4. Kembali Sekolah

188 142 307
                                    

"ATRIIIL, ATRIIL, ATRIIIL, WOII!!" Teriak seorang cowo berambut urakan, didepan sebuah rumah sederhana yang terlihat sepi. Shubuh-shubuh begini, cowo itu sudah rapi memakasi seragam, dan berniat berangkat sekolah bersama teman semata wayangnya. "Ini, yang tinggal disini pada budeg semua apa gimana sih." Gerutunya, sembari celingak-celinguk.

Atril yang masih terlelap, akhirnya terusik juga oleh teriakan bising didepan rumahnya. Ia beranjak dari tempat tidurnya, berdecak kesal, siapa sih yang berteriak-teriak memanggil namanya dipagi hari buta seperti ini? Matahari saja bahkan belum memunculkan batang hidungnya. Sudah ada saja yang mengganggu.

Atril melangkah malas keluar kamar. memaksakan kakinya melangkah ke depan pintu rumah utama. Saat ia membuka pintu, terlihatlah seorang cowo yang tengah berdiri kesal didepan pagar kayu rumahnya, cowo itu memakai seragam putih-abu rapi namun rambutnya masih berantakan. Gadis itu mengucek matanya tak percaya. Memastikan apakah ia hanya berhalusinasi, namun, meski berulang kali ia mengedipkan mata, cowo itu tak kunjung menghilang.

"Ngapain lo pagi-pagi buta gini dirumah gue anjir?!" Sengit Atril, rasa kesal bercampur kaget bersatu padu dalam dirinya.

"Ya nyamper lo sekolah lah, yakali nyabu, ga liat gue udah pake seragam gini?"

Atril mengusap wajah frustasi. Shubuh-shubuh begini Sembilan mengajak nya sekolah? Gila aja, dikira sekolah ghaib kali, memang sudah tidak waras makhluk yang satu ini. "Ya tapi yang bener aja dong, masih gelap gini, lo mau sekolah apa nangkep kuntilanak!" Sentak Atril, mukanya sudah kusut semrawut, pusing menghadapi makhluk ajaib di sebrangnya itu.

"Gimana sih lo, katanya kemarin mau gue sekolah, ini gue udah semangat banget buat sekolah, lo malah marah-marah!"

Atril menghela nafas jengah. "Gimana gue gak marah, lo berisik dirumah gue, ganggu gue tidur, CUMA BUAT NGAJAK SEKOLAH SHUBUH-SHUBUH GINI!"

"Ya terus, salahnya dimana?" Tanya cowo itu, semakin membuat Atril kesal.

"LO TANYA SALAHNYA DIMANA?"

"Kata nenek gue, berangkat sekolah pagi-pagi itu bagus buat kesehatan, itu juga menandakan kalo kita anak baik dan rajin." Ujarnya, tersenyum lebar dengan tampang polos, merasa yang telah diperbuat nya adalah hal terpuji dan patut dibanggakan.

Melihat tampang polos cowo didepannya yang malah kelewat bego itu membuat Atril gemas sendiri ingin mencincangnya. "YA KAGA JAM SETENGAH LIMA SHUBUH JUGA"

"Emangnya kenapa kalo jam setengah lima shubuh?" Tanya Sembilan, raut wajahnya terlihat bingung masih tidak mengerti.

"Lan, matahari aja belum nongol loh, ayam aja baru berkokok, azan baru aja berkumandang, sekolah nya pasti belum dibuka, lo ngerti gak sih, ini tuh kepagian banget." Atril menjelaskan dengan hati-hati namun terdengar sekali jika ada tekanan disetiap kalimat yang diucapkan gadis itu.

Sembilan mengangkat bahu acuh. "Ya gapapa dong, kita tinggal tunggu aja sampe gerbangnya dibuka."

"Lo becandakan?"

"Serius lah, cepet sana siap-siap, jangan lama-lama."

Atril hanya bisa menghembuskan nafas pasrah. 'demi beasiswa Tril, harus sabar' batinnya menguatkan. "Iya deh, iya, gue siap-siap sekarang."

"Gue masuk ya? pegel nih berdiri diluar." Rengek Sembilan dengan wajah memelas.

Atril membelakak. "Masuk kerumah gue?"

"iyalah, masa kekandang ayam." Terkekeh pelan, Sembilan menyelonong masuk melewati pagar kayu. Lantas menghentikan langkahnya Saat tepat berada didepan Atril, memandangnya lekat tanpa berpaling.

Si gadis kutu buku yang biasanya mengikat rambutnya seperti ekor kuda itu, kali ini menggerai rambut nya, membiarkan rambutnya yang lurus dan sedikit bergelombang diujung itu jatuh menyentuh punggung, ia masih dibalut piyama pendek polos berwarna biru tua, dan wajahnya terlihat sayu, jelas sekali baru bangun tidur. Tanpa sadar Sembilan tersenyum simpul. "Rambut lo, kalo digerai gitu, tambah cantik."

SembilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang