13. Serba Serbi Digo

125 78 203
                                    

"Dan gak lama setelah dia dikeluarkan dari sekolah, gue denger kabar, kalo Nek Rania memutuskan buat nyekolahin Sembilan dirumah."

Atril membersihkan meja restoran sembari melamun. Cerita Anggara tentang Sembilan tadi pagi, masih bersemayam diotaknya.

KRING

Suara bell diatas pintu masuk restoran berbunyi, menandakan ada pelanggan baru yang datang. Seketika lamunan Atrilpun buyar, gadis kuncir kuda itu buru-buru menghampiri mereka untuk menyambut ramah, lalu mencatat pesanan mereka.

Atril bergegas menuju dapur sembari membawa beberapa piring kotor. disodorkannya pesanan itu pada koki lalu meletakan piring kotor itu diwastafel.

Setelah pesanan selesai dibuat, Atril menaruhnya diatas nampan dan membawanya perlahan menuju meja pelanggan tadi.

"Halo cewe kulkas!"

Atril menghentikannya langkahnya, lalu mendengkus jengkel. siapa lagi direstoran ini yang memanggil nya dengan nama aneh itu kecuali Digo. Si Blasteran usil yang gemar sekali menjahilinya ahir-ahir ini.

Digo menghampiri Atril, merangkul bahu gadis kuncir kuda itu tanpa permisi.

"Lepasin tangan lo." Ujar Atril dingin, ia menggeliatkan bahu kanannya. Jika saja tangannya tidak sedang memegang nampan, Atril pasti sudah menepis tangannya sekalian menimpuk wajahnya.

"jangan judes-judea dong, ntar gue tambah suka." Goda Digo menaik turunkan alisnya, dan itu sukses membuat Atril menatap cengo dengan raut bercampur jijik kepadanya.

Mendapati respon tidak ramah itu, Digo segera meralat gombalannya. "Canda elah, yakali gue suka sama cewe jutek jelek yang norak kaya lo."

"Dih, siapa juga yang pengen disukain sama cowo nyebelin kaya lo!" Balas Atril, memandang Digo dengan wajah merendahkan, matanya seakan berkata lo-bukan-tipe-gue.

Digo meringis pilu dalam hati, pedas sekali omongan gadis jutek disampingnya ini. Mencoba mengalihkan perhatian, Digo mengambil Green Tea pelanggan yang ada di ataa nampan Atril dan meneguknya begitu saja.

Atril melongo kaget. "Kenapa lo minum setan! itu pesenan orang!" Pekiknya, kentara menahan kesal.

Digo mengedikan bahu tak acuh. "Ya tinggal lo minta bikin lagi apa susahnya?"

Atril menggeram kesal. "Lo tuh ya-"

"Apa? mau ngeluh? mau marah? ayo lakuin aja, ntar gue bilang sama mamah supaya lo dipecat." Ancamnyanya tersenyum menang.

Ancaman yang sama lagi, dan itu selalu berhasil membuat Atril mingkem dengan senyum kecut, lalu menuruti kemauan Digo tanpa protes. Kendati dirinya ingin sekali menggampar wajah tengil Digo, niat itu harus selamanya terkurung, demi keselamatan pekerjaannya.

"Yaudah iya Tuan Digo, silahkan diminum minumannya."

Atril kembali kedapur dengan langkah menghentak kesal. Digo yang melihat itu cekikikan puas, namun tak urung, sisi dirinya yang lain merasa gemas melihat ekspresi dan tingkah Atril yang selalu lucu dimatanya.

"Kenapa ditekuk itu muka Tril." Tanya seorang koki seampainya Atril didapur.

Atril enggan menjawab, rasa kesalnya pada Digo masih memuncak, terlihat jelas dari wajahnya yang cemberut.

"Paling diganggu sama Si Digo dia." Seorang pegawai menerka sembari cekikikan. 

Koki itu hanya menggeleng lalu melanjutkan kembali pekerjaannya.

"Kapan sih dia berhenti gangu gue Kak Jen!" Tanya Atril frustasi.

Pegawai yang bernama Jen itu mengelus pundak Atril menenangkan. "Sabar Tril, ntar juga kalo udah bosen, dia gak bakal ganggu lo lagi,"

SembilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang