Sepulang sekolah, Caibing menggunakan tudung Hoodie untuk menutupi perban yang ada di kepalanya.
Jika hal itu terlihat oleh guru maupun siswa siswi lain, ia akan terkena masalah. "Lo bolos aja hari ini, ntar gua absenin deh."
Dengan geram Caibing memukul Yaning. "Sesat, nyuruh temen sendiri bolos."
"Gue gapapa, jangan gitu coba liatnya."
Ruiqi, Xiaoting, Dan Yaning seketika mengalihkan perhatian mereka setelah mendengar sindiran samar dari Caibing.
"Udah ah, ribet Lo semua."
Saat hendak meninggalkan tempat itu, secara tidak sengaja, ia berpas Pasan dengan Yujin.
Awalnya mereka tidak saling peduli, namun Yujin tidak sengaja menarik hoodienya dan membuat luka perban itu seketika terlihat.
"Kepala Lo kenapa?"
Karena merasa ini peluang bagus, secara tidak sadar ketiga temannya itu sudah pergi entah kemana. "Bukan apa apa, duluan ya—"
"Bentar-"
Yujin perlahan mengangkat tangannya untuk mengintip seperti apa luka yang ada dikepala Caibing. "Anjing!"
"Luka separah itu cuma Lo perban terus gadikasih apa apa?"
Karena gak tau apa apa, Caibing mengangguk. "Iya, biar darahnya gak keluar lagi."
"Tolol, gak guna masuk kelas IPA tapi gabisa mikir pake logika."
Setelah melihat kanan kiri dan memastikan tempat mereka aman, Yujin segera menarik Caibing ke dalam UKS dengan paksa.
"Lepasin—"
"Bacot deh Lo."
***
"Tadi ga dikasi alkohol?"
Caibing menggeleng. "Sakit."
Mendengar itu, Yujin justru tertawa. "Sama alkohol sakit, berantem setiap hari gak sakit, preman kw."
Tanpa mendengarkan omongannya barusan, Caibing justru menghembuskan nafasnya malas. "Udah?"
"Bentar..."
"Lagian, kenapa pengen buru buru dah? Nyari apaan Lo?"
"Males bolos." Balas Caibing seadanya.
"Jamkos, tadi baru dikabarin sama Jiwon, jadi gak guna kalo masuk kelas."
Sedikit kehabisan alasan, jadi Caibing hanya diam.
"Kenapa bisa gini? Mainan benda tajam apa? Lukanya agak parah." Jelas Yujin.
Dari awal, dia udah curiga pasti Caibing ngelakuin hal gak bener lagi sampai lukanya kaya gini.
Dikepala lagi, bahayanya berkali kali lipat. "Gak ada."
"
Pecicilan sih."
Setelah selesai dengan kegiatan itu, Caibing hendak pergi dari sana, Namun secara tidak di duga, Yujin menahannya. "Gue.."
"Mau ngomong..."
Caibing menoleh. "Ngomong aja, Gak banyak waktu soalnya."
"Soal kemaren—"
Dengan segera, ucapan itu dipotong. "Oh iya, gapapa santai aja."
"Tapi—"
"Gue duluan."
Setelah ditinggalkan sendirian di UKS, Yujin hanya bisa mendecak sebal. "Niat pengen minta maaf malah dibales gitu."
"Baik baik sombong, mana sok keren lagi."
***
"Tolol, pake ak jarak dekat, mana lawannya shotgun, kebanyakan makan laler Lo!"
Dengan kesal, Yurina melempar tutup botol minumnya persis di jidatnya Xiaoting. "Bacot."
Jam kosong adalah kesempatan mereka itu berbuat seenaknya, ada yang Mabar game online, main catur, monopoli, lengkap pokoknya.
Udah kaya tempat prostistusi.
"Weh Jin, dari mana Lo?" Kepo Yurina karena jam pelajaran hampir selesai dan Yujin baru dateng.
"Nyari cupang."
Sempat berpas pasan dengan Caibing, Yujin menatap wanita itu sebentar, lalu melaju ke kursi tempat duduknya.
"Habis ini mapel apa?"
"Matematika." Balas Yerin.
Mendengar itu, Yujin hanya mengangguk. "Ohh.."
"Lo udah?"
"Udah apaan?"
"PR yang disuruh gambar rumus analisis yang kemaren?"
"BANGSAT! KOK BARU BILANG SIH?!!"
Yubing
KAMU SEDANG MEMBACA
Polaroid | Caijin✓
Fanfictionlove? cringe. -GL -Angst -Harsh words [ Homophobic do close this page, ty ]