[6] Speed

25.6K 1.5K 14
                                    

Amelia memasang seatbelt-nya dengan cepat. Menoleh dengan ekspresi datar ke arah samping. Ia memutuskan mengikuti keinginan pria itu semata-mata hanya untuk ingin tahu ada apa yang terjadi dengan kembarannya.

Pria menyebalkan itu tersenyum manis ke arahnya. Lesung pipi yang sungguh ia benci.

"Ada apa dengan Mia?" tanyanya penasaran.

"Sebentar, kita belum jalan."

Pria itu menghidupkan mesin mobilnya. Melajukan mobilnya meninggalkan kafe yang sehabis disorot banyak kamera. Wartawan seakan mengerubungi tempat mereka bertemu tadi. Dan Amelia tak memperdulikan lagi apa yang akan wartawan itu beritakan tentangnya.

Amelia mendengus kasar, "Ada apa dengan Mia?"

Pria itu tak menjawab pertanyaan perempuan itu. Memilih fokus berkendara.

"Kau tahu, aku tadi sampai melupakan makan siangku saat melihat pesan romantismu."

Amelia mengerutkan keningnya bingung, "Aku tak pernah mengirim pesan romantis padamu."

"Well, setiap pesan yang kau kirim padaku adalah pesan romantis untukku."

Hening.

Amelia berusaha menahan emosinya, "Berhenti berkelakar!"

"Aku tak berkelakar sungguh!"

Amelia memutuskan membuang mukanya ke luar jendela.

"Sebenarnya bukan hanya tadi aku melupakan makan siangku."

Pria itu menoleh kecil ke arah Amelia. Perempuan itu terlihat tak sedikitpun tertarik dengan obrolan mereka.

"Setiap hari aku tak pernah makan siang karena tak ada yang membuatkan bekal makan lagi sekarang."

Hening.

Amelia sibuk dengan pikirannya sendiri. Pria itu menghela nafasnya pelan. Sulit sekali menarik perhatian perempuan itu.

"Tak ada lagi yang mengurusku lima tahun belakangan ini. Lihatlah rambutku! Aku memanjangkannya dan merawatnya seperti yang kau mau," ucapnya memamerkan rambut sebahunya yang dikuncir.

Amelia sedikitpun tak merespon. Sungguh tak penting menurutnya. Tak lebih seperti racauan orang gila.

"Demi dirimu.. aku rela melakukan apapun."

Hening.

"Ada apa dengan Mia?" ia tak ingin membahas apapun lagi kecuali dengan saudarinya.

Pria itu menghela nafasnya kecil. Perempuan itu benar-benar tak ingin perduli tentang dirinya lagi. "Mia mirip denganmu."

"Karena kita memang saudari kembar."

"Ya.. itulah kenapa aku membahasnya. Mia mirip denganmu. Tapi juga berbeda. Kau lebih cantik."

"Jangan bercanda! Apa yang terjadi dengan saudari kembarku?"

"Tak ada. Hanya itu yang ingin kukatakan," ujarnya mengendikkan bahunya dengan tampang tak bersalah.

Really?

Amelia mendengus kasar. Pria itu benar-benar... Ia kira sesuatu yang penting. Tahunya sesuatu yang sangat-sangat tidak penting. Pria itu sepertinya memang sengaja mempermainkannya.

"Turunkan aku disini!"

"Sebentar, 2 menit lagi kita sampai."

Emosinya sudah sampai ubun-ubun. "Turunkan sekarang!"

Kenan menambahkan kecepatan mobilnya. Amelia berusaha menutupi ketakutannya. Pria itu mengendarai mobil dengan sangat kencang. Memilih menutup matanya ketakutan. Pria itu bahkan tahu jika ia takut akan kecepatan.

"Berhenti! Apa kau tak dengar?!" pekiknya memegang erat pegangan mobil.

Kenan tak menghiraukan perkataan perempuan itu. Fokus membelah lautan kendaraan di tengah keramaian kota. Menyalip beberapa mobil di depannya.

"Aku sudah bilang jika aku akan mengantarmu sampai rumah."

"Aku bilang berhenti!"

Pria itu tetap tak menghiraukan perkataannya. Hingga beberapa menit kemudian mobil perlahan menepi di depan gerbang mansionnya.

Amelia segera memegang gagang pintu mobil dengan tangan gemetar. "Buka pintunya!"

Kenan menggelengkan kepalanya. Meraih sebelah tangan kanan Amelia. Mengelusnya lembut. "Jangan takut, aku disini!"

Amelia dengan gerakan spontan menarik tangannya. "Aku akan berubah pikiran jika kau terus memanfaatkan kelemahanku."

Pria itu menggeleng cemas. Perempuan itu tak boleh berubah pikiran.

"Kumohon jangan! Aku hanya ingin lebih lama denganmu. Bukan maksudku memanfaatkan kelemahanmu. Kau tahu? Bersamamu adalah hal yang terindah dalam hidupku."

Amelia ingin sekali mencibir perkataan sok manis yang keluar dari laki-laki berengsek itu. Ia sama sekali tak luluh.

Tin! Tin! Tin!

Mereka berdua sontak menoleh ke belakang. Amelia membulatkan matanya terkejut. Itu mobil Daddy-nya.

Habislah dia!

To be continued...

NOT MY EX ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang