12

1.8K 222 23
                                    

"Jadi sekarang kau lebih baik, pergi dari rumahku."
.

.

.

Taeyong berhenti, ia lalu menoleh sebentar kepada Jennie sebelum akhirnya menghadap sepenuhnya kepada wanita dengan satu anak itu.

"Kau tidak ada hak memerintahkan ku."

"Aku ada hak, dia anakku!" Seru Jennie memotong ucapan Taeyong dengan cepat. Napasnya memburu menandakan ia marah.

"Sekarang cepat pergi dari rumahku!"

Taeyong mengabaikan Jennie, ia tetap berjalan menghampiri kamar Yongjin. Dengan cepat pula Jennie segera mengejar Taeyong.

"Taeyong!"

Jennie segera menghalangi perjalanan Taeyong. "Minggir." Jennie mengeleng.

"Minggir. Jangan sampai aku marah..," geram Taeyong.

"Aku hanya ingin Yongjin mendapatkan perawatan kembali."

"Aku bisa merawatnya, sekarang lebih baik kau pergi dari sini, Lee Taeyong."

Taeyong berdecak, dengan kasar ia mendorong Jennie ke sisi samping. Membuat wanita itu terjatuh di lantai.

Taeyong langsung menghampiri Yongjin. Membawanya dengan pelan di gendongan tanpa membangunkan Yongjin.
Mengusap pelan punggung Yongjin dengan lembut lalu membawa pergi keluar.

Jennie dengan teratih berdiri. Bokongnya terasa sakit, Taeyong memang kejam. Pria itu memang tidak pernah berubah.

"Setelah hasil tes-nya keluar, aku akan segera mengajukan ke pengadilan soal hak asuh Yongjin. Berdoa saja semoga kau menang melawan ku." Taeyong tersenyum miring menatap Jennie lalu tanpa pamit dia melengang pergi bersama Yongjin di gendongannya.

Jennie dengan cepat menghentikan langkah Taeyong.

"Apa maksudmu Taeyong? Kau tidak bisa seperti itu, aku yang mengurusnya selama ini, " Jennie dengan panik dan cemas segera mempercepat langkahnya dengan Taeyong yang sudah lebih cepat darinya.

Taeyong mengabaikan ucapan Jennie. Ia berjalan cepat keluar, ketika di luar ia berpapasan dengan Lisa dan Ten. Taeyong mengabaikan mereka. Ia dengan cepat masuk ke dalam mobil setelah memasangkan Yongjin seatbelt.

Jennie masih mengejar Taeyong. Tapi mobil lelaki itu telah melaju menjauh dari rumah Jennie.

"Taeyong!" Teriak Jennie. Wanita itu tidak bisa membendung lagi air mata ketika Taeyong tidak ada lagi di luar rumahnya.

Lisa yang melihat itu dengan cepat menghampiri Jennie, memeluk wanita itu.

"Tenanglah Jen,"

"Lisa.. di mengambilnya, dia.."

"Tenanglah,"

Taeyong segera memberhentikan mobilnya di apartemen miliknya. Sebelum itu ia menghubungi Dokter pribadinya untuk memeriksa keadaan Yongjin.

Taeyong membaringkan Yongjin di kamar miliknya. Sebelum bangkit ia mengelus rambut Yongjin dan mendaratkan ciuman kecil di pipi Yongjin yang terlihat masih memerah dengan bintik-bintik kecil.

"Mama.."

Taeyong yang akan keluar mendengar rintihan Yongjin. Segera menghampirinya.

"Hei, papa ada di sini nak?" Taeyong mendekat ke arah Yongjin yang terbangun.

"Papa."

"Iya,"

Saat Taeyong berkunjung, Lelaki itu sudah memperkenalkan dirinya dengan Yongjin dan mengatakan jika dia adalah ayahnya.

Yongjin bangun lalu memeluk Taeyong. Taeyong mengusap punggung putranya memberikan ketenangan untuknya.

Mungkin dulu ia sangat jahat tidak menginginkan anak ini, tapi sekarang ia akan membuat putranya merasakan kasih sayang seorang ayah. Ia tidak akan membiarkan Yongjin bernasib sama dengannya. Tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah.

Kepala Lisa berdenyut setelah mengetahui jika lelaki brengsek itu adalah boss di kantor nya. Ia tahu, jika melawan Taeyong sama saja dengan mencincang air. Sia sia. Walaupun ada bukti yang kuat hanya nol koma yang kemungkinan menang dari Taeyong.

Ten dan Lisa saling melirik Jennie yang masih menangis setelah kepergian Taeyong dan Yongjin.

"Jen, tenanglah. Aku akan membantumu semampu ku. Kau ingat, dulu aku berjanji. apapun yang terjadi kau teman ku, aku akan membantu mu apapun itu."

"Termaksud membantu mendapatkan anakmu kembali," Lanjut Lisa sembari mengusap punggung Jennie lembut.

"Babyyy.." kekasih Lisa nampak tidak setuju dengan ucapan itu.

"Ten. Kau seorang pengacara kan?" Ten mengangguk mantap. Ten harap lisa tidak macam-macam.

"Ayo bantu temanku menang di pengadilan nanti."

Ten mengusap wajahnya kasar. Ayolah, itu berati dia harus melawan Taeyong. "Babyyy,"

"Ten," Lisa dengan nada mengacam.

"Babyy, bukan aku tidak mau membantunya. Tapi yang kita lawan itu adalah Lee Taeyong. Boss mu."

"Tidak masalah soal itu."

"Babyy kau lupa, Lee Taeyong juga membantu karirku di bidang hukum. Jika aku melawannya —"

"Kau pilih aku atau Taeyong. Temanmu itu," potong cepat Lisa.

Ten membuka mulutnya tak percaya atas ucapan Lisa. Mereka sudah bertunangan. Sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan.

Ketika Lisa ingin melepaskan cincin di jari manis, Ten dengan siap mencegahnya. "Baik baiklah, aku memilihmu."

Ten menjatuhkan tubuh lemahnya di sofa. Sedangkan Jennie, wanita itu tidak bermaksud merusak hubungan Lisa. Dia hanya ingin sedikit egois untuk putranya.

"Ten, maafkan aku. Aku berjanji suatu saat nanti akan membalas kebaikan mu dan Lisa."

to be continued.

Unbearable Heartache  [ Lty×Kjn ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang