Jangan lupa Vote and Comment guys!
—
Jennie membuka matanya pelan-pelan ketika sinar matahari menyapanya. Wanita itu menutup matanya kembali mengumpulkan nyawa sebelum akhirnya kejadian semalam muncul di kepala cantiknya.
Astaga seharusnya ia dan Taeyong tidak melakukannya. Kenapa juga ia tidak menolak. Jennie memijit kepalanya yang berdenyut-denyut.
Tiba-tiba Jennie merasa gejolak dalam perutnya. Buru-buru ia segera turun dari tempat tidur itu. Menyadari jika ia tanpa busana, Jennie mengabaikan itu. wanita itu butuh kamar mandi sekarang.
Dengan selimut putih melilit tubuhnya, Jennie segera berjalan cepat ke arah kamar mandi.
Uwek uwekk...
Jennie membasuh mulutnya. Perasaan tak nyaman wanita itu rasakan. Jennie sekarang butuh obat pereda mabuk.
Berjalan kembali. Jennie mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Tidak ada bajunya semalam. Kemana bajunya? Wanita itu mencari-cari bajunya semalam. Ia tidak akan mungkin pulang dengan hanya berbalut selimut putih.
Jennie mengedarkan pandangannya lalu berhenti pada ujung ranjang. Di sana ada sepasang gaun tidur berserta dalam.
Dengan cepat Jennie memakainya. Dari pada ia tidak memiliki baju untuk dipakai sekarang lebih baik dirinya memakai gaun tersebut.
Jennie akan bertanya di mana bajunya semalam pada pelayan di rumah ini. Ketika telah selesai Jennie memakai cardigan gaun tidur tersebut. Untuk menutupi bagian depan yang terlalu terbuka, Jennie mengikatkan tali gaun itu.
Wanita itu segera keluar dari kamar tersebut. Ketika akan membuka pintu suara teriak Yongjin terdengar.
"Mama!!"
Yongjin berlari menghampiri Jennie.
"Pelan-pelan baby," Jennie segera mengendong putranya.
"Sudah mandi ya.." ucap Jennie sembari mencium pipi gempal putranya.
Yongjin mengangguk seraya memeluk leher Jennie erat. "Yongjin wangi,"
"Hari ini Papa bilang harus sekolah." Bersama Yongjin berkata suara sepatu mendekat ke arah mereka. Di sana Taeyong dan Doyoung menghampiri Yongjin dengan terburu-buru.
"Yongjin ayo?" Ajak Taeyong.
Taeyong menatap Jennie. Dan menyengit melihat penampilan wanita itu. Taeyong buru-buru menoleh ke arah Doyoung. Mengisyaratkan Doyoung agar laki-laki itu jangan melihat Jennie.
"Ah, maafkan saya. Kalau begitu saya akan menunggu di mobil," ucap Doyoung tampak salah tingkah melihat penampilan Jennie.
Jennie yang menyadari itu segera meneliti penampilannya. Astaga.. cardigannya sedikit turun karena tarikan Yongjin yang membuat pundak putih mulus wanita itu terekspos.
Jennie segera membenarkan cardigannya dan Taeyong segera mengambil Yongjin dari gendongan Jennie.
"Ayo kita pergi boy,"
"Mama.."
Jennie yang mengerti maksud puteranya segera mendekatkan tubuhnya ke arah Yongjin yang berada di gendong Taeyong. Wanita itu langsung saja mengecup kedua pipi Yongjin. Kebiasaan kedua ibu dan anak itu ketika akan pergi.
Taeyong yang berada dekat dengan Jennie, memperhatikan wanita itu dengan perasaan tak menentu. Kejadian semalam benar-benar meruntuhkan tembok pertahanannya untuk menjauhi Jennie.
"Apa?"
Taeyong tersadar dari lamunannya. Ia segera memalingkan wajarnya ke arah Yongjin yang berada di gendongan ketika sadar ia hanya memperhatikan Jennie sedari tadi.
"Papa," ucap Yongjin lagi.
Jennie tampak binggung. Ia tak akan mungkin melakukan apa yang di minta Yongjin.
Taeyong yang sebelumnya belum mengerti akhirnya mengerti apa yang di inginkan putranya.
"Sebaliknya baby segera berangkat sekolah. Nanti terlambat, kasian Paman Doyoung menunggu. Ya.."
Yongjin tampak mengecurutkan bibirnya. Lalu Yongjin menatap Taeyong. Taeyong menaikkan alisnya. "Papa.."
Taeyong segera merangkul pinggang Jennie. Dengan cepat pria itu mencium pipi Jennie serta puncak kepala wanita itu. "Kau puas boy?" Yongjin tersenyum.
Jennie masih terkejut dengan perilaku Taeyong barusan. Sampai Taeyong melepaskan rangkulan di pinggangnya. Dan ketika Taeyong dan Yongjin sudah turun dari tangga, wanita itu baru tersadar.
Kenapa Taeyong mau melakukannya?
Jennie mengeleng. Anaknya itu sejak kapan belajar seperti itu. Jennie segera turun. Ia akan menanyakan ke pada para pelayan dimana baju semalam.
"Oh, Nona Jennie.." salah satu pelayan menghampiri Jennie. Ketika Jennie masih berada di tangga akan turun.
"Nona ingin sarapan biar saya siapkan,"
Jennie mengeleng. "Tidak. Aku hanya ingin menanyakan baju yang di kamar—maksudku.."
"Oh baju itu. Sudah di bersihkan."
"Apa? Siapa yang menyuruh kalian." Kalau sudah di cuci. Ia akan pulang pakai apa? Masa iya gaun tidur ini. Jennie melirik gaun abu-abu yang ia pakai.
"Tuan muda Taeyong menyuruh. Dia juga berpesan agar menyiapkan bubur pereda mabuk untuk Nona setelah Nona bangun."
"Ayo Nona. Aku akan menyuruh koki menyiapkannya."
Jennie mengikuti kepala pelayan itu. "Sebenarnya tidak perlu repot-repot. Setelah ini aku juga akan langsung pulang."
"Pulang?"
Beberapa pelayan yang berjejer rapi di samping meja makan itu menunduk hormat ketika Jennie datang.
"Iya. Setelah mendapatkan bajuku akan pulang."
"Tapi Tuan muda Taeyong bilang jika Nona di larang untuk pulang?"
"Apa? Hah? Maksudku ada apa dengannya?" Jennie menatap makanan yang dibawakan para koki. "Terima kasih," para koki itu mengangguk.
"Sebaiknya Nona segera sarapan. Dan soal itu anda dapat bertanya dengan Tuan muda. Dan yang pasti sebelum Tuan muda pulang anda di larang untuk keluar dari rumah ini."
"Sebentar," Jennie menghela napas. Tak ada gunanya juga bertanya dengan kepala pelayan ini. Dia pasti akan mematuhi perintah Taeyong.
"Aku tidak akan mungkin kan, memakai pakaian ini." Ucap Jennie.
Pelayan itu mengangguk. "Sebaiknya anda menghabiskan sarapan anda. Setelah itu akan ada pelayan yang membantu anda."
—to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbearable Heartache [ Lty×Kjn ]
Fanfic[ END ] WALAUPUN SUDAH SELESAI DIHARAPKAN UNTUK VOTE BAGI YANG BELUM VOTE!!! Kim Jennie harus menelan rasa pahit itu kembali ketika dirinya kembali ke kota Seoul -kota kelahirannya, di mana ia kembali bertemu dengan pria yang telah menghancurkannya...