Joohee masih kacau. Kantung mata terlihat jelas sebab malam sebelumnya juga ia tak bisa tidur. Ia terus terbayang rasa penasaran soal lelaki yang menghabiskan malam bersamanya. Ia takkan mempermasalahkan jika tak ada bayi. Namun, ia justru takut pada akhirnya bayi itu ada dan ia tak kunjung menemukan lelaki itu. Memang, ia sudah meminum pil anti kehamilan, tapi ia tetap ketakutan.
Aekyung duduk di tepi ranjang, menyentuh dahi Joohee kemudian menghela napas. Ia pikir Joohee sakit. Ternyata tidak. Gadis itu hanya nampak kacau dengan wajah pucat dan mata yang sembab menandakan ia menangis semalaman. "Kau menangis? Apa kau merindukan orang tuamu di Gimje? Mau kuantar?"
Joohee hanya menggeleng kemudian menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia tak baik-baik saja meski berusaha menganggap masalah itu hal sepele. Apalagi, diam di rumah malah membuatnya semakin kepikiran dengan masalah itu.
"Baiklah, kau bisa menangis sesukamu jika lelah. Aku harus berolahraga. Hubungi aku jika membutuhkan sesuatu."
"Aku hanya butuh rasa tanggung jawab dari lelaki itu, tapi rasanya mustahil jika dia mendatangiku. Apalagi, aku belum bangun saat itu." Gumamnya dalam hati.
🍀🍀🍀
Jungkook tengah sibuk memilah pakaian yang akan ia cuci. Namun, tangannya berhenti kala mendapati noda darah pada kemeja putihnya. Matanya membulat seiring dengan kenangan tak pantas itu mulai berputar. Ia ingat betul saat itu terjadi, gadis tersebut menangis. Ia menenangkannya dengan menjanjikan sebuah pertanggung jawaban. Namun, sampai sekarang ia tak menerima telepon atau menerima tamu seorang gadis di asrama mereka.
"Aku baru merenggut kesucian seseorang dan aku sama sekali tidak tahu namanya. Apa dia akan melaporkan ini dan membuatku terjerat dalam skandal besar?" batin Jungkook.
Suasana hati Jungkook tiba-tiba memburuk. Ia tak sesantai tadi–mulai memasukkan baju-bajunya dengan cepat. Bahkan, menutup pintu mesin cuci itu dengan kesal. Jika iya, ia yakin gadis itu hanya ingin cari sensasi.
"Kenapa harus melakukan ini padaku?" gumamnya. Padahal, mereka bisa bicara baik-baik. Namun, mengingat bagaimana gadis itu tak kunjung menemuinya, ia cukup yakin gadis itu ingin mencari ketenaran dengan mengumpulkan simpati dari orang-orang.
"Kau marah karena mencuci?" Aciel melipat kedua tangannya. Pria dengan paras blasteran itu kemudian melangkah masuk ke ruang cuci. "Jung ... Mau kubantu?"
"Tidak perlu. Kau keluar saja. Biarkan aku sendirian di sini."
Jungkook takkan terlalu memikirkannya jika gadis itu memang sudah biasa 'melakukannya'. Namun, kasus ini sungguh berbeda dan ia yakin itu adalah yang pertama kali bagi gadis itu. Seharusnya gadis itu marah karena yang merenggut kesuciannya adalah orang asing. Tetapi, sampai detik ini masih belum ada yang menghubunginya atau ingin menemuinya.
"Apa dia ingin menyimpannya sebagai bom? Dia akan meledakkannya di waktu yang tepat nanti," gumamnya sembari mengacak rambut. Jam tidurnya menjadi terganggu karena otaknya terus membayangkan jika tiba-tiba skandal itu tersebar saat matanya kembali terbuka.
"Aku juga tidak tahu nomor telepon atau alamat gadis itu untuk menemuinya," gumam Jungkook
"Jung, apa ini ponselmu?" tanya Taegyu sembari menunjukkan sebuah ponsel model lama yang ia temukan tak sengaja di bawah kasur saat beres-beres. "Aku merapikan kamar kita dan menemukan ini. Apa ini milikmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Stage✓
Fanfic[Sebelumnya berjudul Constellation] Sebuah insiden, membuat takdir Jungkook juga Joohee terhubung secara tak sengaja. Sebuah penolakan, tentu membuat Joohee marah besar dan berusaha keras untuk menjatuhkan karier lelaki berengsek itu. Hingga akhirny...