Pria berkulit bersih itu sedang betopang dagu sembari mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Sesekali, ia melirik arloji antik yang berasal dari saku jubahnya.
"Apakah permata ini yang Anda maksud?"
Aku menampilkan sebuah permata berwarna dasar emerald. Permata itu selaras dengan warna mata sang pria yang sehijau daun maple.
"Coba kulihat!"
Ia mengambil permata itu dan mengelus-elusnya. Sesekali, ia menerawang dan mengetuk benda tersebut dengan kukunya.
"Itu barang yang asli, Tuan. 'Green Roque Sharp' yang teramat langka dari Negeri Albasyian. Toko lain belum tentu memilikinya," jelasku, penuh penekanan.
"Ya, kau benar." Pria itu memegang dagunya dan mengangguk yakin. Ia pun menyerahkan kembali kotak permata tadi. "Berapa?" tanyanya kemudian.
"Empat puluh ribu koin emas."
Sang pria berambut emas meraba-raba jubahnya. Dari jubah tersebut, ia mengeluarkan kantong kecil berbahan sutra berwarna ungu. Itu adalah kantong ajaib yang bisa digunakan untuk memasukkan banyak uang ke mana-mana. Lantas, ia merogoh dan mengayunkan benda itu---seperti sedang mengecek isinya.
"Oh, bagaimana ini?" Setelah satu menit, pertanyaan putus asa terlontar dari bibirnya.
"Ada apa, Tuan?" tanyaku.
"Sisa uangku masih berada di kediaman."
"Memang di mana kediaman Anda?"
"Gunung Alphenus, tepatnya di kuil agung."
Desa ini bernama Desa Butterfield, desa terpencil yang berada di perbatasan antara wilayah barat dan selatan. Dari desa ini ke Gunung Alphenus---yang terletak di utara--- membutuhkan perjalanan panjang. Jika hendak mengambil uang, maka ia harus menempuh waktu kisaran tiga hari dengan kereta kuda. Selepas mempertimbangkan, aku pun memutuskan,"Kalau begitu, Anda belum bisa memilikinya."
Sesaat, ekspresinya berubah dengan cukup signifikan. Awalnya, ia yang begitu ramah memancarkan aura positif. Sekarang, auranya kian suram karena sedang bermuram durja.
"Padahal sudah ada tiga puluh ribu," gumamnya kecewa.
Aku menghela napas. Mau tidak mau, aku menyerahkan kembali permata mahal itu. "Anda boleh menyimpannya."
"Benarkah?!"
Tiba-tiba saja, ia berseru dengan mata yang berbinar-binar. Itu juga membuatku terkejut sejak ia bangkit dari kursinya dengan penuh semangat.
"Y-ya, Anda boleh memilikinya."
"Terima kasih!" Kini, senyumannya begitu lebar hingga kedua matanya menyipit cantik. Tapi, gelagatnya semakin aneh, terutama kala menjabat tanganku dengan mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Want The Male Lead's Obsession
FantasíaSenika Chester adalah seorang Lady "Mawar Biru" yang paling dicintai sekekaisaran. Ia memiliki segalanya; mulai dari kecantikan, kekuatan, kehormatan, hingga kekasih impian para gadis. Hidupnya diberkahi berwarna-warni kasih sayang yang tiada hentin...