Kenyataan yang baru ia dengar, sungguh meruntuhkan dunianya. Ia masih punya banyak hal untuk dilakukan. Namun, sekarang isi kepalanya terasa kosong. Ia tak tahu akan melakukan apa atau pergi ke mana setelah pulang dari sana. Satu hal yang memenuhi kepalanya saat ini hanya bagaimana dan mengapa. Ia sudah mencoba melupakan masalah itu. Bahkan mencoba menyelesaikannya dengan meminum pil anti kehamilan. Namun, yang kini muncul malah masalah jangka panjang. Ya, artinya takkan ada solusi dan jelas masalah ini akan dianggap selesai.
Joohee menatap ponselnya, bingung harus menghubungi siapa. Ia belum berani jika harus mengatakan secara jujur soal kondisinya. Namun, ia juga tak punya siapa pun untuk berbagi rahasianya ini. Lelaki itu? Bahkan ia sama sekali tidak mengenalnya. Bagaimana ia bisa tiba-tiba bercerita panjang lebar? Apalagi, sudah jelas, lelaki itu mungkin kembali menghindari telepon darinya.
"Apa yang harus kulakukan sekarang?" batin gadis itu.
Joohee melirik ke arah pintu, berharap akan ada adegan romantis layaknya dalam sebuah film. Namun, ia juga realistis. Tak mungkin pria itu tiba-tiba datang dan menanyakan kondisinya. Satu hal yang pasti, ia harus memberitahu hal ini lebih dulu pada lelaki itu. Ia akan meneleponnya sampai lelaki itu mengangkat.
"Nona, apa kondisimu baik-baik saja? Apa suamimu tidak melarangmu bekerja? Dokter mengatakan kau seharusnya beristirahat. Apa aku perlu menghubungi suamimu?" tanya Hyunjo sembari memainkan ponselnya.
Joohee tersenyum lalu menggeleng untuk menolak tawaran Hyunjo. Pasalnya, ia belum menikah dan bayi itu malah hadir seolah meminta Joohee untuk tak pernah melupakan kejadian yang membuatnya kehilangan kesuciannya. Ia baru sadar jika ia memang belum datang bulan. Padahal, biasanya selalu teratur. Namun, karena rasa stresnya, membuat Joohee tak memikirkan hal itu.
"Terima kasih."
"Lain kali tolong lebih berhati-hati, nona. Apa aku perlu tetap di sini?"
Joohee menggeleng. Ia sudah sangat berterima kasih karena lelaki itu membawanya ke rumah sakit. Ia tak mau lebih merepotkan. Lagi pula, ia baik-baik saja. Ia hanya kelelahan karena akhir-akhir ini jam tidurnya sangat berantakan. Bahkan, terkadang ia juga tak tidur malam karena memikirkan masa depannya. "Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri."
"Baiklah, aku harus kembali ke acara musik." Hyunjo membungkukan tubuh, berniat segera pergi menuju acara musik. Namun, ia segera menghentikan langkah, mundur sampai kembali di posisinya yang sebelumnya. "Apa … Kau sasaeng? Jika iya, tolong jangan membuntuti Eunoia. Aku bisa melaporkanmu."
Joohee tersenyum kemudian merogoh sakunya. Ia menunjukkan kartu nama sebagai bukti jika ia hanya seorang repoter. Lagi pula, untuk apa ia membuntuti idol? Ia jelas punya pekerjaan lain yang lebih penting. "Aku reporter Yourpatch."
"Ah … Begitu? Cheosonghamnida. Kalau begitu, aku pergi sekarang."
🍀🍀🍀
Joohee menyeka air matanya, mencoba menguatkan diri setelah hal besar terjadi dalam hidupnya hari ini. Bukan hanya soal bayi itu, juga kata-kata tajam yang dilontarkan sang atasan. Lagi pula, ia tak pernah memasukkan pingsan dalam daftar kegiatannya hari ini. Namun, perusahaan seolah tak ingin tahu dan hanya ingin hasil jepretannya.
Joohee menoleh saat layar ponselnya menyala, menunjukkan nama ‘brengsek’ di sana. Namun, ia memilih untuk menolaknya. Hitung-hitung sebuah balas dendam karena sebelumnya, lelaki itu terus menolak telepon darinya. Ia yakin, lelaki itu hanya ingin berbasa-basi menanyakan kondisinya.
Joohee meraih ponselnya saat hatinya merasa lega. Memang hanya sedikit. Namun, ia tetap merasa lega setelah mengeluarkannya dengan air mata. Ia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Tetapi, ia tak mau jika dianggap gila oleh rekan kerjanya.
Langkahnya terhenti saat seseorang menyodorkan cokelat padanya. Aekyung tersenyum, memaksa Joohee untuk menerimanya. "Tidak masalah, lain kali kau bisa memperbaikinya."
"Gomawo, Eonni." Terbesit keinginan menceritakan segalanya pada gadis itu. Namun, Joohee merasa takut hanya untuk menceritakannya. Ia yakin, Aekyung takkan tinggal diam sebelum membalas lelaki itu. Mungkin … Bisa saja Aekyung merilis sebuah berita yang akhirnya menjatuhkan karier grup itu. Bukan karena ia peduli. Tetapi, Joohee tak ingin mendapat masalah lebih besar nantinya. Lagi pula, ia ingin hidup tenang meski pada kenyataannya, takkan lagi ada hal itu dalam hidupnya sekarang.
"Kenapa wajahmu murung sekali hari ini? Karena dimarahi?"
"Aniyo, aku hanya merasa suasana hatiku benar-benar buruk setelah dari acara musik. Aku juga menyesal karena harus pingsan di waktu yang salah."
Aekyung tersenyum lalu menyentuh kedua bahu gadis itu. "Kau sudah melakukan yang terbaik. Tidak perlu khawatir."
Joohee tersenyum meski hatinya sungguh masih menangis. Hatinya memang begitu sensitif dan ia cukup benci soal itu. Bahkan, ia merasa air mata terus menggenang di matanya. Padahal, biasanya bentakan apa pun takkan pernah memberikan efek sebesar ini. Namun, kali ini berbeda. Dirinya seolah tak terima atas bentakan yang dikeluarkan atasannya.
🍀🍀🍀
Joohee bersandar pada dinding sebelum akhirnya terduduk. Tubuhnya terasa lemas setelah mengeluarkan isi perutnya. Ia sungguh tak kuat dengan rasa mual yang membuat tidurnya terganggu. Ia juga tak sempat makan malam karena kepalanya begitu sakit dan memilih tidur. Sekarang tubuhnya sangat lemas dan sangat tidak mungkin jika ia memasak sesuatu.
"Kumohon, jangan membuatku kerepotan seperti ini," batin Joohee. Ia tahu bayi itu tak bisa disalahkan. Namun, sekarang ia sangat membenci makhluk kecil yang malah menambah daftar masalah dalam hidupnya. Termasuk soal tak bisa disembunyikan.
Joohee beranjak dengan sisa tenaga yang ia punya. Ia harus tidur meski perutnya terasa begitu lapar. Namun, ponselnya yang tiba-tiba bergetar, membuatnya segera meraih benda pipih itu. Ia tak melihat nomornya lebih dulu dan segera mengangkatnya.
"Yeobseyo?" Nada bicara Joohee benar-benar dingin. Terlihat jelas, bukan? Joohee tak punya tenaga tambahan untuk berbasa-basi.
"Akhirnya kau mengangkat telepon. Bagaimana kondisimu?"
Joohee menatap lebih dulu nomor yang meneleponnya. Kemudian, memilih memutusnya secara sepihak. Ia sedang tak ingin bicara pada lelaki itu atau menemuinya. Ia masih berusaha menerima kenyataan jika ada makhluk lain yang menggantungkan hidup padanya. Ia juga masih berusaha menerima jika bayi itu milik lelaki yang bahkan menganggap dirinya hanya cari perhatian dengan menuntut. Satu hal yang kali ini ada dalam pikirannya adalah kariernya sebagai reporter. Yourpatch begitu teliti soal tingkah laku karyawannya dan ia bisa saja dikeluarkan karena mengandung tanpa suami.
Sama seperti Joohee, Jungkook juga memikirkan kariernya. Sekarang ia dalam posisi yang tidak aman. Apalagi, setelah mendengar dari Hyunjo jika gadis yang pingsan di hadapan mereka sedang hamil. Ia mencoba menghitung dan memang bisa saja gadis itu mengandung bayinya. Terlebih, insiden malam itu terjadi sekitar satu setengah bulan lalu. Ia menghubungi gadis itu untuk mencoba mencari solusi bersama. Namun, sepertinya ia menelepon di waktu yang salah. Bahkan, gadis itu langsung memutus teleponnya.
"Aku akan menyelesaikan semuanya dengan cepat sebelum pengumuman mengenai tur dunia dirilis," batin Jungkook sembari mencoba menghubungi Joohee untuk kedua kalinya.
🍀🍀🍀🍀🍀
Waduh apinya mulai nyala nih👀
3 Nov 2021
Republish : 10 Sep 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Stage✓
Fanfiction[Sebelumnya berjudul Constellation] Sebuah insiden, membuat takdir Jungkook juga Joohee terhubung secara tak sengaja. Sebuah penolakan, tentu membuat Joohee marah besar dan berusaha keras untuk menjatuhkan karier lelaki berengsek itu. Hingga akhirny...