Double update ! !
•••
Beberapa kali Ten mengajukan banding kepada pengadilan tinggi, Hakim. Karena tampaknya juru bicara Taeyong memutar balikan fakta sebenarnya. Dan juga Jaksa tersebut seperti berpihak pada Taeyong.
Seperti sekarang Jaksa menampilkan foto Taeyong dan Jennie yang sedang berkencan. Memberi tahu kepada majelis Hakim jika apa yang di sampaikan Ten adalah kebohongan.
"Bagaimana ada menyampaikan hal seperti itu pembela Kim? Jelas-jelas mereka berdua dulu-nya sepasang kekasih." Jaksa tersebut berbicara memojokkan Ten dan Jennie sembari memperlihatkan beberapa Foto Jennie dan Taeyong di layar infocus.
"Bukan sesuatu hal yang wajar jika keduanya melakukannya, tanpa ada paksa dari pihak manapun." Jaksa tersebut kembali berbicara.
Majelis Hakim mengangguk kepalanya.
"Yang Mulia?" Ten berucap.
"Silahkan pembela." Hakim mengulurkan tangannya mempersilahkan Ten menyanggah ucapan tersebut.
"Baiklah, mungkin keduanya melakukannya tanpa paksaan dari pihak lain, —"
"Bagaimana, Mungkin. Jelas itu bukan paksaan!" Salah satu pengacara Taeyong angkat bicara.
Hakim segera menghentikannya. "Sebentar. Ini waktunya pihak pembela Kim yang berbicara."
"Terima kasih Yang Mulia." Ten membungkuk hormat.
"Seperti yang saudara Jaksa sampaikan. Tapi, Yang Mulia apa menurutmu pantas jika si wanita meminta pertanggungjawaban kepada si laki-laki. Konteks disini. Si penuntut tidak mau bertanggung jawab apa yang telah ia perbuat," Ten sedikit melirik Taeyong. Ia tahu jika Taeyong akan marah dengannya. Karena menyinggung ini di hadapan Hakim.
"Bagaimana anda bisa bicara tanpa ada bukti!"
"Saudara penuntut. Harap tenang." Wakil ketua majelis berseru.
Para majelis Hakim berbicara pelan. "Baiklah. Silahkan saudara dari penuntut."
"Terima kasih Yang Mulia." Pengacara Taeyong memberikan satu flashdisk kepada Jaksa dan jaksa tersebut menampilkan apa yang ada di Flashdisk tersebut.
"Jika anda bicara harus di sertakan bukti. Jelas di sana Saudara kami melakukan pertanggungjawaban dia membawa untuk melakukan pemeriksaan dan juga berniat menikahinya."
"Tidak. Dia berbohong!!" Jennie yang geram berteriak cukup kuat. Bahkan sejak sidang dimulai pihak Taeyong sudah berbohong.
"Saudara Jennie. Bukan waktunya anda berbicara." Ucap Jaksa.
"Jennie, tenanglah." Lisa menenangkan Jennie. "Jangan sampai kau di anggap tidak sopan oleh Hakim. Tenanglah,"
Jaehyun menepuk pundak Jennie yang berada di sebelahnya. "Tenanglah Jen." Dan membawanya ke pelukan Jaehyun.
"Foto itu memang benar. Tapi foto itu diambil sebelum aku dan Taeyong melakukannya." Jelas Jennie.
"Jadi Taeyong berniat melamarmu?" Jennie mengangguk.
"Iya. Tapi semenjak malam itu Taeyong berubah. Dia seolah membenciku mati-matian. Bahkan dia tidak mau lagi bertemu denganku." Jaehyun mengusap pundak Jennie lembut.
Pemandangan itu tak luput dari penglihatan Taeyong. Ia mengepal tangan kuat. Taeyong mengisyaratkan Doyoung agar segera menyelesaikan persidang ini.
Ten berdehem. Setelah di lakukan pemeriksaan terkait foto tersebut yang ternyata asli bukan rekayasa.
"Bagaimana pembela?" Tanya Hakim.
Ten tidak tahu jika Taeyong mempunyai foto tersebut. Sejak awal Jennie sudah kalah. Posisi sangat jauh bisa di katakan Taeyong menang sejak dari awal.
"Terima kasih Yang Mulia."
Ten menoleh sebentar ke arah bangku pengunjung. "Yang Mulia, bagaimana menurutmu jika seorang telah lama bersamamu tiba-tiba dipaksa menjauh darimu?"
"Apa maksud anda pembela?"
"Jennie, ibu kandung Yongjin. Dulu Jennie berjuang sendiri untuk menghidupkan putranya. Hidup berdua dengan damai. Sekarang tiba-tiba di jauhkan. Bagaimana jika anda di posisi Jennie? Atau Yongjin. Yang Mulia akan di jauhkan dari ibu yang melahirkan anda. Bertemu pun hanya jika ayah anda mengizinkan. Dan untuk Yongjin masih kecil. Untuk bertemu ibunya hanya menangis. Jika pun sudah besar. Apakah dia ingat dengan ibu yang melahirkannya, itu tergantung dari cara mendidiknya."
Para majelis Hakim tampak berbicara.
Ten harap ini dapat pertimbangan untuk Hakim. Sejujurnya hanya ini yang dia guna. Semoga Hakim mempunyai sifat iba-nya.
"Yang Mulia,"
"Di dalam ajuhan persidang kami memberi izin jika Yongjin memang jatuh kepada saudara kami. Saudara kami memberi izin kepadanya jika ingin bertemu dengan putra saudara kami." Pengacara Taeyong berbicara.
"Jika pun begitu. Kami meminta kedua belah pihak berjanji di atas materai dan jika melanggar, Saudara kami bisa mengambil Yongjin tanpa halangan." Ten mengutarakan ucapannya.
"Bagaimana Penuntut, apa setuju?"
Juru bicara dan pengacara Taeyong sama-sama menoleh ke arah bangku Taeyong. "Kami setuju."
Taeyong nampak tak terima. Sebelum hakim mengetuk palunya Taeyong telah berjalan keluar dari ruang persidangan. Doyoung meminta maaf, menjelaskan jika Taeyong setuju dan hanya ada keperluan mendadak di kantor.
—to be continued.
Jadi yang menang Taeyong apa Jennie?
Wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbearable Heartache [ Lty×Kjn ]
Fiksi Penggemar[ END ] WALAUPUN SUDAH SELESAI DIHARAPKAN UNTUK VOTE BAGI YANG BELUM VOTE!!! Kim Jennie harus menelan rasa pahit itu kembali ketika dirinya kembali ke kota Seoul -kota kelahirannya, di mana ia kembali bertemu dengan pria yang telah menghancurkannya...