[13] Mia

17.4K 1.1K 5
                                    

"Mia.. Dia.."

Pria itu segera memarkirkan mobilnya ke pinggir jalan. Mengusap-usap lengan perempuan itu supaya tetap tenang.

"Tenangkan dirimu, sayang! Ceritakan pelan-pelan saja!" ia sebenarnya khawatir dengan keadaan Amelia yang terlihat buruk.

"Sekelompok orang menarik jilbabnya tadi.." ujarnya bergetar. Amelia mengambil nafasnya dalam. Seakan tak kuat untuk menceritakan hal buruk itu. Kenan terus mengelus kepala perempuan itu lembut.

"Mereka menginginkan.. menginginkan agar Mia melepaskan hijabnya... Pasti mereka mereka mengira Mia itu aku.. ini.. ini pasti karenaku," ujarnya menundukkan kepalanya. Air matanya perlahan luruh.

Kenan menatap wanita itu sayu,
"Shhht sayang jangan bilang begitu.." tentu saja ia tahu biang kerok masalah yang harus berimbas pada Amelia dan keluarganya. Itu karena dia. Dan ia menyadarinya.

"Lalu bagaimana keadaannya sekarang?"

"Dia baik-baik saja karena ditolong oleh temannya. Aku akan menemuinya saat ini."

"Jangan! Maksudku.. kupikir Mia butuh waktu untuk memulihkan kondisinya. Dan kupikir wartawan justru akan membuat onar lagi saat ini. Bukan hanya padanya tapi padamu atau bahkan orangtuamu." Ia sebenarnya sangat menghawatirkan keadaan Amelia. Ia tak ingin sesuatu terjadi padanya. 

Amelia terdiam sejenak.

"Tak apa, sayang. Tenangkan dirimu saat ini! Kalau perlu aku akan mencari siapa yang berani menyakiti kembaran calon istriku. Kita akan mencari keadilan untuk Mia."

"Terimakasih.."

Pria itu tersenyum kecil. Mengangguk pelan. "Tidak perlu berterimakasih."

Amelia menghapus air matanya kasar. "Lalu aku harus bagaimana sekarang?"

Pria itu membawa Amelia ke pelukannya. Memeluknya lembut seakan menyalurkan kehangatan.  Amelia tak bisa menolak. Karena memang kini ia sekarang perlu penopang.

"Apa Daddy dan mommy sudah tahu?" bisiknya mengelus punggung Amelia lembut.

"Mia tak ingin aku memberitahu masalah ini kepada mereka. Dia tak ingin mommy dan daddy khawatir."

"Bukankah ini hal yang sangat penting untuk diberitahu?"

"Tidak Ken. Aku tidak ingin mendahului keputusan Mia."

"Baiklah kalau begitu. Aku akan mencoba mencari tahu tentang mereka."

"Aku juga ingin."

"Tidak boleh. Kau tidak ingat kita tidak boleh bertemu dua minggu ini sayang?"

Matanya kembali meredup. Raut wajahnya kembali bersedih.

"Tapi kita bisa saling menelepon kan?" ujar Kenan menghibur.

Amelia mengangguk kecil. "Aku akan menemuinya besok."

"Tidak boleh.. maksudku.." ia sebenarnya tak bermaksud melarang Amelia. Tapi ia tak ingin terjadi apa-apa pada Amelia.

"Kau tidak boleh keluar rumah bukan? Kita harus menghormati tradisi aneh keluargamu."

Amelia menghela nafasnya kasar. "Kenapa aku harus menikah denganmu?!"

"Karena kita sudah ditakdirkan bersama."

Amelia tak menjawab. Ia mengeluh kasar.

"Tenang saja sayang, Mia pasti baik-baik saja. Jangan khawatir!"

"Tapi.."

"Tidak usah memikirkan apapun. Aku akan mengurusnya."

"Apa kau bisa berjanji padaku mengurusnya sampai clear?"

"Aku janji sayang. Bagaimana kalau kau meneleponnya saja?" dia ingin membuat Amelia tenang setelah mendengar kabar saudarinya.

Amelia mengotak-atik ponselnya. Berkali-kali mencoba menghubunginya tetapi malah tidak aktif. Apa memang Mia sengaja mematikan ponselnya?

"Tidak aktif."

"Mungkin dia sedang menenangkan dirinya saat ini. Coba saja lagi nanti. Lagipula bukankah sudah ada temannya yang menolongnya tadi?"

Amelia mengangguk, "Aku pikir pria itu bukan sekedar temannya. Dia pria yang spesial di mata Mia. Satu dua kali dia menceritakan tentang Hasan."

"Oh ya?" entah kenapa ia sedikit tak nyaman mendengarnya. Ada rasa kesal di dadanya mendengar Amelia membahas seorang pria di situasi semacam ini. Sialan!

"Apa kau kenal dengan pria itu?"

Amelia menggeleng kecil, "Aku tidak kenal. Tapi aku ingin sekali berterimakasih kepada Hasan telah menolong Mia."

"Biar aku saja!"

"Tapi aku ingin berterimakasih secara langsung."

"Tidak usah! Biar aku saja."

"Tapi ini bukan urusanmu Ken."

"Tentu saja urusanku, bukankah aku calon suamimu? Artinya aku keluarganya juga."

"Astaga ada apa denganmu?"

Kenan membuang mukanya ke arah lain. Sebenarnya ia sedang khawatir jika pria sialan yang bernama Hasan bisa membuat Amelia beralih.

"Jangan bilang kau cemburu?"

"Tidak!"

"Astaga Ken kau sungguh kekanakan!"

Kenan mengendikkan bahunya tak acuh, "Cemburu artinya sayang. Bukankah itu hal wajar?"

"Itu tidak wajar Ken. Kau pikir aku akan jatuh hati dengan pria dari saudariku sendiri?"

"Tentu saja tidak. Aku sangat percaya padamu sayang. Kau pasti akan tetap memilihku walaupun banyak sekali pria tampan di dunia ini."

Amelia menggeleng jengah. Dasar menyebalkan!

"Aku ingin pulang!"

"Baiklah, sayang." Ia harus memberi jaminan keselamatan tertinggi pada calon istrinya. Tak ada yang boleh menyentuhnya sedikitpun. Mematahkan tulang adalah hal yang mudah untuknya. Ia memiliki perasaan buruk atas kejadian ini.


To be continued...

NOT MY EX ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang