Hampir sepuluh menit Kiki berdiri di depan sebuah toko, tadinya ia hendak membeli bahan-bahan untuk praktek prakarya esok hari. Tapi setelah sampai, toko yang ia tuju sudah tutup, begitupun toko-toko disekelilingnya.
Bisa dibilang, tempat Kiki berdiri sekarang bagai pasar tak berpenghuni. Kemana seluruh pedagang yang ada? Padahal waktu masih menunjukkan pukul delapan malam.
Mata indahnya mengedarkan pandangan ke segala arah, berharap ada seseorang yang datang untuk sekadar bertanya. Karena keadaan malam ini benar-benar menyeramkan, suara buruk gagak sukses menbuat bulu kuduk anak itu berdiri.
Sebisa mungkin Kiki menepis semua pikiran buruk yang kini sudah memenuhi isi kepalanya. Ia berjalan santai sambil bernyanyi pelan.
I got pushed tteomillyeo wasseo
oraedo chaja hemaen kkumui mun ape
nae ane geu jageun noraega
jageun noraega nal yeogi deryeowasseooerowodo gidael got eopsi
goerowodo meomchum eopsi
geujeo chamgo gyeondin siganui uimireulijeya na neol mannan hueya
sonjabeun hueya geu iyureul kkaedaraYeah I’m scared duryeopgin hajiman
himchage ttwieoga let’s just try
It’s our chance sueopsi saegyeojin
jinan baljagugi araWoah oh
chinguga doeeo hamkke georeojwo
Let’s just run for our lives
Woah oh
soneul naemireo geurigo yaksokhae
Let’s just run for our livesWoah oh
miraeui muni yeolligo yaksogui geunari boyeo
You & I
We can fly
neon tto dareun na nan tto dareun neo
Let’s just run for our livesNyanyian Kiki terhenti saat ia tak sengaja mendengar suara langkah kaki dari belakang. Kiki kemudian membalikkan tubuhnya. Tapi nihil, tidak ada siapa pun disana. Hanya ada pohon-pohon tinggi yang berjejer rapi sepanjang jalan, tidak ada satupun kendaraan yang lewat, nampaknya keseraman Kamis malam ini lebih dari biasanya.
Kiki melanjutkan langkahnya, tapi suara langkah kaki tadi muncul kembali. Dengan cepat anak itu berlari kencang. Bagaimana cara Kiki memberitahu Kei, Niko, dan Ezra kalau ia saja tidak membawa ponsel. Berteriak minta tolong pun tidak akan ada yang menolong, siapa orang yang akan datang ketempat yang sepi seperti ini?
Setelah tiga menit berlari, akhirnya jalan raya terlihat juga. Kiki menghela nafas lega karena sebuah mobil hitam terlihat bergerak ke arahnya. Tangan mungil milik Kiki melambai, kemudian mobil itu berhenti.
Jendela mobil lantas terbuka, seorang pria paruh baya kemudian bertanya pada Kiki. "Kamu sedang apa disini, Nak? Saya lihat, sejak tadi kamu berlari mengitari pemakaman ini."
Kiki jelas terkejut, pemakaman apa yang bapak itu maksudnya? Padahal Kiki ingat betul apa yang baru saja ia lewati.
"Maaf Pak, pemakaman apa yang bapak maksud? Sejak tadi saya diikuti oleh seseorang dari belakang, saya baru saja pulang dari toko disebalah sana." Tangan Kiki lantas menunjuk ketempat tadi.
Tapi, lagi-lagi Kiki dibuat terkejut. Pasalnya, apa yang ia tunjukkan pada bapak tadi adalah barisan makam yang sepi dan berkabut.
Melihat anak disampingnya hanya terdiam, bapak itu menepuk pundak Kiki pelan. "Nak, sebaiknya kamu pulang sekarang. Saya takut kamu kenapa-napa, tempat ini sering dijadikan tempat pembunuhan."
"Baik, Pak. Terimakasih banyak," ujar Kiki.
Mobil hitam itupun kemudian melaju meninggalkan Kiki sendirian. Surai hitamnya sudah dibasahi keringat, tangannya sudah bergetar ketakutan. Apa yang harus Kiki lakukan sekarang?
Dengan langkah pasti, Kiki akhirnya memberanikan diri untuk berjalan lagi.
Kemudian nyanyain kembali terdengar. Bukan, bukan Kiki yang bernyanyi. Itu adalah suara dari seseorang berjaket hitam yang menyeringai kearah Kiki.
Tak sempat melarikan diri, Kiki mendadak disekap dari belakang. Entah apa yang sudah orang itu olesi pada sapu tangannya sehingga anak laki-laki bernama Kiki pingsan begitu saja.
Disebuah bagunan lantai tiga, seseorang yang tadi membawa Kiki sedang bersantai disebuah kursi mahal dengan sebatang rokok yang ia selipkan diantara jari telunjuk dan jari tengah.Asap rokok itu mengudara, membuat orang yang mengisapnya tersenyum.
Memandang mangsanya dengan mudah tertangkap, tidak menyurutkan rasa bahagia orang itu. Sebut saja namanya Mr.K
Kaki Mr. K kemudian menendang dan menekan tubuh Kiki yang terbaring lemah. Setelah beberapa kali melukai Kiki dengan tendangan, Mr. K akhirnya berhasil membuat anak itu bangun.
"Kiki, bangun! Lo mau gue pukul lagi?" ucapnya tegas.
Dengan sedikit meringis, Kiki mengerjap kemudian menatap Mr. K penuh. Lidah Kiki mendadak tidak bisa mengucap sepatah katapun. Ia hanya bisa mematung memandangi pria bertubuh tinggi yang ada dihadapannya itu.
Mr. K berjalan menjauh, ia membuka sebuah laci dan mengambil pisau belati kecil entah untuk apa. Hentakkan kaki mulai mendekat kearah Kiki.
Mr. K bertanya, "Lo kaget ya liat gue? "
"Lo mau ngapain? Jangan aneh-aneh!" Kiki menelungkupkan tangan memohon. "Jangan bunuh gue, please."
"Gak sekarang, Kiki. Gue mau liat lo kesakitan dulu," ujar Mr. K sambil membuang puntung rokok asal.
"Jangan ... gue gak bersalah!" Kiki membela dirinya sendiri.
Mr. K berjongkok dihadapan Kiki. "Iya tau, lo gak bersalah. Tapi lo gak mihak ke gue, lo gak kasihan sama gue, jadi gue juga berhak untuk ngelakuin apapun sama lo."
"Lepasin gue ...." Lagi-lagi Kiki memohon dengan berlinang air mata. Anak itu ketakutan setengah mati melihat sebuah pisau sudah bergerak mendekati pipi putihnya.
Mr. K sudah dibutakan, ia tidak merasa kasihan sedikit pun pada Kiki yang sudah meringis karena pisau yang ia bawa tadi sudah merobek pipi Kiki.
Besetan demi besetan membuat Kiki menjerit, darah berceceran mengotori bajunya yang putih.
Jika Kiki sedang kesakitan, tidak dengan Mr. K yang malah terlihat tertawa terbahak-bahak. Pria itu berkata, "Lo yang pertama."
Kemudian.....
Kemudian lanjut nanti, tungguin yaa...
Aku mau mau berjuang menghadapi PAS yang lebih menyeramkan daripada Mr.K
Papai yeorobun<3
KAMU SEDANG MEMBACA
4u+ || Hybe Japan
Humor[ TAMAT - L O K A L ] 26 November 2021 Empat menjadi tiga, tiga menjadi dua, dua menjadi satu, sampai habis tak tersisa. Ketidaksengajaan membuat dendam menjalar hingga menutupi kebenaran itu sendiri. Bagaimana bisa dendam membunuh 4 nyawa secara be...