BAB 10

2.7K 237 24
                                    

TIDAK SEMPAT REVISI

TIDAK SEMPAT REVISI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪️◾◾▪️

Mata hazel itu terbuka secara perlahan membuat sosok manusia yang menantinya menatap dengan wajah terkejut.

"Apa yang kau rasakan?"

Sontak, Jimin menoleh dengan cepat. Hanya tatapan dingin dan tak bergairah tertuju pada pewaris tunggal Min tersebut.

"Apa kau-" Yoongi berjalan menghampiri Jimin. "-merasa lebih baik?" Tiba-tiba saja, dia merasa gugup dan takut secara bersamaan melihat respon dingin yang di tunjukkan oleh Jimin.

"Gomawo," cicit Jimin mengambil segelas air yang di pegang Yoongi. Dia yakin, bila gelas tersebut untuknya.

Yoongi hanya diam memperhatikan Jimin, gelas kosong tersebut kembali di sodorkan padanya. "Kau baik-baik saja 'kan?"

Mata cantik yang menjadi sayu tersebut mendelik sinis. "Kau bodoh atau bagaimana? Aku baru saja kehilangan orang yang ku sayang dan kau bertanya seolah tak terjadi apa-apa."

Mendengarnya lagi membuat Yoongi sebal dan marah. Meski dia berusaha menutupi, raut wajahnya tak bisa berbohong. Jimin mengambil kedua tangan Yoongi ke dalam pangkuan seraya mengunci tatapan keduanya.

"Bisakah, kau bawakan kotak berwarna biru dengan angka tiga di apartemenku? Tapi tolong jangan di buka."

Yoongi berdecak sebal. "Aku akan menyuruh Namjoon untu xxk membawakannya kemari."

"Gomawo," balas Jimin yang dibalas deheman singkat.

Setelah menelepon Namjoon, lelaki bermarga Min tersebut keluar dari kamar dan kembali dengan nampan di tangannya.

"Makanlah dulu, kau harus minum obat." Yoongi duduk di tepi ranjang, di tangannya sudah terdapat semangkuk bubur hangat buatannya sendiri.

Catat, Yoongi membuatkan bubur sendiri untuk Jimin. Hal langka bagi seorang Yoongi yang mau merepotkan dirinya untuk orang lain. "Aku yang membuatnya. Setidaknya hargai usahaku."

"Mwo?" Jimin melongo dengan mulut yang terbuka. "Jinjja? Lagipula aku tidak meminta."

Decakan sebal keluar dari bibir tipis tersebut. "Disaat sakit begini, kau masih saja menguji kesabaranku. Ketika kau sembuh nanti, akan ku pastikan kau tidak akan memiliki kesempatan turun dari ranjang."

Sama halnya, kini Jimin yang mendelik sebal. "Setidaknya kau sedang punya hati sekarang," cibirnya seraya menerima suapan bubur tersebut.

Jimin mengangguk pelan menikmati rasa bubur itu karena lidahnya menerima baik. Biasanya ketika sedang sakit, dia akan menolak makanan bertekstur lembek seperti bubur, tapi sekarang berbeda cerita.

My (Fake) Love || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang