[Harai Kuuko] A 'friend'

92 13 0
                                    

Masih pagi saat ia bersantai di kelas, Kuuko yang sedang tiduran beralat lengan harus terusik oleh suara pekikan para gadis disekitar pemuda merah tersebut.

Dapat dia tebak siapa yang membuat para gadis seperti kesetanan. Nah, karena pelakunya sekarang berdiri di sampingnya.

"Kau bisa ga sih sehari saja tanpa dikagumi para gadis?"

"Kau ingin aku jelek, Kuuko?" Kata lelaki berpakaian seragam juga.

"Njir, kepedean, tapi ga salah"

Dia terkekeh kemudian duduk dibangku samping Kuuko. "Hari ini boleh aku pulang bersamamu?"

Kuuko memiringkan kepalanya, menjadikan dia melihat wajah pemuda tampan sedang menatap kearahnya. "Kalo aku bilang 'tidak' apa kau menurutinya?" Sambil tersenyum, pemuda itu menggelengkan kepalanya.

Kuuko hanya mengernyit kesal, menoleh ke arah lain agar tidak melihat sepasang mata biru laut dan wajah halusnya yang menurutnya menyebalkan.

"Terserah kau. Aku tidak peduli lagi, Aoki"

---
Harai Kuuko x ???!Aoki

Disclaimer:
Hypnosis Mic by ©King Records
Story and Oc by ©Natsu_Aoki
---

Ketika jam pulang tiba, benar keduanya pulang bersama. Aoki mengoceh sepanjang perjalanan, mau tak mau di dengarkan oleh Kuuko. Gimanapun yang bisa di dengarnya sekarang (sebagai peneman) hanya suara Aoki, dari yang tidak penting hingga Aoki yang mengingatkannya akan tugas besok.

Sampai mereka berada di depan kuil akhirnya Aoki berhenti berceloteh bersama kakinya yang berhenti melangkah, meski sedikit jauh posisi mereka sekarang dengan gerbang kuil, Aoki sudah mengatakan sampai jumpa. Kuuko pun membalasnya, dilihatnya Shakku Harai si kepala kuil sudah di depan gerbang menunggunya, dia bergegas.

Ayahnya diam saja saat Kuuko sampai di hadapannya, Kuuko akhirnya masuk begitu saja karena mata ayahnya terlalu fokus pada sesuatu sehingga sapaannya tidak dijawab. Sedangkan Aoki baru menghentikan lambaiannya pada Kuuko saat biksu muda itu tertelan gerbang, kemudian dia berbalik dan pergi, menghindari tatapan biksu tua yang mengusir.

---

Di dalam kamar Kuuko melepas seragamnya, merapikan tasnya, atau apapun yang bisa dia lakukan sekarang sampai ayahnya membuka pintu. Kuuko menghela nafas, sosok yang ia tunggu, dia berdiri dan menghadap lelaki tua tersebut.

"Kuuko. Aku sudah mengatakan tentang temanmu yang itu, kan?" Kuuko menatap lelah, selalu saja, selalu saja tentang ini.

"Iya, dan sekarang bisa jelaskan kenapa kau melarangku?" Sesuai dugaan Kuuko, Shakku diam saja. Kuuko mulai lelah, ia kembali ke apa yang dia kerjakan sampai ayahnya kembali bicara.

"Dia itu putra iblis"

Barang (berupa botol minum) yg dipegangnya terjatuh seketika. Kuuko memutar kepalanya langsung untuk menatap sang ayah tidak percaya. "Maksudmu??" Dia memastikan bahwa telinganya baik-baik saja. Dan, yup, telinganya baik-baik saja, dan Shakku juga tak terlihat salah bicara.

"Aku tidak mengerti??" Kuuko berdiri kembali.

Shakku menghela nafas, "dia putra iblis, ingin membawamu pergi ke dunianya. Dia terobsesi padamu, Kuuko.”

"Aku bilang, aku tidak mengerti!"

"Kau harus percaya"

"Aku percaya!" Kuuko berteriak, "kenapa kau tidak memberitahuku dari awal? Aku sudah lebih dulu tau" Shakku selalu menyembunyikan ini darinya, Aoki putra iblis, ia tidak diperingatkan sejak awal, jadi ia hanya menganggap bahwa orang tuanya hanya tidak menyukai Aoki. Hanya sebatas itu sampai sudah terlambat.

"Lalu mengapa–"

"Aku tidak bisa menghindarinya" kata Kuuko pelan. Dia menarik pakaian kuilnya dari sisi ke sisi, membiarkan mata Shakku melebar setelah melihat lingkaran sihir ungu tercetak di dada kirinya, tandanya berkobar.

"ITU–"

"Sudah terlambat" Kuuko menghentikan teriakkan dari ayahnya. Sudah terlambat sekarang, "aku miliknya sekarang" Tatapan Kuuko kosong ke bawah, berpasrah.

"Kita bisa coba untuk menghilangkannya" Suara serak bergetar.

Kuuko mendengus, mencoba, dia sudah diperingakan dan dia sangat percaya itu bukan ancaman abal-abal. Dia sudah menyerah. Sudah putus asa.

"Jika kau mencoba menghilangkannya, aku akan mati"

Katanya dari mulut Kuuko sendiri, mata sang kepala biksu melebar, terkejut. Mungkin itu berasal dari mulut Kuuko, tapi yang dia dengar bukanlah suara anaknya, suara itu begitu dalam dan berat.

Kuuko bergumam, memanggil satu nama lembut seperti penenang. Permata kuning yang biasanya tajam, hanya bisa menatap kosong lantai. Ia merasakan kehadiran orang lain–makhluk lain–selain ayahnya. "Ayah bisa pergi,"

Itu pertama dari sekian tahun yang ia habiskan memanggil Shakku dengan sebutan ayah kembali. Biksu tua didorong keluar, masih dalam shock-nya. Kuuko tak peduli. Ia langsung menggeser pintu dan bersandar padanya sambil menunduk. Membiarkan sosok lain yang menjulang hitam bersama dirinya.

[End]

Random(s) Hypnosis Mic Oneshoot?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang