Joohee berterima kasih saat Aekyung memberikannya coklat panas. Setelah perdebatan mereka, kini mereka berakhir di apartemen tempat mereka tinggal. Aekyung tentu takkan membiarkan Joohee pergi sendiri ke Gimje dengan bus malam. Ia benar-benar khawatir. Apalagi, saat ini Joohee sedang hamil muda.
Aekyung masih menatap Joohee. Kekacauan ini sama-sama membuatnya bingung hingga ia tak tahu harus melakukan apa. Menurutnya, menghibur dengan kata-kata juga takkan mempan.
"Semuanya sudah berakhir," ujar Joohee dengan tatapan kosongnya. Ia kemudian menatap Aekyung dan tersenyum miris. "Benar 'kan, Eonni?"
"Aniyo, ayo balas pria yang membuatmu seperti ini." Aekyung menggulung kemejanya hingga siku. Ia juga mengikat rambutnya menjadi satu. "Ayo."
"Dia sudah memintaku menggugurkannya. Artinya sia-sia jika kita menuntutnya."
"Ani, kita masih punya cara untuk membuatnya sadar. Bagaimana bisa dia berpikir instan seperti itu?" Aekyung meraih laptopnya. Ia bersiap menuliskan setiap detail dari kasus Joohee. Ia tentu takkan membiarkan sahabatnya menderita sendirian.
Namun, Aekyung tak mengerti saat Joohee malah merebut laptop tersebut kemudian menyimpannya.
"Joohee-ya, jika kau diam saja, pria itu malah akan hidup tenang dan bahagia tanpa ingat dirimu sama sekali."
Joohee menutup wajahnya saat tangis itu tak lagi bisa ia bendung. Ia sungguh berada di persimpangan jalan yang sama sekali tak bisa ia putuskan. Rasanya sesak sebab hatinya seolah menolak keras agar dirinya tak membalas kejahatan dengan kejahatan. Namun, ia juga tak mau Jung bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang sementara dirinya harus hidup dengan penuh penyesalan jika menggugurkan bayi itu.
Joohee tahu rasanya mustahil bayi itu ada saat dirinya mencegahnya. Namun, takdir seolah ingin keduanya tak melupakan malam itu dengan kehadiran bayi tersebut secara mendadak.
Aekyung menatap Joohee dengan tatapan menyesal. Ia mengusap bahu Joohee sebelum akhirnya memberikan pelukan hangat pada sang sahabat. Ia benar-benar merasa bersalah karena tak bisa mengerti apa yang kini dirasakan Joohee. Ia hanya bisa membantu semampunya. "Apa yang perlu kulakukan?"
"Aku ingin istirahat dulu, Eonni. Kepalaku rasanya sakit."
"Mau kubelikan sesuatu?"
Joohee menyeka air matanya kemudian menggeleng. "Aku hanya butuh tidur."
"Baiklah." Aekyung membantu Joohee untuk menyelimuti dirinya. Ia ikut kesal dan marah karena kini Joohee benar-benar hancur. Yourpatch ahli dalam menghancurkan karier seseorang. Bahkan, tak sedikit mantan karyawan yang berakhir tak bisa bekerja di perusahaan ternama karena melakukan kesalahan di Yourpatch.
"Aku pasti akan membantumu menjatuhkan pria itu, Joohee," batin Aekyung kemudian mematikan lampu kamar Joohee. Ia sebenarnya masih tak percaya jika Jung yang melakukannya. Apalagi, ia sangat tahu Jung di depan kamera benar-benar polos dan lembut. Bagaimana dia bisa melakukan hal seperti ini?
🍀🍀🍀
Tubuh pria itu ambruk di atas lantai dengan napas yang tersengal serta keringat yang membasahi seluruh tubuhnya. Hari ini cukup melelahkan untuknya. Runtutan acara di depan kamera dan masalah baru yang muncul, menghajarnya secara bergantian. Meski ia mencoba melupakan masalah itu karena sudah memutuskan secara sepihak agar gadis itu menggugurkannya, ia tetap kepikiran dengan ancaman yang dilayangkan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Stage✓
Fanfiction[Sebelumnya berjudul Constellation] Sebuah insiden, membuat takdir Jungkook juga Joohee terhubung secara tak sengaja. Sebuah penolakan, tentu membuat Joohee marah besar dan berusaha keras untuk menjatuhkan karier lelaki berengsek itu. Hingga akhirny...