[24] Ekstra Part 3

18.2K 924 25
                                    

Aska menyedekapkan tangannya menatap lekat gadis yang tengah menghapus papan tulis. Gadis itu piket sendirian. Tak ada teman yang membantu. Poor baby girl.

Ia tersenyum miring merencanakan hal yang sudah ia susun sebelum masuk ke dalam kelas barunya. Sebuah kelas buangan yang isinya hanya anak-anak nakal dan bodoh. Walaupun ia pintar tapi tak apa di tempat terkutuk ini demi melihat gadis itu menuruti setiap perintahnya.

"Hei kau!" ujarnya dengan nada bossy.

"Ya?"

"Sini cepat!"

Gadis itu berlari menghampiri anak laki-laki itu, "Ada apa?"

"Ambilkan aku spidol!"

"Ambil sendiri," ujarnya tak terima. Lagipula bukankah anak laki-laki itu anak baru?

"Ambilkan! Atau.." ia sendiri tak tahu ingin mengancam apa.

"Baiklah.." pasrah gadis itu mengambil spidol di depan kelas lalu menyerahkan kepada laki-laki arogan itu.

Gadis itu sudah terbiasa ditindas jadi ia hanya bisa menurut agar tidak dilukai. Laki-laki itu tiba-tiba menarik kuncirannya sampai terlepas.

"Awh sakit!" rintihnya mengusap kulit kepalanya yang perih.

"Tolong kembalikan kuciranku!"

"Tidak!" anak laki-laki itu mengangkat tinggi ketika Arsy mencoba menjangkau.

"Tolong kembalikan!"

"Tidak."

"Kumohon.." pintanya memelas. Matanya berkaca-kaca hendak menangis.

"Dengar!" Aska memegang rambut gadis itu.

Hanya sekedar merasakan lembutnya rambut berkilau ini. Ternyata lebih lembut daripada yang dibayangkan.

Gadis itu meringis takut. Ia takut dijambak. Itu sangat menyakitkan.

"Kuciran ini milikku sekarang. Kau adalah asisten pribadiku mulai saat ini. Jadi, turuti semua perintahku!"

Arsy menggeleng kepalanya menolak. "Tidak mau."

"Harus mau!"

"Tidak mau."

"Kau berani membantahku hmm?"

Gadis itu menggeleng takut, "Baiklah.. baiklah.."

"Gadis pintar!" anak laki-laki itu mengacak-acak poni rambut gadis gemas.

"Mulai sekarang panggil aku tuan Aska!"

Arsy mengangguk polos. Ia takut dengan laki-laki menyeramkan ini. Selain tinggi, pria kecil itu juga keji.

Aska tiba-tiba menarik tangan gadis itu. Membuka tutup spidol lalu menuliskan sesuatu di atas telapak tangan Arsy.

"Apa.. yang ingin kau tulis?"

"Diam!" ia tak suka diganggu saat sedang menulis.

Arsy menatap tangannya khawatir. Untung saja bukan spidol permanen bagaimana jika iya? Ia akan kesusahan menghapusnya.

'Aska The Best Boy ❤️'

Aska tersenyum puas melihatnya.

"Tidak boleh dihapus atau kau tahu sendiri akibatnya."

Arsy mengangguk menurut, "Baiklah.."

"Sana pergi!"

"Baik.."

"Eh sebentar!"

"Ada lagi?"

"Aku ingin kau kerjakan tugas hari ini!"

"Tapi.."

"Tapi apa huh?"

"Bukankah kau.. anak baru?"

"Panggil aku tuan Aska! Memangnya kenapa kalau aku anak baru?"

Arsy mengangguk takut-takut, "Maksudku, tuan Aska. Tuan Aska anak baru jadi tidak harus mengerjakan tugas."

"Siapa bilang? Memangnya kau guruku?"

"Eh.."

"Tunggu, dimana tempat dudukmu?"

Arsy menunjuk bangku pertama dari pojok kanan.

"Aku akan duduk bersamamu."

"Tapi.. temanku sudah menempatinya."

"Suruh dia pindah!"

"Tapi..."

"Pilih mengerjakan tugasku atau duduk denganku?"

Arsy terlihat bingung.

"Cukup! Tak usah berpikir! Kuputuskan duduk bersamamu."

Arsy terdiam terlihat sedikit tak terima.

"Okay?"

Gadis itu mengangguk polos. Aska tersenyum puas. Inilah yang ia inginkan. Gadis itu harus menuruti semua perintahnya.

NOT MY EX ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang