"Kei! Cepet ceritain!" desak Niko.
Kei menatap Niko dengan muka yang basah. "Kedeng atuh, aing sibengeut heula."
"Cuci muka aja berasa cuci darah, lama banget." Ezra melangkahkan kakinya Keluar kamar mandi. Berlama-lama diruang itu membuat dirinya seperti seorang jamet.
Niko pun membuntuti temannya dari belakang, saat posisi Niko selangkah dibelakang Ezra, kaki jenjangnya sudah terangkat untuk menendang Ezra. Dan hal buruk pun terjadi, Ezra terpental jauh.
"EZRA MAAF! SENGAJA ... EH? GAK SENGAJA!" teriakan Niko justru memancing kekepoan seorang Kei. Pria itu keluar begitu saja tanpa memperdulikan seragamnya yang belum terkancing sempurna.
Niko yang menyaksikan kejadian itu lantas menutup mata. "Astaga, Auroranya keliatan."
Bagaimana dengan Ezra? Seperti yang kita tau kalau sikap Ezra sangat gampang tersulut emosi. Bisa dibayangkan bagaimana marahnya Ezra saat tendangan maut dari Niko membuatnya sampai terhempas jauh.
"NIKO ANJING! SINI LO!"
Niko kelabakan, "Maaf ... Kan gak sengaja. Kaki gue tiba-tiba spontan aja gitu pengen nendang."
"Ada apasih?" Kei bertanya sambil mengancingkan seragamnya.
"Tanya noh temen lo! Orang lagi anteng jalan maen tendang aje!" ujar Ezra.
"Tadinya mau nendang pintu," Niko mengangkat dua jarinya membentuk huruf V. "Eh pas mau start tiba-tiba otot gue banting setir! "
"Alesan mulu lo! Udah ah gue mau balik kelas," Ezra merajuk.
"Ke kantin aja! Gue traktir!" kata Kei dan sukses membuat Ezra berbalik cepat.
"Hati gue udah dadas, tapi gapapalah laper juga nih."
"Tadi pundung, sekarang mendadak cerah, udah kaya pengendali cuaca lo!" sahut Niko tak suka.
"Ayok cepetan! Ketauan guru mampus kita!"
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, setengah jam lagi adalah waktu istirahat. Oleh karenanya, Niko memberi saran agar hari ini bolos saja.Niko termasuk anak murid yang sudah mempunyai catatan merah, tapi seberapa banyak pun kesalahan yang telah ia perbuat, ia tetap hoki. Mulutnya itu pandai sekali memberi alasan.
"Lo tadi kenapa bisa kotor? Kepo nih," tanya Niko.
"Jadi, tadi kan gue ke sekolah jalan kaki kayak biasanya. Dipertigaan, ada pejalan kaki lain yang tiba-tiba nabrak gue, dan begonya nih ya, orang itu sengaja nyenggol gue sampe gue jatoh ke comberan!"
Niko bertanya lagi, "Terus orang itu nolong lo gak? Atau dia cuman minta maaf?"
"Dia nolong gue terus bilang 'maaf, gak sengaja' padahal jelas-jelas dia sengaja. Dan, dia nolongin gue—terus ngebisikin gini 'mas hati-hati ya, dari tadi ada yang ngikutin, orangnya bawa pisau'. Jelas gue kaget dong? Kalo yang ngikutin gue orang baik mah gapapa, lah ini bawa pisau! Gila ... gue panik dan langsung ngaprit!" jelas Kei panjang lebar.
Mulut Ezra terbuka lebar, mie ayam yang sudah ia kunyah ditelan dengan kasar. "Ciri-cirinya?"
"Ya gak tau, Bambang! Tanya mas-mas tadi sana!" ketus Kei.
"Kemaren malem pintu rumah gue diketuk sama orang gak tau siapa, sekitar jam setengah sebelasan kayaknya. Karena gue orangnya cerdik, gue kunci pintu depan terus keluar lewat pintu belakang buat cari tau siapa yang ngetuk. Tapi sayang ..." Niko motong ucapannya ditengah jalan.
"Sayang kenapa?" seru Kei.
"Cie manggil sayang ..." jawab Niko sambil tertawa puas.
Kei meletakkan mangkuk makanannya kesudut meja dengan muka datar.
"Becanda elah! Orangnya pake baju serba item, terus dia pake topi sama masker juga."
"Maling gak sih itu?" tanya Ezra.
"Ngaco! Masa iya maling ketuk pintu dulu, lo kira mau silaturahmi!" serobot Niko.
Kei memilih memainkan ponselnya yang terlihat jauh lebih menarik dibanding percakapan dua insan didepannya.
"So sibuk banget temen lo, Za! Padahal cuman chat-an sama operator."
Suara dering telepon terdengar.
"Eh? Ibu gue kok nelpon? Ada apa ya? Gak biasanya," Kei linglung, segala pikiran buruk tiba-tiba memenuhi isi kepalanya.
"Angkat!"
"Hallo Kei?"
"Iya Bu, ada apa? Tumben telpon."
"Kamu gapapa, kan? Ibu tadi dapet pesan katanya nyawa kamu dalam bahaya. Jangan pulang sendirian ya! Pulang bareng Ezra sama Niko, pokoknya jangan pulang sendirian!"
"Mungkin cuman orang iseng, Bu. Kei aman-aman aja, ini lagi istirahat bareng Niko sama Ezra."
"Aman apanya? Orang itu tadi ngirim foto kamu lagi ngusruk ke comberan!"
"Percaya deh sama Kei, itu cuman orang iseng. Jangan dipikirin nanti ibu sakit, Kei bisa jaga diri."
"Yasudah ... Ibu tutup, kalian bertiga harus saling jaga!"
Telpon ditutup dengan sepihak.
Ezra dan Niko tentu mendengarkan apa yang keluar dari mulut Cahya. Sebab, Kei sudah lebih dulu mengaktifkan tombol speaker.
"Gue curiga kalau orang itu pelaku pembunuhan Kiki, orang yang ngetuk rumah gue, dan orang yang jailin Ezra!" ucap Niko.
"Jailin Ezra? Kok gue gak tau?" Kei kemudian meminta penjelasan pada oknum bernama Ezra itu.
"Jadi, pas jam setangah lima, ada orang yang spam WhatsApp gue pake kata 'abis ini giliran lo'. Otomatis gue takut dong, gelo aja spam orang pake kalimat kaya gitu," jelas Ezra.
Niko termenung, pikirannya berkecamuk.
Apa maksud dari orang itu? Pikirnya.
"Mulai sekarang kita harus saling jaga, oke?"
Kedua teman Kei mengangguk faham, setelah itu ketiganya pergi dari kantin.
Note : Go
KAMU SEDANG MEMBACA
4u+ || Hybe Japan
Humor[ TAMAT - L O K A L ] 26 November 2021 Empat menjadi tiga, tiga menjadi dua, dua menjadi satu, sampai habis tak tersisa. Ketidaksengajaan membuat dendam menjalar hingga menutupi kebenaran itu sendiri. Bagaimana bisa dendam membunuh 4 nyawa secara be...