Ichi- potongan tubuh manusia (?)

302 83 29
                                    

Suara bel sudah berbunyi sejak dua menit lalu, menyisakan kelas-kelas kosong karena para penghuninya sudah pergi menuju kantin untuk mengisi perut. Kantin memang selalu ramai, terlebih di beberapa tempat yang makanannya bisa dikatakan sangat enak.

Banyak pula dari mereka yang hanya membeli satu botol air minum untuk kemudian kembali ke dalam kelas.

Tapi tidak dengan empat siswa yang duduk di meja paling pojok, sibuk menyantap bakso merah merona berkuah sambal. Mereka terlampau malas untuk memerhatikan sekitar— para manusia kelaparan— saling berebut tempat duduk.

Niko bahkan tak perduli saat ponselnya bergetar. Semakin Niko abaikan, deringnya malah semakin sering. Karena kesal, dia akhirnya mengalah juga. "Lama-lama gue cemplungin juga ke kuah bakso!" ujarnya sebelum Niko membisu sebab tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Kenapa, Niko?" tanya Kei santai.

Setelahnya, Mata sipit milik Niko menatap Kei penasaran. "Kei? Temen lo yang satu lagi kemana? Kok jarang keliatan?"

Kei menggeleng. "Mana gue tau, lo kira gue bapaknya. Oh ya, siapa yang nge-chat? Cewek lo yaa ...."

Pertanyaan Kei membuat Niko menyunggingkan bibir. Apa-apaan? Niko saja tidak pernah terpikirkan untuk mencari pacar apalagi membuang-buang waktu hanya demi cinta.

"Emang Niko laku, ya?" goda Kiki.

"Kalo laku dia gak bakalan nge- jomblo, Ki."


Mendengar penuturan dari teman disebelahnya, Ezra, terbesit dalam benak Kei untuk ikut memanas-manasi juga. "Wah, Nik. Ngeledek banget!"

"Gue gebuk pake tongkat Fir'aun mampus lo!" Niat Niko untuk memukul Ezra pupus saat notifikasi ponselnya berbunyi lagi, mimik tak suka terlihat jelas pada wajah Niko. "Siapa lagi sih!"


Deg


Ponsel milik Niko terjatuh dari tangannya sendiri. Melihat itu, kedua alis Kei menyatu, kebingungan pun mulai melanda Ezra, Kei, dan Kiki karna Niko hanya mematung tanpa berkedip.

"Kenapa, Nik?" tanya Kiki pelan.

Tidak ada sautan dari bibir Niko, ia hanya menyodorkan ponselnya yang terjatuh tadi pada ketiga temanya itu.

Sedetik kemudian, ponsel milik Niko refleks Ezra hempas ke sembarang tempat.

Kini, perut Ezra seperti diaduk, rasanya ingin muntah. Gambar dari nomor misterius tadi berisi potongan tubuh manusia yang sudah dimutilasi menjadi delapan bagian dengan bagian perut yang sengaja di acak-acak.

"Pada kenapa sih? Lebay banget!" Tangan Kei terulur kebawah untuk mengambil benda pipih yang jatuh dalam keadaan terbalik.

Tapi, Kei juga terkejut setelah tahu kebenarannya. Ia mencoba mengatur nafas agar bayang-bayang foto tadi sirna. Tapi nihil, foto bagian-bagian tubuh manusia itu berputar penuh di kepala hingga membuat nafsu makan hilang. "Gila, siapa sih yang ngirim?!"

"Gausah aneh, Kei. Kalau gue tahu udah gue bunuh balik tuh orang!"


Memilih untuk tidak ikut melihat, Kiki menyenderkan punggungnya pada kepala kursi. "Maksud dia ngirim foto itu apa?"

"Paling cuman iseng," seru Kei.

"Cuman iseng? Foto kaya gitu dapet dari mana coba? Itu keliatan asli banget Kei!" sentak Niko. Tak mungkin kalau foto tersebut bisa didapatkan dengan mudah. Bagian-bagian tubuh terpotong itu terlihat masih baru, dengan darah segar mengitari bagian kepala yang ditaruh terbalik.

"Bentar deh, kalian ngeuh sama gelang yang ada di tangan sebelah kiri deket perut gak?" tanya Ezra. Sesuatu yang ia kenali membuatnya penasaran.

"Kenapa emang? Cuman gelang—"  Dengan cepat Niko menelisik foto itu lagi dan membelalakkan mata setelahnya. "Itukan gelang milik ...."

"Temen lo, Kei?" Ezra menatap penuh tanya. Meski gelang tersebut banyak dijual dipasaran, Ezra rasa dia kenal salah satu pemiliknya.

Si empunya nama kebingungan. "Yang mana dulu, nih? Temen gue, kan, bejibun!"

Kiki menatap Kei tak suka. "Dih, sok banget."

"Udah lah, lupain!" Niko kemudian mengumpulkan mangkuk-mangkuk bekas makanan tadi dalam satu tumpukan, kecuali mangkuk Ezra yang masih utuh. "Bakso lo mau dibuang atau gimana nih?

"Buang aja, nafsu makan gue udah lenyap."

Niko lantas  mengangguk paham. "Kiki yang ganteng ....Anterin mangkuk ini dong!"

"Dengan senang hati ....Gue lagi bahagia, jadi gas aja lah!" Jawab Kiki sambil memamerkan senyum manis. "Kiki pergi dulu, ya? Sekalian mau godain kembang kelas."

Anak itu sudah hilang dari pandangan. Tiga orang yabg tersisa masih bingung hendak melakukan apa setelahnya. Kantin bahkan sudah kehilangan setengah dari pengunjungnya. 

Tanpa mereka bertiga sadar, salah satu pemuda tersenyum dan bergegas menuju pintu keluar.















— 4u+ —

cerita dipublikasikan pada:
26 November 2021

Direvisi pada:
17 Desember 2022

4u+ || Hybe JapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang