"Lain kali jika bertengkar selesaikan segera," ujar Hyemi diiringi senyum. Wanita paruh baya itu awalnya memang merasa ada yang janggal sebab dilihat dari bagaimana putrinya seakan terus menghindari Jungkook. Namun, Jungkook berhasil meyakinkannya dan mengatakan hubungan mereka sudah sangat lama hingga memutuskan menikah.
Selama beberapa hari di sana, ia bisa merasakan Jungkook pria yang baik. Menurutnya, tak ada lagi yang bisa membuktikan keseriusan Jungkook selain dengan datang jauh-jauh ke sana.
"Kau sungguh seorang artis?" Seungmin nampaknya masih enggan percaya pada Jungkook. Masalahnya, pria itu mengatakan hanya bisa mendaftarkan pernikahannya tanpa mengadakan pesta. Padahal, dirinya sudah mengatakan akan membantu jika memang itu karena kekurangan uang.
Namun, Jungkook menolak sebab itu malah akan menambah masalah baru nantinya.
"Kami pergi dulu." Jungkook membungkukan tubuhnya sebelum masuk ke mobil. Segalanya terjadi begitu cepat termasuk pernikahan ini. Ia benar-benar tak pernah membayangkan akan menikah. Padahal sebelumnya ia sama sekali tak pernah memikirkannya. Ia hanya fokus pada impiannya untuk bisa berdiri di panggung yang lebih besar.
Suasana di mobil itu terasa begitu canggung dan dingin. Joohee yang nampak memilih pura-pura tidur sementara Jungkook yang memilih untuk fokus mengemudi. Sesekali ia juga melirik Joohee, memastikan gadis itu tertidur. Bahkan, Jungkook sampai menyelimuti Joohee dengan jaketnya yang disimpan di samping kursi kemudi.
Kehidupan baru yang biasanya akan terasa sangat spesial bagi setiap pasangan, tentunya berbanding terbalik dengan yang mereka rasa. Menikahi orang asing yang bahkan belum mereka ketahui dengan pasti bagaimana sifat aslinya, tentu tak pernah ada dalam daftar keinginan keduanya. Joohee sampai berpikir semuanya akan berubah saat mereka meninggalkan Gimje. Ternyata tidak. Pria itu bahkan sangat memerhatikan dirinya.
"Kuakui dia hebat bisa bertahan dengan kepura-puraannya," gumam Joohee dalam hatinya. Andai bukan demi bayinya, ia pasti lebih memilih berdamai dengan cara lain. Bukan pernikahan mendadak seperti saat ini.
🍀🍀🍀
Joohee menguap kemudian meregangkan ototnya. Ia menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang diterima matanya. "Oh? Kita sudah di kantor distrik?"
Wanita dengan balutan kemeja putih serta rok hitam di atas lutut itu melirik pria di sampingnya yang kini tengah tertidur. Pria dengan pakaian serba hitam itu memang lebih mirip penanggung jawab pemakaman yang kelelahan melayani banyaknya pelayat dibanding pengantin pria.
Joohee memilih membiarkannya. Lagi pula, ia tahu selelah apa mengemudi dari Gimje ke Seoul meski tak pernah melakukannya. Apalagi, mereka tak sempat beristirahat dulu karena Jungkook yang takut tertangkap kamera seseorang.
"Kau sudah bangun?" tanya Jungkook kemudian meregangkan ototnya. Pria itu kemudian memberikan kantung plastik berisi makanan padanya. "Kau pasti lapar. Makan dulu itu lalu kita turun."
Mata Joohee berbinar kala mendapati beberapa mandu di sana. Selain makanan pedas seperti jjampong dan gurita pedas, ia juga sangat menyukai mandu. Namun, ia heran dari mana Jungkook tahu soal ini?
"Ibumu bilang kau paling suka mandu selain makanan-makanan pedas," ujar Jungkook saat Joohee menatapnya. Meski tak mencintainya, setidaknya ia harus memperlakukan Joohee dengan baik. Kesalahannya pada Joohee benar-benar banyak sampai merasa tak bisa lagi dimaafkan.
"Biar aku saja." Joohee meletakkan mandu yang belum sempat ia sentuh. Ia ingin segalanya selesai dengan cepat. Ia sudah sangat lelah dan ingin tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Stage✓
Fanfiction[Sebelumnya berjudul Constellation] Sebuah insiden, membuat takdir Jungkook juga Joohee terhubung secara tak sengaja. Sebuah penolakan, tentu membuat Joohee marah besar dan berusaha keras untuk menjatuhkan karier lelaki berengsek itu. Hingga akhirny...