Go

158 59 16
                                    

Diperjalanan pulang, Niko misuh-misuh dengan wajah merah menyala. Wajar saja Niko pundung seperti itu, karena memang Ezra yang tidak mengijinkannya untuk makan di rumah Kei.

Ezra memandang temannya dengan muka datar, kurang kerjaan jika terlalu mempermasalahkan prilaku Niko yang sering kekanak-kanakan.

"Kenapa sih lo ngelarang gue buat makan di rumah Kei?" tanya Niko pada Ezra yang sedang menendang beberapa krikil.

"Gak enak, ngerepotin emaknya si Kei nanti!" jawabnya.

Niko berdengus, "Santai aja kali, orang bu Cahya ibu kita juga."

Dengan polos, Ezra menimpali. "Berarti rumah Kei rumah kita juga?"

"Iya dong, sabilah ngambil sertifikat rumah!" ucap Niko ngegas.

"Diomelin bapaknya ege!"

"Emang Kei punya bapak?" sebuah pertanyaan dari mulut Niko keluar begitu saja.

"Punya lah! Orang Kei juga punya emak dua," setelah itu, Ezra menutup mulut dengan kedua tangannya.

"Akhirnya lo jujur juga," ucap Niko.

Ezra merasa bersalah, hal yang sedari dulu Kei tutup-tutupi pada Niko terbongkar begitu saja. Niko pun sebenarnya tau jika Ayah Kei punya istri sebelum Cahya, tapi tidak dengan istri pertamanya.

"Za? Kok ngelamun? Emang punya otak?" Niko mengguncangkan tubuh Ezra kuat setelahnya. Tapi, tetap saja anak itu masih setia pada posisi mematung.

"EZRA!!!!!!"

"APA? BERISIK BANGET IH!" sentakkan Ezra tak kalah kencang sampai membuat orang yang berlalu-lalang menatap aneh.

"Lo sih! Malu kan gue!"

"Salah sendiri dipanggil malah ngelamun, gue udah tau rahasianya dari dulu kali."

"Hah? Dari saha?" tanya Ezra.

"Dari Kiki. Vibes horornya dapet banget pas Kiki nyeritain semuanya," jawab Niko santai. Saking santainya remaja itu kini sedang jongkok dipinggir trotoar.

"Kiki nyeritain apa aja sama lo? Bocor banget udah dipendem juga," ucap Ezra. Ia kemudian menarik Niko untuk berdiri.

"Enggak lebih, cuman bilang kalo Kei punya ibu dua. Tapi yah, gue kepo sama saudara tirinya."

Ezra terhenyak. "Emang Kei punya saudara tiri?"

"Kata Kiki mah iya punya, gak tau bener atau enggaknya mah," cerita Niko dengan logat sunda yang kental.

"Menurut lo, Kiki dibunuh sama siapa? Secara kan Kiki matinya secara gak wajar."

Niko mendekat, kemudian berbisik. "Gak tau."

"Kepala gue sekarang isinya suudzon mulu. Lo curiga sama Ibunya Kei gak?"

Kecurigaan Ezra muncul saat Cahya menghampiri jasad Kiki dengan begitu santainya. Padahal, bagian tubuh Kiki sudah terpisah-pisah karena ulah pelaku.

"Gue malah curiga sama Kei," ujar Niko.

"Alasannya apa?"

Niko merapatkan tubuhnya pada Ezra, takut jika orang lain dengar. Walau pada kenyataannya, tidak ada orang lain selain mereka berdua karena jalan sudah sangat sepi. "Yakali kardus segede itu tiba-tiba ada dilantai dua? Isi kardus itu manusia, si Kiki kan lumayan berat."

Niko membuka mulutnya lagi. "Gue juga curiga sama satu orang lagi."

"Siapa?"

Bisikan dari Niko membuat Ezra mendadak kaku. Bagaimana bisa Niko mencurigakan dirinya yang jelas-jelas ada dirumah pada saat itu?

4u+ || Hybe JapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang