Jungkook tersenyum sembari menatap langit. Malam ini memang begitu dingin. Namun, duduk di ayunan yang berada tak jauh dari asramanya, cukup membuat rasa lelah juga gelisahnya hilang. Ia akui, hatinya cukup terganggu dengan pikiran negatif perihal skandal besar yang mungkin akan menimpa dirinya. Itu sebabnya, ia memilih keluar meski seharusnya ia banyak istirahat untuk persiapan comeback-nya.
"Kau tidak bisa tidur?"
Suara itu membuat Jungkook menoleh. Ia tersenyum kemudian mengangguk. "Aku ingin melihat bintang lebih dulu."
"Aku juga sama. Aku tidak bisa tidur karena terlalu senang." Yoreum selalu bermimpi bisa menjadi salah satu member girlgrup atau penyanyi solo. Namun, takdir justru mempersulitnya. Ia berkali-kali gagal debut meski agensi menjanjikannya. Setiap evaluasi bulanan, ia selalu dapat nilai yang rendah pada satu poin dan itu cukup membuatnya harus terus menerus ada di agensi itu.
"Semoga kau bisa debut dan bertemu denganku."
Yoreum tersenyum. Ia mengepalkan kedua tangannya di kanan dan kiri wajahnya. "Aku pasti bisa!"
Perasaan itu masih sama-sama memenuhi relung hati keduanya. Hanya masalah waktu, perasaan itu akan kembali bersatu. Untuk saat ini, mereka harus rela mengesampingkan soal asmara demi karier yang cemerlang. Memang tak ada kepastian jika mereka masih bisa bersama di kemudian hari. Namun, Jungkook berjanji akan tetap menyayangi gadis itu seperti pada awalnya. Apalagi, Yoreum adalah bagian penting dalam kariernya.
"Oppa, aku akan pergi ke asrama besok. Aku ingin mengatakan terima kasih karena mau mendukungku dengan menjadi pengisi lagu wajib acara itu. Aku berjanji akan mendapatkan ranking tertinggi di sana dan debut." Meski lagunya baru dirilis, Yoreum sudah mendengarnya. Seperti biasa, suara lembut lelaki yang ia cintai itu selalu membuat candu. Ia akan berjuang keras agar bisa mewujudkan mimpi mereka untuk berdiri di panggung yang sama. Memang, kali ini mereka bukan lagi sepasang kekasih. Namun, mimpi itu masih ada dalam daftar keinginan keduanya.
"Sampai jumpa di panggung besar, Yoreum."
🍀🍀🍀
Jungkook mengerucutkan bibir saat sang manajer merebut ponselnya. Padahal, di zaman yang serba canggih seperti saat ini, mustahil mereka tak memiliki ponsel. "Hyung, apa ini harus?"
"Untuk membuat kalian fokus. Ini comeback pertama kalian. Jadi, kalian harus fokus. Tenang saja, jika ada telepon penting, aku akan memberikannya pada kalian." Hyunjo menutup kotak yang berisi ponsel semua member Eunoia. Kemudian, membawanya ke kamar untuk disimpan. Memang, untuk member lain, peraturan ini tak ada masalah. Namun, bagi Jungkook tentu begitu berat. Ia tak bisa menghubungi Yoreum, atau menunggu telepon dari gadis itu. Ia pasti akan menyelesaikan masalah itu. Ya, harus!
Jungkook yakin, skandal ini akan begitu besar. Pasalnya, akan banyak tuduhan yang menyudutkannya, pelecehan, pergi ke bar, juga hal lain yang buruk. Kariernya baru merangkak naik dan ia yakin, skandal seperti itu akan langsung membuat kariernya redup. Bahkan, bisa jadi ia dikeluarkan secara tidak terhormat sekaligus dibenci banyak orang. Tentu ia takkan mau.
Aciel terkekeh melihat Jungkook tiba-tiba bergidik. "Kau memikirkan apa? Soal hal horor?"
"Ani," elak Jungkook. Ia nampak gugup setelah membayangkan hal konyol soal skandal yang bahkan belum terjadi itu. Namun, sekarang ia malah kehilangan kesempatan untuk memperbaikinya. Apalagi, ponselnya disita. Akan sangat sulit mendapat alamat atau bicara pada gadis itu untuk bernegosiasi.
Apa gadis itu sedang tak baik-baik saja? Jika iya, ini memang akan menjadi masalah yang tertunda. Apalagi, jika keluarganya tidak terima, ah, eotteoke?
Jungkook beranjak sembari mengacak rambutnya. Tentu, tingkah anehnya membuat member lain bingung sebab tak biasanya maknae mereka sefrustrasi itu. Bahkan, saat putus dengan Yoreum pun, Jungkook tak sampai seperti ini. Namun, kali ini Jungkook seperti tengah menanggung beban yang begitu berat.
"Apa sesuatu terjadi padanya? Dia seperti sangat tertekan," ujar Aciel yang membuat member lain kompak mengangkat bahu mereka. Apalagi, Jungkook bukan tipe orang yang mudah bercerita soal masalahnya.
"Aku akan mencari tahu. Sepertinya kau benar, Jung sedang tertekan. Apa karena sasaeng? Aku pernah mendengar Hyunjo Hyung membicarakan soal nomor yang selalu menghubungi nomor Jung," ujar Taegyu.
🍀🍀🍀
Joohee berusaha keras untuk hidup normal seolah tak pernah terjadi apa pun. Ia tak mau terus memikirkan masalah yang agak sulit ia tangani. Untuk saat ini, ia takkan memikirkan soal bayi yang belum ada. Ia akan hidup senormal mungkin agar tak melakukan kesalahan lain. Ia akan fokus pada bidang yang sangat ia sukai yaitu jurnalistik. Seandainya bayi itu memang ada pada akhirnya, ia bisa istirahat dengan tenang.
Joohee mengambil beberapa makanan instan pada rak minimarket yang berada tak jauh dari apartemen tempatnya tinggal. Ia mengisi keranjang belanjanya dengan nasi instan, ramyeon, beberapa onigiri, juga beberapa susu kotak. Tak lupa, ia juga membeli permen lolipop yang ada di kasir.
"Terima kasih." Joohee meraih kantung plastik putih itu, memilih menyeduh salah satu ramyeon instan yang ia beli untuk dinikmati di sana. Terkadang, makan di depan minimarket terasa lebih enak dibanding makan di rumah.
"Woah, ini pasti sangat enak," gumamnya kemudian memecahkan sebutir telur di atasnya setelah ia memasukkan air panas. Ia kemudian mengaduknya, tersenyum saat mencium aroma ramyeon itu. "Ayo lupakan masalah apa pun yang ada dan makan."
Joohee merasa jika tak seharusnya ia menganggap semua ini berlebihan. Bukan apa-apa, ia jadi tak bisa tidur atau makan. Ia malah menyiksa dirinya sendiri. Padahal, seharusnya ia tidak menyiksa dirinya. Namun, respon lelaki itu yang seolah terus-menerus menghindar, membuat dirinya lumayan stres. Ia harap, saat ditemui lelaki itu tak pura-pura lupa padanya.
"Joohee ...!" Aekyung melambaikan tangan dari kejauhan. Gadis dengan pakaian serba hitam itu mengalungkan sebuah kamera di leher. Ia segera menghampiri Joohee setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia menjadi tim mata-mata di media berita terbesar itu. Jadi, malam hari adalah jamnya bekerja dengan keras.
"Eonni seduh saja milikku." Joohee menyodorkan kantung plastik miliknya. Namun, Aekyung dengan cepat menggeleng sebagai penolakan.
"Ini milikmu. Aku akan membelinya dulu. Mengikuti seseorang ternyata cukup membuat makan malamku hilang. Aku titip kameranya, ya." Dengan cepat gadis itu masuk ke minimarket, mencari makanan instan yang bisa ia makan malam ini. Setelah mendapatkannya, ia segera membayar juga menyeduhnya. Kemudian, ia membawanya keluar untuk dinikmati bersama Joohee.
"Ramyeon di depan minimarket memang selalu enak. Sangat enak."
Joohee tersenyum. "Eonni benar. Rasanya sangat enak."
Aekyung tersenyum sembari membuka bumbu lalu memasukkannya ke mangkuk itu. Ia lantas mengaduknya dan meniupnya sebelum menyantapnya. "Aku mendapat sesuatu."
"Sesuatu?"
Aekyung mengangguk. Ia melambaikan tangannya agar Joohee lebih mendekat. Ia lantas berbisik, "Ada idola yang berkencan, tapi aku belum yakin. Aku akan memastikannya setelah 3 kali memergoki mereka."
🍀🍀🍀🍀🍀
Apapun masalahnya, solusinya makan wkwk
30 Okt 2021
Republish : 6 Sep 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Stage✓
Fanfiction[Sebelumnya berjudul Constellation] Sebuah insiden, membuat takdir Jungkook juga Joohee terhubung secara tak sengaja. Sebuah penolakan, tentu membuat Joohee marah besar dan berusaha keras untuk menjatuhkan karier lelaki berengsek itu. Hingga akhirny...