#27 Takut Jatuh Cinta

554 105 39
                                    

"Hanya orang bodoh yang membiarkan dirinya dipukuli. Kenapa kau tidak melawan?"

Jungkook menghela napas. Padahal ia sudah meminta Hyunjo merahasiakan kondisinya. Namun, yang dilakukannya justru berkebalikan.

"Aku ... Jatuh saat berlatih. Tidak apa-apa." Jungkook tahu kebohongannya terlalu tidak masuk akal. Namun, ia benar-benar tak mau Joohee khawatir.

"Aku bukan orang bodoh, Jung-ssi. Sejak kapan jatuh akan separah ini? Kecuali jika kau jatuh lalu dipukuli," ujar Joohee. Ia meringis melihat bagaimana luka lebam menghias wajah Jungkook. "Padahal wajahmu bisa menghasilkan uang."

Jungkook terkekeh mendengarnya. Namun, ia segera mengaduh saat merasakan sakit di wajahnya. Ia pikir Joohee akan mengatakan sesuatu yang penting. Ternyata tidak.

"Aigo, kau masih bisa tertawa saat kau membuatku tidak bisa tidur semalaman?" kesal Joohee.

"Jadi, kau mengkhawatirkanku?" tanya lelaki yang saat ini berbalut pakaian rumah sakit.

"Gyeoul. Dia yang mengkhawatirkanmu. Aku tidak tahu jika level kebodohanmu sangat tinggi. Apa kau bisa menyimpan masalahmu sendiri?"

Jungkook tersenyum lalu meraih tangan Joohee. "Maaf dan terima kasih karena mengkhawatirkanku. Aku takut ini malah membuatmu lebih khawatir."

"Sudah kukatakan, itu bukan aku," elak Joohee sembari melepas tangan Jungkook.

Pria itu tersenyum, bertingkah seolah dirinya memang percaya dengan apa yang dikatakan Joohee. "Baiklah, Gyeoul, maafkan Appa."

Joohee cukup terkejut mendengar kenyataan jika saat ini Jungkook harus berhutang pada rentenir. Ia juga tak mendapat gajinya. Padahal, lelaki itu selalu menunjukkan gelagat seolah tak ada masalah. Nyatanya, lelaki itu menyembunyikan masalah yang begitu besar.

"Lebih baik kau pulang, tidak baik berada di sini lama-lama. Kau bisa sakit." Jungkook mengusap surai Joohee untuk menenangkannya. Meski terus menjawab dengan ketus, ia bisa merasakan bagaimana Joohee menahan tangisnya. Terlihat dari matanya yang beberapa kali berkaca-kaca. "Kau tunggu di rumah saja, ya. Kamera bisa menangkap kita lagi, aku takut mereka berusaha menyakitimu."

"Apa kau tidak bisa berhenti berpikir jika aku lemah?"

"Aku tahu kau kuat, tapi kondisimu saat ini mungkin membuat tubuhmu sedikit melemah." Jungkook tersenyum sembari mencubit pelan pipi Joohee dengan keduanya tangannya. Ia sudah gemas sejak awal. Apalagi, Joohee terus bicara padanya dengan ketus. "Aku akan segera pulang. Lukanya tidak parah."

Kali ini pertahanan Joohee nampaknya sudah tak tahan lagi. Ia langsung memeluk Jungkook dan menangis. "Gwaenchana?"

Jungkook terkekeh meski dengan rasa sakit yang ia hadapi. Ia menepuk kepala Joohee pelan untuk meredakan tangisnya. "Aku baik-baik saja, sungguh. Ah, aku sudah melanggar janjiku. Aku membuatmu menangis."

"Aku tidak menangis," jawab Joohee yang tentu saja membuat Jungkook merasa gemas. Padahal jelas-jelas gadis itu sedang menangis.

"Ah ya." Jungkook merogoh saku, memberikan sebatang coklat pada Joohee. "Aku membelinya sebelum dipukuli. Entahlah, tiba-tiba aku mengingatmu dan membelinya."

Joohee memukul Jungkook meski tetap menerima coklat itu. "Kau masih memikirkan coklat saat seperti ini?"

"Apa itu salah?" Jungkook membuka bungkusnya, memotongnya lalu menyuapi Joohee. "Aku juga sebenarnya tidak tahu, tapi aku sungguh ingat padamu. Makanya aku membeli itu."

"Ini enak." Joohee mengambil alih coklat itu. Kali ini gilirannya yang menyuapi Jungkook. "Enak, bukan?"

"Kau benar. Wah, aku tidak tahu rasanya seenak ini." Jungkook menyeka air mata yang membasahi pipi Joohee dengan tangannya. Ini momen langka. Ia sangat jarang melihat sisi menggemaskan Joohee. Biasanya yang ia lihat adalah sisi ketus Joohee.

Behind The Stage✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang