-
Taeyong mengusak kepala kasar. Ia membenci perasaan ini. Membenci semuanya. Apa yang dia lakukan kepada Jennie selalu membuat perasaan tak nyaman dan selalu membuatnya dirundung penyesalan. Ia sangat tidak suka perasaan ini, perasaan ini sangat menyiksa batin Taeyong.
Seharusnya Taeyong senang ia bisa membalas perasaan ibunya dulu. Bahkan perilakunya ini belum seberapa dengan yang dihadapi ibunya dulu.
Tapi perasaan sesak di dada ini sungguh menyiksa. Apa yang sebenarnya hatinya inginkan, bukannya ini yang dia inginkan dulu menghancurkan hidup anak dari wanita sialan itu.
Taeyong mengeram marah. Ia ingin meluapkan perasaan ini. Ia ingin berteriak sekeras mungkin untuk menghilangkan perasaan gila ini. Ia butuh ruang yang tidak ada satupun orang yang tahu.
Pergerakan kecil dari Yongjin membuat Taeyong sedikit demi sedikit meredam emosional dalam dirinya. Ia berjalan menghampiri putranya itu. Memberikan gerakan nyaman agar Yongjin tidak terbangun dari tidurnya.
Dia harus mengorbankan perasaan putrannya untuk perasaannya yang bahkan tidak tahu membuatnya senang atau malah membuatnya sama sakit dengan yang derita anaknya.
Salah satu cara adalah menjauh dari wanita itu agar perasaan gila itu tidak semakin menjadi-jadi walaupun ia harus mengorbankan perasaan putranya.
•
•
•
Pagi hari ini. Jennie telah berkutat dengan peralatan dapur, tinggal beberapa lagi, menu sarapan pagi akan siap. Jennie merasa pahanya di peluk lantas wanita itu merunduk dan menemukan putranya tengah menyembunyikan wajahnya di sana.
"Baby sudah bangun?"
Bocah itu hanya menjawab sapaan ibunya dengan gumaman malas khas bangun tidur.
Jennie mensejajarkan tubuhnya dengan Yongjin putranya. Menangkup lembut wajah kecil putranya itu. "Kalau masih mengantuk mengapa bangun? Ini masih sangat pagi sayang. Yongjin tidur lagi ya.."
Yongjin mengeleng. "Mama semalam dimana? Kenapa jadi papa disamping Yongjin,"
Jennie mengusap kepala putranya lembut. "Mama ada kok. Sudah ya, kalau Yongjin masih ngantuk Mama antar Yongjin ke kamar lagi."
Yongjin sontak mengeleng. "Tidak mau." Yongjin sontak memayungkan bibirnya.
"Ya sudah kalau tidak mau, ayo cuci muka sama gosok gigi dulu. Mama antar,"
"Mama bohong! Semalam mama tidak ada di samping Yongjin. Cuman ada papa di samping Yongjin!" Kesal bocah itu.
"Sayang dengarkan mama.. mau mama atau papa di sampingmu, itu sama saja. Jadi kalau sedang bersama dengan papa Yongjin harus menurutnya dengan papa. Yongjin kan pernah bilang sama mama bahwa Yongjin ingin sekali punya papa seperti Mirae. Sekarang Yongjin sudah punya papa seperti Mirae. Jadi apapun yang di bilang sama papa Yongjin harus menurut, janji sama mama?"
"Mama-"
Tok..
Tok..
"Ayo janji sama mama?" Ucap Jennie mengangkat jari kelingkingnya.
Yongjin tampak cemberut lalu mengkaitkan jari kelingking kecilnya di jari Jennie. "Yongjin janji sama mama,"
Jennie tersenyum lalu mencium seluruh permukaan wajah putranya. "Mama buka pintu dulu, Yongjin tunggu sini," setelah mengatakan itu Jennie bergerak menjauh ke arah pintu utama.
Tanpa Jennie ketahui Taeyong melihat semuanya. Lelaki itu langsung menghampiri putranya setelah Jennie menjauh. "Boy?"
"Papa?"
"Kapan kau bangun boy?"
"Sejak tadi."
"Ayo kita cuci muka dulu," ajak Taeyong yang disetujui oleh Yongjin.
Jennie membuka pintu mendapati jika Somi datang dengan penampilan yang sangat rapi.
"Unnie?" Sontak Somi langsung memeluk Jennie.
"Iya Som.. ada apa?" Jennie membalas pelukan Somi.
"Sejak pulang dari pengadilan aku tidak menemukanmu, aku khawatir unnie?"
"Terima kasih telah mengkhawatirkan aku Som. Tapi aku baik-baik saja. Aku menemui Yongjin."
"Oh benarkan?"
Jennie mengangguk mantap. Tak lama itu suara mobil datang itu adalah mobil Ten dan tentu saja Lisa turun yang pertama kali disusul dengan Ten.
"Jennie!"
Lisa segera memeluk Jennie. Menanyakan kabar perempuan itu sama seperti Somi.
"Jennie itu mobil siapa?" Tanya Lisa ke arah mobil yang sembarang terpakir.
"Ayo masuk dulu. Aku jelaskan di dalam,"
Kemudian ketika mereka akan masuk suara mobil kembali terdengar kali ini Doyoung datang setelah di perintah Taeyong semalam agar datang menjemputnya dan membawakan bossnya itu perlengkapan ganti.
"Jangan bilang..?"
-to be continued.
Rasa ingin menamatkan book ini📈 tapi setelah tau banyak kerjaan gak sempat waktu buat nulis jadi 📉
Kasi semangat dong wkwkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbearable Heartache [ Lty×Kjn ]
Fanfic[ END ] WALAUPUN SUDAH SELESAI DIHARAPKAN UNTUK VOTE BAGI YANG BELUM VOTE!!! Kim Jennie harus menelan rasa pahit itu kembali ketika dirinya kembali ke kota Seoul -kota kelahirannya, di mana ia kembali bertemu dengan pria yang telah menghancurkannya...