Happy Reading
***
"Jio jangan tinggalin Atin" kesal bocah perempuan sambil mengembungkan pipinya.
"Kamu lelet sih" kata bocah seumurannya sambil menjulurkan lidah.
"Ayo, nanti kita terlambat. Nanti di marahin Bu beki" ajak zio kepada Fathin.
"Ish, namanya Bu Bekti, jiooo." Ralat Fathin.
"Beki!" Kata zio ngotot.
"Telselah jio!" Fathin berlari meninggalkan zio yang menggerutu kesal.
"FATHIN AWASSSS!" Teriak zio saat Fathin menyeberang jalan tanpa melihat kanan kiri.
Dari kejauhan, terdapat motor dengan kecepatan tinggi yang akan melintasi jalanan itu.
BRAKKKKK
"FATHINNNN" teriak zio menggelegar di sertai tangis melihat Fathin terkapar tak berdaya dengan darah yang tak berhentinya menetes di sekujur tubuhnya. Ia melihat pelaku yang menabrak Fathin menjalankan motornya dengan kecepatan diatas rata rata.
"Hiks, Fathin bangun hiks hiks. TOLONGGG hiks hiks." Zio menangis sesenggukan sambil memangku kepala penuh darah milik Fathin.
"A-abang, m-maafin Fathin ya." Kata Fathin lirih dengan mata sayu yang hampir tertutup sempurna.
"Hiks Fa-fathin hiks jangan hiks hiks tutup matanya hiks."
"I-ini s-sakit." Setelah mengucapkan kata itu, mata Fathin tertutup sempurna.
***
"Udah jam segini, mereka kok ga Dateng dateng." Gumam Fathan sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Fathan, ayo masuk, nak. Kok masih di luar?" Kata seorang guru, yang bernama Bekti.
"Adik." Jawab Fathan sekenanya.
"Fathan lagi nungguin adiknya?" Tanya Bu Bekti di angguki Fathan.
"Sudah jam segini, mungkin dia tidak berangkat." Kata Bu Bekti.
"Telpon."
Bu Bekti menghela nafas mendapati anak muridnya yang dinginnya seperti kulkas. Tapi tak urung, ia tetap menghubungi Athan selaku orang tua dari anak murid TK-Nya.
"Halo, maaf mengganggu pak Athan. Saya guru dari Fathan dan Fathin, ingin menanyakan apakah Fathin tidak masuk sekolah?" Tanya Bu Bekti ketika telfon tersambung.
"Fathin? Masuk." Jawab Athan.
"Tetapi Fathin belum datang, pak?" Kata Bu Bekti sambil mengernyitkan dahi.
"Oh, mungkin lagi di jalan. Dia berangkat bareng zio. Pengen jalan katanya." Kata Athan.
"Baik pak, maaf sudah mengganggu waktunya. Saya tutup dulu." Kata Bu Bekti sambil menggerutu dalam hatinya ketika mendapat jawaban 'Ya' dari Athan.
"Nah, Fathan. Dengar kan, tadi papa bilang apa? Fathin masih di jalan." Kata Bu Bekti menoel hidung Fathan.
"Ya.. mungkin." Lirihnya.
***
Putih? Kenapa seluruh ruangan ini putih? Ini dimana?
Mungkin itu yang ada di benak gadis mungil dengan pipi chubby yang berjalan di jalan tak berujung itu.
"Hiks hiks, Atin takut." Mungkin sudah lelah berjalan, ia berjongkok dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Fathin, cakep banget kamu." Kata seseorang yang berada tepat di depan Fathin. Fathin terlonjak kaget dan hampir saja menbok muka seseorang di depannya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Love❤️
Teen FictionSquel Triplets Of Differents Nature [END]✓ ~ Leviathan Alvando Mawlev Anak Dari pasangan Vazo Alvado Mawlev dan Mamily Pratistha Hidup serba kecukupan membuat Leviathan, bisa di panggil Athan Menyombongkan diri, urakan, playboy, biang onar dan Kenak...