Terkadang kita hanya perlu waktu untuk melupakan masalah-masalah yang telah lalu. Finally, pernikahan Kenan dan Amelia digelar dengan meriah. Wartawan-wartawan sengaja diundang namun hanya yang terpilih untuk mengumumkan jika hubungan mereka benar-benar serius. Hanya sebagai rumor baik yang mungkin bisa menenangkan semua. Sekaligus membersihkan nama baik keluarga. Memang pernikahan bukan tindakan yang tepat. Tapi minimal dapat membersihkan masalah yang ada.
"Sayang.. apa kau gugup juga?" pria itu terlihat sedikit gugup karena duduk di depan potretan dan sorotan kamera.
"Tidak," bisiknya ketus. Namun bibirnya sebisa mungkin tersenyum manis karena berada di depan banyak tamu.
"Kupikir kepercayaan diriku menurun sekarang. Bisakah satu kecupan disini?" ujar pria itu menunjuk bibirnya sendiri. Memainkan alisnya naik turun.
"Dasar gila!"
"Kau tahu kan sayang, aku sedikit tak menyukai kamera."
Ya, tentu saja Amelia tahu pria itu dari dulu anti dengan kamera. Kelemahan yang juga menjadi masalah untuk seorang Kenan. Apa ia perduli itu? Tidak.
"Sayang, bisakah kau mengajakku bicara?" bisiknya lagi.
"Tidak. Kau tidak lihat situasinya?"
"Tapi, sayang... Aku benar-benar butuh ciuman."
Kenan terlihat semakin gugup. Namun dia berkali-kali berdehem berusaha mengusir kegugupannya. Pria itu butuh pengalihan yang bisa mengalihkan semua pikirannya. Salah satunya dengan ciuman. Tapi mengingat mereka belum sah menikah maka ia harus tahan.
***
Amelia melirik sinis pria yang sedang menyugar rambutnya ke belakang. Pria itu baru saja selesai dari kamar mandi. Acara sudah selesai beberapa jam lalu dan kini mereka sedang berada di kamar hotel untuk menjalani malam pertama. Cih! Jika boleh memilih Amelia ingin sekali kabur dari sana. Namun itu tak mungkin karena mungkin wartawan sedang berkeliaran di luar.
"Ayolah sayang jangan marah-marah terus. Lupakan yang telah lalu! Kita bangun sama-sama rumah tangga kita yang sakinah, mawadah, warahmah."
Amelia tak menjawab. Ia lekas berjalan masuk ke dalam kamar mandi tak menghiraukan perkataan pria yang sudah sah menjadi suaminya.
"Lagipula kita ini sudah sah. Wajar saja aku menciummu, honey."
Memang wajar orang yang baru menikah berciuman. Tapi, tidakkah pria itu tahu situasi dan kondisi? Wajar memang jika di kening atau di pipi. Masalahnya di depan khalayak ramai pria itu mencium bibirnya. Bukankah malah seperti flashback masa lalu? Mengingat skandal ciuman mereka.
"Ayolah sayang kita baru saja menikah jangan diam terus. Kita harus selalu menjalin komunikasi agar hubungan kita awet muda." Menggedor pintu kamar mandi yang terkunci. Bibirnya cemberut karena tidak diijinkan masuk.
Amelia tersenyum sinis. Tidak akan seawet yang pria itu pikir.
***
"Sayang sudahlah.. jangan menangis terus!" ujar William menenangkan istrinya yang sedari tadi menangis setelah acara selesai. Ia mengusap lembut punggung istrinya.
"Tapi mas, bagaimana jika anak kita ada apa-apa? Apa kau tak ingat dia suka merengek mengadu jika ada orang yang mengganggunya?" ujar Skyla menerawang.
"Shttt... Dia sudah besar. Dia sudah punya pria bajingan itu. Lagipula aku yakin pria itu bisa bela diri."
"Mas..." tegur Skyla.
"Iya sayang namanya Kenan."
"Tidak baik memanggilnya bajingan, mas."
"Iya sayang aku minta maaf."
"Bukan masalah itu, aku tahu Kenan akan melindunginya. Tapi, pasti ada saatnya dia tidak butuh orang lain."
"Dia gadis yang kuat sayang."
"Tapi..."
"Jangan mengkhawatirkan apapun itu, sayang. Tidakkah kau percaya dengan puterimu?"
"Iya tapi mas..."
"Jika terjadi apa-apa dengan puteriku aku tak akan segan-segan menghabisi pria itu."
"Mas.. jangan begitu juga."
"Jika kau khawatir aku malah lebih khawatir, sayang."
Skyla hanya bisa menahan ucapannya. Suaminya memang lembut padanya tapi tidak kepada orang yang dia benci. Pria itu terbiasa merealisasikan ucapannya. Walaupun memang itu hal yang sangat baik. Tapi di sisi lain itu adalah hal kejam.
"Apa kau masih tak merestuinya, mas?"
"Jika dia bisa membuktikan janjinya dan takkan pernah menyakiti puteriku, aku akan menerimanya menjadi menantuku."
"Jadi, untuk saat ini belum?"
"Kita lihat saja nanti."
Skyla mengangguk memahami keputusan suaminya. Memang perlu waktu untuk merelakan puterinya, tapi ia yakin Kenan pasti akan membahagiakan puterinya. Terlepas dari kesalahan pria itu.
"Mas.. apa kau lihat pria yang bernama Hasan tadi?"
"Aku melihatnya."
"Bagaimana pendapatmu?"
"Tidak buruk."
"Dia istimewa mas."
"Yeah.. kupikir dia akan menjadi menantu terbaikku."
"Jangan lupakan Shahinaz!"
"Ah dia calon menantu terbaik juga."
"Gibran dan Shahinaz, mereka berdua dari kecil selalu bersama tapi saat sudah dewasa sulit sekali bersatu," ujar Skyla sedikit sedih.
"Kupikir Gibran sama sepertiku. Susah sekali mendapatkan hati wanita yang tidak peka."
"Apa maksudmu mas?!"
Pria itu menyengir, "Tapi bedanya aku berani untuk langsung menikahinya."
Skyla memutar bola matanya malas, "Siapakah itu?"
"Siapa lagi jika bukan Skyla Putri Aurora Harisson. Panjang sekali namanya."
"Saat itu aku takut denganmu, mas. Apalagi kau bos yang galak. Aku takut menolaknya."
"Sayang! Katakan jika itu tidak benar!"
"Itu benar mas."
"Sayang!" rengeknya tak terima.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT MY EX ✓ (COMPLETED)
Short StoryKenan Efran, pria yang tak bisa move on dari mantan kekasihnya, Amelia Putri Harrison. Rela melakukan segala cara. Bahkan cara kotor sekalipun ia lakukan demi mendapatkan kembali sang pujaan hati. Start : 1 Oktober 2021 #1 shortstory #5 #12 puisi #4...