NOT MY EX ✓ (COMPLETED)

[11] Kakak

Deg!

Amelia menelan ludahnya susah payah. Apa jangan-jangan kakaknya sudah tahu permasalahannya? Apa video itu sudah menyebar ke Indonesia? Atau Daddy dan mommy atau Mia sudah memberitahu kakaknya? Pikirannya berkecamuk menerka-nerka hal buruk terjadi. Ia tak ingin akhirnya kakaknya pulang tanpa separuh hatinya. Ia tahu kakaknya sedang berjuang keras untuk mendapatkan pujaan hatinya di negeri Indonesia. Hingga mengobarkan apapun yang pria itu miliki. Dan jika kakaknya pulang maka ia wajib membawa serta perempuan itu. Namun masalahnya perempuan itu susah didapatkan karena menganggap kakaknya hanya sebatas sahabat.

"Why calon kakak ipar?" tanya Kenan tak terima. Susah payah ia mendapat restu dari orang tua perempuan pujaannya. Ia tak akan membiarkan satu orang saja menghalangi pernikahannya.

"Bukankah kau tak bisa move on dengan mantan kekasihmu? Jangan jadikan adikku pengalih hatimu. Batalkan pernikahan kalian!"

Bukan hanya partner tapi juga teman dekat. Tak heran mereka akrab satu sama lain. Ia sudah tahu cukup lama. Dari setelah mereka putus saat itulah Kenan mendekati kakaknya. Entah apa tujuannya ia tak perduli kala itu. Namun satu hal yang pasti. Kakaknya belum tahu jika ia dan Kenan pernah berpacaran. Dan mungkin kakaknya salah mengira.

"C'mon dude, aku tak pernah sedikitpun mengalihkan hatiku pada wanita yang kucintai. Walau aku sudah berusaha keras."

"Apa maksudmu?! Jangan bermain-main denganku!"

"Wanita yang dari dulu kucintai hanya satu, adikmu."

"Apa?!"

"Santai dude.. lain kali akan kuceritakan. Sedikit lagi acara akan selesai. Sampai jumpa!"

Tut!

Telepon dimatikan sepihak oleh Kenan. Tak lama kemudian telepon kembali berdering. Namun Kenan mengabaikannya memutuskan mematikan ponsel itu lalu memasukkannya ke dalam saku.

"Hey! Kembalikan ponselku!" protes Amelia.

"Shuut.. sayang jangan marah-marah. Aku hanya akan menyimpannya sebentar. Acara ini sangat penting untuk masa depan kita jadi jangan sampai ada yang mengganggu."

"Tapi dia kakakku! Dia berhak tahu."

"Lalu mengapa ia tak berhak tahu jika aku calon suamimu? Kenapa kau tidak memberitahunya langsung? Okay fine.. aku mengerti aku hanya.. lupakan.. aku hanya sedikit tersinggung. Ayo teruskan acara ini," ujarnya seperti menahan sesuatu. Apa pria itu marah?

Amelia mengerutkan alisnya. Kenapa dengan pria ini?, "Ada apa denganmu?"

"Aku? Aku baik-baik saja. Aku bahagia. Hanya saja tak menyangka kau tak seantusias yang kukira."

Amelia menghela nafas pelan, "Ayo masuk saja!" pria itu jelas tahu jawabannya.

Kenan kembali lesu, "Well, sayang kau tahu aku belum makan dari tadi pagi. Suasana hatiku tiba-tiba kacau."

"Makanlah."

"Apa? Apa maksudmu kau menawariku makan denganmu?" ujarnya kembali semangat.

"Ini acara makan-makan. Kau bisa makan." Ujarnya ketus.

"Ayo!" ajaknya menggandeng tangan Amelia.

"Ck! Maksudku kau saja sendiri!" mengibaskan cekalan pria itu dengan kasar.

"Tadi kau menawariku makan, sayang."

Amelia menghela nafas pelan, "Aku tak menawarimu aku menyuruhmu."

"Sama saja. Ayo antarkan aku!"

"Antarkan kemana?"

"Makanlah, kita harus makan bersama."

"Kau bisa sendiri."

"Aku tak bisa."

"Kau ini kenapa?!" heran dengan tingkah pria ini.

"Aku tak bisa tanpamu."

"Menyingkirlah!" ujar Amelia mendorong pria itu yang semakin menempel padanya.

"Tapi aku sudah sangat lapar."

"Makan saja apa susahnya?!" geramnya.

"Aku ingin kau temani, sayang."

"Aku tak mau."

"Kau calon istriku maka kau wajib menuruti calon suamimu. Ambilkan aku makanan!"

"Ambil sendiri aku bukan pembantumu!"

"Ayolah.. semua orang tahu sebentar lagi kau akan menjadi nyonya Efran, sayang. Tolong ambilkan makanan kesukaanku. Kau pasti tahu."

"Aku tak tahu."

"Well, tapi tadi aku melihatnya sekilas rendang balado kesukaanku. Kau pasti menyiapkannya untukku kan? Aku tahu itu."

Dan sialnya Amelia tak sengaja memilihnya karena terlalu pusing dengan pilihan makanan untuk acara lamaran sialan ini. Ck! Pria ini terlalu percaya diri.

To be continued...