[ TAMAT - L O K A L ]
26 November 2021
Empat menjadi tiga, tiga menjadi dua, dua menjadi satu, sampai habis tak tersisa. Ketidaksengajaan membuat dendam menjalar hingga menutupi kebenaran itu sendiri. Bagaimana bisa dendam membunuh 4 nyawa secara be...
Melihat orang-orang yang terbakar itu, hati Kevin tersenyum penuh kemenangan. Kevin pergi meninggalkan kawasan yang mulai panas oleh kobaran api, meninggalkan tiga orang dan satu mayat yang terbakar oleh ganasnya si jago merah.
Kevin melangkah pergi ke suatu tempat, tempat yang agak jauh tentunya. Rerumputan dan ilalang mengiringi niat anak itu. Niat yang sudah terpikirkan sejak lama, niat yang mungkin akan menjadi akhir dari segalanya.
Kevin bukan remaja yang kuat. Karena di dunia ini ada dua tipe manusia saat mengalami masalah, ada yang menjadikan masalah itu sebagi motivasi, ada juga orang yang menjadikan masalah itu sebagai beban tersendiri. Kalau Kevin, sepertinya memilih opsi ke dua.
Dia tidak lemah atau pecundang, dia hanya mempercepat waktu untuk bertemu sang Bunda. Ya, benar. Kevin berniat untuk menghampiri hidupnya.
Awalnya Kevin takut mati, dia tidak ingin mati, tapi ayahnya sendirilah yang membuat Kevin menginginkan hal itu. "Pura-pura mati, dan menghilang dari segalanya. Wajahmu sangat jelek!"
Anak mana yang tidak sakit hati? Dan, ayah macam apa dia?
Flashback
Dibelakang sekolah, didaerah yang sangat sepi, lima anak laki-laki terlihat sedang merundungi salah satu diri mereka, Kevin namanya.
Kei, Kiki, Ezra, dan Niko tidak main tangan. Mereka berempat hanya membully Kevin dengan kata-kata saja. Pembullyan itu didasari oleh ketidaksukaan Kei pada Kevin yang terus membuat si Ayah tiri pilih kasih.
Tanpa memberitahu hal yang sebenarnya tentang hubungan dirinya dengan Kevin, Kei meminta tiga temannya untuk memarahi dan meledek Kevin habis-habisan.
Sialnya, Ezra tak sengaja jatuh, satu tangan Ezra menarik rambut Kevin, membuat rambut Kevin sedikit terpisah dengan kulitnya.
"Arrrg!"
"Kevin, maaf!"
Setelah perdramaan itu usai, Kevin pulang dengan perban dikepala. Jelas Bagas marah, Bagas tidak terima anaknya terluka seperti itu, terlebih lagi saat ia tahu kalau kepala Kevin sempat dijahit.
"Siapa orangnya, Kevin!" pertanyaan Bagas membuat Kevin gemetar, dia lalu menyebutkan nama Kei.
Kevin memulai kelicikannya.
Saat mengetahui siapa orangnya, Bagas segara mendatangi rumah Cahya, Istrinya. Keributan pun tak terelakkan, Cahya menjadi perisai untuk anak semata wayangnya.
"Anakmu selalu saja membuat masalah!"
"Mereka berdua baru masuk SMA, wajar jika banyak mainnya!"
"......"
"......"
"......."
Kei mendengar dan melihat semuanya, mendengar tentang Kevin yang menyalahkan dia, dan melihat bagaimana Bagas memukuli Ibunya.
"Sialan!" batin Kei marah. Dia kemudian menghampiri tempat Kevin biasa menyendiri, disebuah sumur dekat rumahnya.
"Kevin!"
Yang terpanggil mengedarkan pandangan, mencari asal suara.
"Kenapa lo bilang kalau gue yang bikin kepala lo luka!"
"Lo yang suruh temen-temen lo buat bully gue, jadi lo penyebab semuanya."
"Itu salah Ezra! Bukan gue!"
"Salah lo juga."
"Lo bikin Ibu dipukulin!"
"Bukan urusan gue."
"Lo jahat, Kevin!"
"Iya, gue lagi belajar jahat, Kei." Kevin menjawab dengan nada santai, memperhatikan air yang ada didalam sumur itu.
Kei bukanlah orang yang sabar, mendengar jawaban Kevin cukup menjadikan dia kesetanan. Pukulan demi pukulan mendarat diwajah tampan milik Kevin, membuat kulit wajahnya terluka hebat.
"Itu yang namanya jahat," bisik Kei sebelum meninggal Kevin yang kesakitan.
Saat Kei sudah tak terlihat, gumaman pelan terdengar. "Lo emang jahat, Ibu lo jahat, emen-temen lo juga jahat. Dan gue bakalan lebih jahat dari kalian semua."
Flashback off
Kevin menghela nafas panjang, memejamkan mata sebentar. Ia lalu mengeluarkan ponselnya, mengetik sesuatu.
Saya yang sudah membunuh mereka semua, dan saya sudah bertanggung jawab. Nyawa dibalas nyawa.
Tulis Kevin disebuah note smartphone-nya.
Setelah itu, tubuh tingginya jatuh, terjun bersamaan dengan suara dentuman air sumur.
"Kata Bunda, kalau ada yang jahatin kita, kita harus balas dendam lebih dari apa yang mereka lakuin. Itu emang jahat, tapi itu cukup buat nyadarin mereka kalau apa yang mereka lakuin itu gak baik."
-TAMAT-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.