena lantas menggenggam tanganku. Kami meneruskan perjalanan sampai ke ujung ruangan.

"Nah, sudah sampai."

Kini kami berada di depan perapian yang sudah lama tidak digunakan.

"Tidak ada apa-apa di sini," komentarku.

"Lihatlah ke atas!"

Sepotret lukisan semu tergantung di dinding. Lukisan itu tertutupi oleh sehelai kain putih. Penasaran, aku membukanya perlahan.

"Ini .... "

"Ya, itu adalah kita."

Sebuah keluarga bahagia tergambar jelas. Mereka adalah pria maskulin berambut biru tua, seorang wanita dewasa yang sangat cantik, dan dua orang anak kecil di pangkuannya. Keempatnya nampak tersenyum bahagia. Sesuai keterangan Serena, berarti mereka adalah Duke, Duchess Chester dan kami yang masih balita.

"Jadi ini ibu," gumamku.

Aku menatap lama potret wanita itu. Rambutnya berwarna putih kekuningan. Matanya sangat bening dengan iris biru laut. Kulitnya yang setingkat ivory dibalut dengan gaun tipis bermotif bunga. Dengan ekspresi lembutnya, wujudnya terlukis indah bagaikan peri air.

"Cantik sekali."

"Iya kan?" kata Serena yang ikut menatapnya. "Sayangnya, ibu sudah tidak ada. Ini adalah satu-satunya."

"Benarkah?" tanyaku.

Aku menoleh ke Serena, "Kenapa hanya ada ini? Dimana yang lain?"

Serena mengedipkan mata, kemudian menunduk. "Sayangnya, mungkin sudah tidak ada. Aku diam-diam menyimpan yang satu ini sebelum ayah berencana membakarnya."

"Apa? Kenapa ayah mau membakarnya?"

Ia menggeleng pelan, "Entah. sepertinya ayah tidak mau mengingat ibu."

Hal ini sulit dimengerti. Ada beberapa hal yang berbeda dari detail novel. Seharusnya, Duchess Solelia Chester masih hidup.

Tapi sekarang?

Kenapa dia meninggal?

"Kakak, maaf jika aku menanyakan hal ini. Kenapa ibu bisa meninggal?"

Tadinya, aku belum sempat bertanya karena tidak enak hati dengannya. Menurut pelayan, Serena lah yang sudah membunuh Duchess. Jadi, aku tidak mau membuat hubungan yang baru saja kami bangun berjarak lagi.

I Don't Want The Male Lead's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang