Suara hentakan anak tangga menemani Niko menuju kamar, kamar yang sudah berisikan manusia setengah setan tentunya. Siapa lagi kalau bukan Kei? Anak itu sudah terbenam dalam mimpi mendahului si pemilik kamar.
Niko menutup kembali pintu, kemudian bergegas untuk tidur. Tubuh Kei terbalut penuh dengan selimut berwarna hitam milik Niko.
Barusan suara dengkurannya sangat terdengar, bagaimana bisa suara itu menghilangkan dalam sekejap mata?
Karena penasaran, Niko membuka selimut yang menutup tubuh Kei asal. Dan benar! Kei sudah dalam posisi mata terbuka lebar, ia sepertinya mimpi buruk.
"Aisssss! Lo ngapain melotot kaya gitu, Kei! Bikin gue panik aja!" Niko menendang Kei hingga tubuh besar Kei merosot kebawah.
"Sakit!" Kei memegangi beberapa tubuhnya yang agak sakit karena jatuh dengan posisi yang tidak elit.
"Salah sendiri ... bikin gue takut aja!"
"Takut kenapa gitu? Takut gue mati ya...." Kei mengeluarkan senyum devil ala-ala mak Lampir.
"Bukan, takut lo kesurupan. Tapi setelah gue pikir-pikir, emang lo bisa kesurupan? Lo 'kan bagian dari mereka," ledek Niko.
"Berhubung gue lagi dirumah lo, urusan memaki-maki mah besok pagi aja deh."
Suara Kei sangat tidak enak didengar dalam keadaan tengah malam seperti ini, Niko pun enggan untuk mendengarkan celotehan Kei lebih dalam lagi. Ia merapikan ulang tempat tidurnya, menatap Kei yang masih terduduk dengan muka nyeleneh, lalu membaringkan diri.
"Kei?" panggil Niko pelan. "Lo tau gak siapa pelaku pembunuhan Kiki sama Ezra?"
Kei bangkit dari duduknya. "Enggak, keluarga mereka 'kan udah bikin laporan buat kasus ini. Kita tunggu aja berita baiknya."
"Berita baik mana yang bakalan dateng, Kei?"
"Gak tau juga ... kenapa jadi bahas ini sih?" Kei membaringkan tubuhnya sebelah Ezra. Biasanya mereka akan bertumpuk dalam ranjang itu berempat, bersama Kiki dan Ezra tentunya. Berteman sejak dalam kandungan membuat keempatnya tidak bisa jauh-jauh.
"Nik?"
"Niko?"
"Niko Sopo Jorwo!" Wajahnya dia putar tiga puluh derajat menghadap Niko. Kei menggeleng melihat temannya yang sudah tertidur damai, bagai orang yang tak punya beban.
Karena barusan tidurnya terganggu oleh mimpi buruk, Kei mengurungkan niatnya untuk tidur. Ia bergerak menuju balkon, memandangi sekeliling kawasan itu dengan mata sipitnya.
Tapi, kedamaian Kei terganggu. Dari atas, terlihat sangat jelas seseorang dengan jubah hitam beserta topi andalannya. Orang itu mengeluarkan sebuah pisau yang sudah berlumuran darah.
Bukannya panik, Kei malah mengucek matanya agar bisa lebih jelas melihat wajah orang itu. Tapi Kei dibuat terkejut karena orang itu mendadak hilang. Apakah itu benar-benar manusia, atau bukan? pikirnya.
Kei melangkah mundur, mengunci semua pintu kamar Niko, bahkan jendela yang awalnya belum tertutup gorden saja ia tutup dengan rapat. Ia menyalakan ponselnya, mengirim sebuah pesan singkat untung sang ibu tercinta. Kei hanya berpesan agar Cahya selalu berhati-hati, itu saja.
Pintu kamar Niko diketuk dengan keras, tapi si empunya kamar tetap tidak mau menyudahi mimpi indahnya.
Tok Tok
"Niko?"
Tok Tok Tok
"Niko, bangun!"
Tok Tok
"NIKOOOOOO!"
Diketukkan ketiga barulah Niko terbangun, suara fals dari ayahnya juga sangat menyakiti pendengarannya.
Niko berdecak, kenapa pintunya bisa terkunci? Padahal Niko selalu membiarkan pintu tak terkunci karena ia sangat tahu kebiasaan ayahnya itu. Selalu mengecek kamar anak bujang satu-satunya, Niko.
"Lho? Ayah udah pulang?" Niko mengucek matanya.
"Ayah kebiasaan deh! Pagi-pagi pasti aja berisik! Ganggu orang tidur tau," lanjut Niko.
"Masih pagi? Mata kamu dikemanain, Niko? Liat matahari udah tinggi!"
Niko membuka matanya, berbalik kebelakang mengarahkan pandangannya ke jendela. Lagi-lagi ia berdecak, jendelanya tertutup gorden.
"Siapa sih yang kunci pintu sama tutup jendelanya!" Niko mengabaikan sang ayah yang nampaknya sudah turun kebawah. Saat hendak membersihkan tempat tidur, Niko tak sengaja mendengar dengkuran lagi. Ia baru sadar jika semalam Kei menginap. "Astaga, Kei?! Lo ngapain tidur dibawah!"
Kalian pikir Kei akan terbangun? Tidak, Kei itu kebo versi manusia.
Kei tertidur dengan nyenyak, padahal ia hanya beralaskan keramik dingin dengan satu bantal untuk alas kepala.
Niko membiarkan itu. Kemudian ia membuka gorden, membuat sinar matahari masuk. Wajah Kei tepat terarah kedepan jendela, anak itu lantas terbangun karena silau. "Ibu, tutup lagi jendelanya."
"Ba Bu Ba Bu! Sejak kapan gue nikah sama bapak lo!" marah Niko.
"Eh? Sejak kapan suara Ibu gue kaya badot?" Kei terbangun dengan muka bantalnya. Ia mencari asal suara tadi, dan Niko lah yang ditemui.
"Lo ngapain pagi-pagi dirumah gue!"
Niko menatap Kei sinis. "Rumah lo diujung sana, Kei! Ini rumah gue!"
Kei mengabaikan celotehan Niko. Anak itu masih terduduk sambil mengumpulkan beberapa nyawanya yang hilang, menggaruk tengkuk, kemudian mengela nafas berat. "Capek banget, padahal gue cuma tidur."
"Humor lo tuh humor bapak-bapak, bukannya bikin ketawa, yang ada malah bikin asma!" Ujar Niko.
Kei mengecek ponselnya yang tiba-tiba memunculkan notifikasi. Kei mengerutkan keningnya, apa maksud pisan itu dan siapa yang mengirimnya.
Tapi, mendadak Kei bergegas pulang tanpa berpamitan. Ada apa sebenarnya?
Aku tanya lagi, kalian curiga sama siapa?
Dan ... korban selanjutnya kira-kira siapa yaa......
KAMU SEDANG MEMBACA
4u+ || Hybe Japan
Humor[ TAMAT - L O K A L ] 26 November 2021 Empat menjadi tiga, tiga menjadi dua, dua menjadi satu, sampai habis tak tersisa. Ketidaksengajaan membuat dendam menjalar hingga menutupi kebenaran itu sendiri. Bagaimana bisa dendam membunuh 4 nyawa secara be...