Kesepuluh

2.9K 266 14
                                    

Taehyung terbangun dari tidurnya. Semalam rasanya sangat aneh dan tidak seperti biasanya. Kepalanya sungguh sakit sekali, merasa aneh. Karena tidak biasanya Taehyung akan sakit kepala saat bangun dari tidurnya. Nyut-nyutan yang dirasakan sekarang. Taehyung perlu mengistirahatkan kepalanya terlebih dahulu sebelum bangun dari ranjangnya.

Memejamkan matanya sambil memijat kepalanya, berharap sakit kepalanya sedikit menghilang. Taehyung padahal ingat bahwa dirinya tidak makan minum sembarangan atau minum obat yang mengakibatkan dirinya pusing seperti ini. Lambat laun dan masih memijat kepalanya, hidung Taehyung mencium aroma yang aneh didalam kamarnya. Ini bukan aroma kamar, apalagi aroma dirinya. Seingat Taehyung dirinya belum mengganti pengharum ruangan atau parfum ruangannya.

Namu Taehyung seperti tahu aroma ini. Aroma yang berusaha Taehyung hapus dari ingatannya. Seketika kesadaran Taehyung terkumpul penuh dan melupakan sakit kepalanya, Taehyung bangun dari tidurnya. Melihat sekeliling ruangan ini untuk memastika. sesuatu. Memaksa bahwa penglihatannya sekarang salah. Tapi beribu kali ia mencoba mengelak penglihatannya, nyatanya ini benar. Dirinya berada di kamar milik Jeon Jeongguk. Taehyung menjadi panik, kenapa dirinya ada disini. Siapa yang membawanya kesini.

"Taehyung," panggil seseorang.

"Jihun...,"

Jihun berjalan mendekati Taehyung yang masih dalam keadaan tercengung. Duduk di selah Taehyung lalu menatap Taehyung polos.

"Taehyung kemana saja? Kenapa meninggalkan aku dan Junhe? Apa Taehyung membenci aku mangkannya meninggalkan aku?" ucap Jihun secara beruntun.

Taehyung masih mode yang sama, otaknya sedang memproses semua ini. Dirinya yang ada dikamar Jeongguk dan Jihun yang ada disini.

"Taehyung kenapa diam saja? Apa Taehyung tidak suka keberadaanku disini?"

Taehyung hanya diam saja. Kepalanya semakin sakit memikirkan semuanya. Jihun yang melihat Taehyung hanya diam saja, membuatnya sedih dan ingin menangis saja. Berarti benar kalau Taehyung sudah membencinya sekarang. Jihun memutuskan untuk turun dari ranjang.

"Aku keluar ya," ucap Jihun sedih dan berjalan keluar kamar itu. Taehyung tersadar dari keadaan ini, melihat Jihun berjalan pelan dengan kepala tertunduk.

"Jihun," panggil Taehyung. "Mau kemana?"

Jihun otomatis membalikkan badan lalu menatap wajah Taehyung dengan sedih dan hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Taehyung. Mereka hanya saling menatap beberapa detik, Taehyung akhirnya tahu dari mata Jihun.

"Kemari, duduk disebelahku," Taehyung menyuruh Jihun mendekat. Namun, Jihun masih berdiri disana, tidak bergerak.

"Apa kamu tidak ingin duduk disebelahku?" ucap Taehyung sedih.

Jihun mulai bergerak mendekat. Taehyung tersenyum melihatnya.

"Sini duduk disini, aku ingin dekat denganmu,"

Hanya menurut duduk diatas ranjang dekat Taehyung.

"Apa Jihun tidak merindukanku?"

"Rindu,"

"Kenapa tadi keluar? Apa karena marah?"

"Tidak kok, aku tidak marah kok,"

"Lalu kenapa?"

"Karena Taehyung dari tadi hanya diam saja, aku kira Taehyung membenciku dan tidak ingin melihat aku lagi,"

"Maaf ya. Aku hanya terkejut dan kepalaku pusing sekali tadi. Jadi tidak menjawab pertanyaanmu,"

"Taehyung pusing? Sekarang masih pusing?"

"Masih sedikit," Taehyung mengelus rambut Jihun.

"Ayo kita tidur. Biar tidak makin pusing. Kemarin saat aku pusing juga papa bilang aku harus tidur biar cepat pergi pusingnya,"

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang