Jyuu Nana

65 15 8
                                    

Melihat sahabatnya tersungkur seperti itu, mulut dan mata Niko terbuka lebar. Niko bingung harus melakukan apa agar bisa menghampiri sahabatnya yang tiba-tiba tidak sadarkan diri. Berbanding terbalik dengan Niko, Kevin malah terlihat tersenyum licik. Tidak bisa dipungkiri kalau apa yang telah Kevin perbuatan adalah sebuah tindak kejahatan yang sangat-sangat bengis. Cairan apa yang ia lakukan sampai membuat Kei tak sadarkan diri?

Kevin semakin merasa bahagia saat melihat Niko semakin panik. Dia kemudian berjalan menuju pinggiran lantai yang terbuat dari kayu.

Lagi-lagi Niko merasa terbodohi. Bagaimana bisa ia tak melihat kalau ada lantai kayu. "DASAR LICIK LO!"

Kevin tidak mengindahkan perkataan dari Niko, tungkainya terus berjalan dengan sebuah rencana yang sudah terakar sejak beberapa tahun lalu.

Kejadian beberapa tahun setelah sang Bunda meninggal membuat hidupnya seperti di neraka. Terus menerus dibully oleh Kei, Niko, Ezra, dan Kiki. Tidak diakui oleh si Kakak tiri, dianggap meninggal oleh Ayah sendiri dan hampir tewas karena kekerasan fisik oleh kakak tirinya, Kei.

Kaget? Jelas.

Siapa sangka, remaja yang terlihat kalem dan murah hati itu nyatanya adalah remaja yang hampir merenggut nyawa seseorang. Kevin juga sebenarnya ingin mati, toh hidup di dunia ini saja ia menderita. Tapi, rasa itu akan hilang saat ia sadar kalau tujuan hidupnya adalah untuk membalaskan dendam Bundanya. Terlebih lagi saat melihat wajah Niko yang seakan tidak memiliki dosa.

"Kenapa kayak ketakutan gitu, Niko?"

"Kei lo apain!" tanya Niko tegas.

"Nggak gue apa-apain, kok. Tenang aja, dia lagi tidur." Kevin mengikis jarak pada tubuh Niko, mungkin jarak mereka berdua sekarang hanya berkisar satu meter.

Kevin lalu melanjutkan ucapannya, "Dia lagi tidur buat sementara, setengah jam lagi kayaknya tidur untuk ... selamanya?"

"Sebenernya lo kenapa? Masalah lo sama Kei itu apa? Kenapa Ezra sama Kiki ikutan lo bunuh?" Tiga pertanyaan yang terus berputar dikepala itu akhirnya bisa terlontarkan juga. Kadang Niko kebingungan, siapa Kevin sebenarnya?

"Pertanyaan mana yang harus gue jawab lebih dulu?"

"Apa hubungan lo sama Kei?" Niko menatap korban bullyan-nya, Kevin.

"Gue ...."

Kevin maju dua langkah, kemudian berbisik. "Sodara tiri Kei."

Jantung Niko lagi-lagi dibuat maraton. Kebenaran yang ditutupi oleh Kei adalah itu?

"Lo bohong, kan?"

"Gak, tuh."

"Gak percaya gue."

"Percaya itu sama Tuhan, kalau percaya sama gue musyrik jatohnya. Mau ketemu sama Tuhan, gak? Nanti bisa reunian sama Kiki, sama Ezra juga."

"Gue, Ezra, sama Kiki nge-bully lo karena disuruh sama Kei. Jadi, gue nggak bersalah dong?"

"Enak banget tuh mulut. Lo emang nggak bikin gue babak belur kaya apa yang Ezra lakuin sampe kulit kepala gue ngelupas. Tapi lo pengen tau nggak, kenapa muka gue banyak bekas jaitan?"

Niko mengangguk, dia juga ingin tahu.

"Ini semua ulah Kei, dia yang udah bikin muka gue jelek kaya gini. Dan kalau lo tanya kenapa gue bunuh Kiki sama Ezra ... itu karena gue ...."

Niko semakin penasaran.

"Karena Kiki pernah papasan sama gue. Kalau gue nggak bunuh dia ... gue yakin cepet atau lambat dia pasti bakalan ngasih tau kalian. Mangkanya pas dia ketemu gue, dia nggak kaget sama sekali. Lain sama Ezra yang ketakutan."

"Kalau alasan gue bunuh Ezra, gabut aja sih gue."

"Lo stres tau nggak?"

"Tau, kok."

"Oke, sekarang ... ijinin gue pulang. Gue janji apa yang gue liat hari ini bakalan gue tutup rapat-rapat. Terserah lo mau bunuh Kei atau nggak, " Niko dengan gampangnya mengatakan hal bodoh seperti itu.

"Lo licik juga ternyata," ujar Kevin. "Tapi, karena Kei tepar, gue bales dendam ke lo aja gapapa, kan, ya?" Senyum iblis milik Kevin terukir lagi.

Tanpa ancang-ancang atau basa-basi, tonjokan demi bogeman terus dilancarkan Kevin terhadap Niko yang masih terkejut.

"Lo apa-apaan!" Niko berteriak dengan posisi tersungkur ke tanah.

"Bagun, Niko. Lawan gue!"

Niko tak bisa berbuat apa-apa, dia tidak bisa berkelahi.

Karena Kevin kasihan, ia lantas meleparkan satu balok kayu kepada Niko. "Pake itu dan lawan gue!"

Niko bangun, mengambil benda panjang itu lalu mulai mengatur nafas. Kevin lalu memberi kesempatan untuk Niko, menunggu dia melawan lebih dulu.

Brug!!

Tendangan kaki kanan Kevin membuat kayu yang di genggam Niko terhempas jauh.

"Lo serius? Si Pembully gak bisa pegang kayu sama sekali? Masa gitu doang jatoh? Haha ..." Kekehan terus terdengar, Kevin memukul Niko habis-habisan, tanpa ampun, tanpa kasihan.

Sampai—

4u+ || Hybe JapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang