"Atril Alyendrifira?" Guru didepan mulai mengabsen satu persatu muridnya, saat sebuah nama rumit disebut, tidak kunjung ada sahutan, sang guru mengulang. "ATRIL ALYENDRIFIRA? ADA?" Ulang Guru didepan agak meninggikan intonasi bicaranya.
Dan itu berhasil membuyarkan aktivitas gadis berkuncir kuda yang tengah berkutat dengan buku fisika dengan pokusnya. "Hadir bu!" Serunya, guru didepan hanya menggelang. Kemudian melanjutkan kembali kegiatan mengabsen yang sempat tertunda itu.
Kegiatan absen itu lancar kembali seperti air mengalir, anak-anak bersahutan seraya mengacungkan tangan saat namanya disebut, sampai tiba pada sebuah nama yang absurd bin langka dilontarkan "Mars Sembilan abimanyu?" Seperti biasa, hening melompong, tak ada yang berseru.
"Masih nggak hadir bu." Seru beberapa murid, karna si empu pemilik nama masih nihil keberadaan nya.
Guru didepan yang memiliki nama Serlina itu memijat kening setelah mendengarnya. "Itu anak, masih ngga sekolah juga? Udah lewat satu bulan ini." Gerutu Bu Serlina, yang terdengar jelas oleh para muridnya.
"Masuk rumah sakit jiwa kali bu, nama sama kelakuanya aja aneh." Salah satu murid berceloteh asal bunyi. Membuat sebagian murid tertawa samar.
"Hehh jangan asal ngomong kamu!" Bentak bu Serlina, si murid yang asal bunyi tadipun langsung merapatkan bibir.
Atril melirik sesaat bangku kosong disampingnya, sudah satu bulan lebih kursi itu kosong. Kursi itu ditempati manusia tukang onar bernama Sembilan yang tak kunjung menapaki sekolah semenjak kejadian mengerikan saat hari pertama sekolah.
Sekelebat memori terlintas begitu saja di benak Atril. Hari itu adalah hari pertama masuk sekolah, dia yang waktu itu notabene nya adalah seorang remaja penyendiri dan tak punya teman satupun, duduk seorang diri dibangku paling belakang. Ini sudah biasa untuk seorang kutu buku seperti Atril, dia tidak pernah mempermasalahkan jika selamanya tidak memiliki seorang teman, baginya, dunia adalah miliknya sendiri, dia tak ingin dibagi juga berbagi dunia dengan siapapun. Kesendirian ini terlanjur nyaman ia jalani, terlampau terlena untuk terlepas dari jeratannya.
Saat seorang guru datang dan memperkenalkan diri sebagai wali kelas, beberapa murid termasuk Atril mengalihkan pokusnya pada guru didepan, meskipun ocehan selanjutnya sang bu guru itu terbilang membosankan, karna membahas peraturan sekolah dan fasilitasnya, juga hal-hal lain yang membuat kantuk semakin menjadi, Atril tetap mendengarkan dengan khidmat, tak mau citranya rusak dihari sakral pertama sekolah ini.
Namun ditengah ocehan wali kelas didepan, seorang remaja cowok tiba-tiba muncul ntah dari mana, bak Alien kesasar disiang bolong, manusia misterius itu tiba-tiba saja berdiri diambang pintu, napasnya memburu bersamaan dengan peluh keringat yang membasahi dahinya, seperti orang yang baru menyelesaikan lari marathon 500 meter. Penampilannya luar biasa ajaib, definisi fashion ter-ancur sejagat raya sepertinya sangat cocok sekali disandang manusia satu ini.
Dua kancing baju atasnya terbuka memamerkan kaos hitam yang dipakainya, dipadukan dengan rambut gondrong nya yang luar biasa berantakan bak tak dikramas setengah abad, belum lagi kakinya yang hanya dibalut sendal jepit 10 ribuan, menambah kesan absurd bin ajaib dimata orang-orang yang menyaksikan penampilan cowok itu.
"Masa aloh, ini Alien dari planet mana pula nyasar kesini?" Celetuk salah satu murid, berhasil membuat tawa beberapa siswa meledak heboh.
"Berisiiik!!" Teriak bu Serlina, sukses membuat murid-muridnya bungkam dalam sekali sentakan.
"Kenapa datang terlambat?" Tanya bu Serlina, sambil berkacak pinggang geram. Kedua bola matanya sudah melotot ke arah cowok yang masih berdiri diambang pintu itu.
Cowok itu menggaruk tengkuknya kikuk. "Bangun kesiangan bu."
Bu Serlina menghembuskan nafas berat dari mulutnya, harus banyak-banyak sabar dihadapkan murid modelan beginian. "Terus kenapa penampilan kamu udah kayak maling dimassal warga gitu? pake sendal jepit juga lagi? Kamu kira ini acara rumpi ibu-ibu rempong apah, kesekolah itu yang rapih apalagi ini hari pertama." Cerocos bu Serlina panjang lebar, emosinya seakan memuncak di ubun-ubun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembilan
Teen FictionNamanya Sembilan, dia aneh persis seperti namanya. Ia mampu membuat orang masuk UGD dihari pertamanya masuk sekolah. Sikapnya yang susah diatur, sangar dan begajulan itu membuat seantero sekolah takut padanya. Belum lagi tingkah ajaibnya yang acap k...