Sepulang dari sekolah, ketiga siswa berseragam putih abu-abu menyempatkan diri untuk berkunjung ke pemakaman Kiki yang meninggal tiga hari yang lalu. Ketiganya berjalan kaki menuju gundukan tanah dengan nisan bertuliskan nama sahabatnya, rasa sesal jelas terlihat walau sudah mereka tutupi dengan rapi.
Tidak ada air mata, yang ada hanyalah kesunyian yang menyapa mereka. Sunyi selama lebih dari sepuluh menit membuat keseraman makam sangat terasa, langit mendung dan waktu yang menunjukkan pukul lima sore menambah keseraman yang ada.
Niko, remaja yang tidak suka dengan kesunyian tiba-tiba berbicara dengan nada tinggi. "SEPI BANGET BESTIE!"
Kei dan Ezra menatap horor, nampak jelas raut ketidaksukaan dari keduanya.
"Gue lagi berdoa, sopan dikit dong!" ucap Kei.
Ezra mengangguk menyetujui ucapan Kei, "Tau! Lo gak pernah belajar tata surya ya?"
"Apa sih, Za! Yang bener kan tata boga!" ketus Niko. Padahal ia dan Ezra sama saja.
"Kita lagi di pemakaman, kalian bikin poci nyengir noh!"
"Emang poci bisa open kafan?" tanya Niko polos.
Kei mengelus dada, "Ezra, tutor cara uninstall orang dong?!"
Oknum yang baru saja mengucapkan kata aamiin itu berdongak, "Niko, mau meet and great sama Kiki gak?"
"Si Ezra auranya gak enak," ujar Niko.
Kei kenimpali pertanyaan Niko asal. "Aura apa? Aura kasih?"
"Aura kembang tujuh rupa," jawab Niko. Anak itu kemudian bergegas pergi mendahului yang lain.
"Buru-buru banget mau kemana, Nik?"
Niko berhenti dan berbalik badan. "Mau ujan, lo gak liat awan udah dark mode?"
"Tunggu! Kumpul dirumah gue dulu, ada sesuatu yang pengen gue bahas."
Setelah Kei mengucapkan itu, Nikol terpaksa mengalah walau sebenarnya ia ingin bertemu dengan seseorang. Lagi pula, hujan akan segera turun. Tempat yang paling dekat dengan pemakaman adalah rumah Kei.
Hujan turun saat Kei, Ezra, dan Niko menapakkan kaki diteras rumah. Mereka harus lari secepat kilat demi menghindari guyuran hujan.Niko berbalik, sedetik itu juga ia berpapasan dengan wajah Ezra.
"Kenapa harus disitu sih mukanya!" ketus Niko.
"Ya terus muka gue mau ditaro dimana? Banyak omong lo!"
"Berisik ih! Udah tau banyak kilat," protes Kei.
Setelahnya Ezra dan Niko memilih duduk berjauhan, jika disatukan mereka berdua akan memunculkan era kegelapan.
Kei kembali bersuara, "Andai Kiki masih hidup, pasti seru."
"Jangan gitu, nanti Kiki sedih, kalo sedih bingung mau nganterin permen lewat jalur mana," sahut Niko.
"Kalian ngerasa gak kalau semenjak Kiki meninggal suasananya jadi lebih horor?" tanya Ezra.
Niko mendadak batuk, kemudian ia mendekatkan diri pada Ezra dan Kei.
"Kenapa?"
"Gapapa. Gue mau cerita,"Niko kemudian tersenyum lebar.
"Suudzon sama Niko boleh gak sih? Mukanya bikin overthingking," Ezra menjauhkan dirinya dari Niko.
"Kali ini gue serius, semalem ada yang ngetuk pintu rumah gue padahal udah tengah malem!"
"Yang bohong? Bukannya semalem lo gak ada di rumah ya?" ucap Kei memastikan.
Saat hendak manjawab pertanyaan, ibu Kei lagi-lagi muncul secara mendadak membuat kedua insan kecuali anak dari ibu itu terkejut.
"Ibu mah ngagetin wae ih! Jantung Niko jedag-jedug nih."
"Maaf ibu hilap, kalian udah makan? Mau Ibu masakin mie instan?" tawar ibu Kei.
"Enggak Bu, terimakasih. Ezra masih kenyang, "
Niko menjawab, "Ma—"
"Niko juga gak mau, Bu. Iya kan Nik?" Ezra terkekeh setelahnya.
"Yasudah, Ibu masuk dulu ya?" senyum kecut terbit dari bibir Ibu itu. "Kei! Ajak masuk ke dalem atuh temen-temennya! Disini dingin."
Kei mengangkat jempolnya tinggi. "Siap! Laksanakan!"
Ezra menggaruk tengkuknya yang tak gatal, anak itu nampaknya sedang mencari alasan baru. "Bu ... Kei ... kita berdua pamit pulang dulu ya ....Udah mau malem, besok kita harus sekolah. Lagipula hujannya udah reda."
"Astaga! Ibu sampe lupa, hati-hati di jalan yaa ... " sahut Ibu Kei saat melihat Ezra dan Niko mulai pergi.
"Besok sekolah! Ada hal penting yang mau gue omongin!" teriak Kei. Kedua temannya menyahuti dengan kata 'siap'.
"Yah, gak jadi bunuh orang deh," ucap seseorang.
Note : Jangan mudah terkecoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
4u+ || Hybe Japan
Humor[ TAMAT - L O K A L ] 26 November 2021 Empat menjadi tiga, tiga menjadi dua, dua menjadi satu, sampai habis tak tersisa. Ketidaksengajaan membuat dendam menjalar hingga menutupi kebenaran itu sendiri. Bagaimana bisa dendam membunuh 4 nyawa secara be...