06

1.9K 232 26
                                    


.

Drt drt drt..

Jennie yang sedang merapikan seragam putra berhenti sebentar karena ponsel di sampingnya bergetar.

"Sebentar ya sayang." Ucap Jennie yang sedangkan memakaikan seragam kepada Yongjin.

Jennie mengambil ponselnya, ia menyengit binggung. Nomor tidak dia kenal.

Dengan ragu-ragu akhirnya Jennie mengakatnya.

"Hallo?"

"Hallo Jennie-si. Ini Doyoung,"

Jennie terdiam. Haruskan ia mematikan panggilan ini. Ketika ia ingin menekan tombol merah dengan cepat Doyoung berkata.

"Jennie, maaf menganggu anda. Bisa kan kita bertemu?"

"Tidak. Maaf aku sibuk."

Pip.

Jennie dengan cepat mematikan ponselnya.

Walaupun nyatanya Jennie tidak sibuk. Tapi, dia tidak mau lagi berusaha dengan Taeyong, apapun itu. Termaksud Doyoung yang notenya seketarisnya Taeyong.

Setelah selesai. Jennie mengantar Yongjin putra ke sekolah. Disana dia melihat teman sekolah Yongjin yang diantar oleh kedua orang tua mereka. Jennie menatap sendu anaknya. Ia tidak bisa berbuat banyak untuk putranya.

"Yongjin." Jennie berjongkok mensejajarkan tingginya dengan putra. "Apapun yang di katakan temanmu nantinya percaya lah semua itu tidak benar. Yongjin percaya mama kan?"

Yongjin mengangguk lalu pamit untuk segera masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yongjin mengangguk lalu pamit untuk segera masuk.

Jennie menghembuskan nafasnya pelan lalu berbalik ingin pulang. Ketika di depan ia mendapati mobil mewah berhenti tepat di hadapanya.

"Jennie?" Doyoung turun menghampiri Jennie.

Wanita itu terkejut. Apa Doyoung mengikuti tadi dan Doyong melihat anaknya?

"Jennie. Hei?"

"Hah? A-ada apa?" Jennie berharap Doyoung tidak melihat putranya.

"Aku ingin bicara denganmu soal kejadian waktu itu."

"Oh, maaf Doyoung-si saya sibuk. Mohon kerjasama." Langkah Jennie terhenti ketika Doyoung melanjutkan ucapannya.

"Aku tau kau memiliki seorang putra, Jennie." Jennie menatap Doyoung tajam.

Doyoung tersenyum. "Bisahkah kita bicara di kafe ujung sana?"

"Ada apa?"

Doyoung berdehem canggung. "Minumlah terlebih dahulu." Jennie menghembuskan napas kasar lalu meminum minuman nya.

"Maaf soal kejadian tempo lalu. Saya tidak bisa menolong anda." Jennie mengangguk.

"Tidak masalah. Saya mengerti."

"Tuan muda sedang berada di rumah sakit." Jennie tidak tau harus berekspresi seperti apa. Jujur jika laki-laki itu sakit seharusnya Jennie senang setidaknya Taeyong tidak akan menganggunya.

"Beberapa hari yang lalu nafsu makan Tuan muda hilang, dan dia sering melewatkan makan. Waktu itu dia tidak sengaja memakan seafood membuat alerginya kambuh, kami membawanya ke rumah sakit, dokter bilang jika lambung Tuan muda bermasalah." Jennie hanya terdiam mendengar penjelasan Doyoung.

"Saya ingin anda membuatkan makan siang untuk Tuan muda. Saya akan bayar sesuai dengan porsi restoran mewah. Bagaimana?" Tawar Doyoung.

"Aku. aku tidak bisa,"

"Aku mengerti. Maafkan Tuan muda, dia memang seperti itu saat ada yang membuatnya marah,"

"Bukan begitu. Kau tidak akan mengerti," Jennie takut jika ia kembali muncul di hadapan lelaki itu, lambat laut Taeyong tau keberadaan putranya. Jennie tidak mau itu terjadi.

"Aku mengerti. Aku akan merahasiakan semua. Kau hanya perlu membuatkan makanan saja. aku tidak bilang kepada Tuan muda, jika itu yang kau pikirkan."

"Bukan begitu,"

"Aku mohon Jennie, aku sudah lelah terus di marahi oleh Tuan Lee."

Jennie memalingkan wajahnya ke samping tidak berani menatap wajah memelas Doyoung. Jennie menghembus napasnya pelan. "Baiklah, tapi hanya satu hari saja."

"Ah, terima kasih Jennie,"

Pintu kamar inap terbuka menampakkan Jaehyun yang datang. Taeyong yang sedang berbaring menatap jendela luar mengalihkan pandang ke arah pintu lalu menatap kembali jendela yang menampilkan awan biru yang cerah.

"Bagaimana kabar mu?" Jaehyun berjalan ke arah Taeyong.

"Kudengar kau sakit, aku sebagai mantan sahabat turut prihatin."

"Aku tidak butuh kasianmu." Sahut Taeyong tajam tanpa menatap Jaehyun.

"Aku tidak kasian dengan lelaki jahat seperti mu. Kakekmu memberitahu ku, kupikir tidak ada salahnya mengunjungi mu. Lagi pula, ada yang akan aku sampaikan."

"Aku tidak perlu nasehat darimu, sebaiknya kau tinggalkan tempat ini."

Jaehyun mengakat bahu pelan. "Baiklah aku juga tidak berniat berlama-lama disini."

Click.

Pintu terbuka. Doyoung datang dengan satu keranjang makan. "Ah, maafkan aku."

"Tidak perlu. Ada apa Doyoung?" Balas Taeyong menyuruh Doyoung agar segera mendekat ke arahnya.

"Saya hanya mengantarkan makanan." Ujar Doyoung.

"Bukannya dia harus makanan dari rumah sakit."

"Oh, Tuan Jaehyun. Saya meminta teman saya memasakkan makanan bergizi untuk Tuan muda."

Doyoung yang melihat wajah bingung Jaehyun segera menjelaskan. "Beberapa hari ini Tuan muda kehilangan nafsu makannya. Saya berniat membantunya dengan meminta teman koki saya untuk memasakan makanan Tuan muda."

Jaehyun berbeo.

"Aku tidak ingin makan."

"Apa kau tidak kasihan dia rela meminta temannya hanya untuk memasakanmu. Oh, aku lupa kau pria kejam. Tidak punya hati nurani,"

Doyoung yang melihat Taeyong menahan emosi segera meleraikan Jaehyun. "Ah, Tuan Jaehyun. tidak masalah."

"Kita lihat Doyoung. Apakah dia masih egois?"

Taeyong yang tidak terima langsung mendudukan tubuhnya. "Baiklah, aku akan makan!" Taeyong mengambil kota bekal yang telah Doyoung siapkan di meja samping bangkar.

Jaehyun tersenyum miring. "Lee Taeyong. Aku kemari hanya ingin mengatakan jika aku bertemu dengannya. Aku yang akan bertanggung jawab semua yang kau lakukan dulu. Dan aku harap kau jangan pernah menganggu atau menyakitinya lagi. Aku pamit."

Taeyong yang akan menyuap berhenti di udara. Dia menatap Jaehyun yang berjalan keluar dengan tajam, tangannya menguat pada genggaman sendok sampai buku tangannya memutih.

Doyoung kelabakan sendiri melihat Taeyong yang akan emosi. "Doyoung..!" Titah Taeyong penuh emosi mendalam.

"Suruh seseorang untuk mengikuti Jennie. Kemana pun wanita itu pergi, semua harus di laporkan padaku." Titah Taeyong. Doyoung mengangguk lalu pamit keluar.

Dengan emosi Taeyong memakan masakan Jennie tanpa ia Ketahui.

to be continued.

Unbearable Heartache  [ Lty×Kjn ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang