12. Sepenggal Masa Lalu

125 88 215
                                    

3 Tahun yang lalu.....

Anggara yang tengah menyugar rambutnya dikamar mandi langsung melonjak kaget ketika tiba-tiba ia mendengar umpatan bersahut-sahutan yang berasal dari belakang toilet.

Dengan rasa penasaran yang membuncah, ia menaiki kloset dan sedikit berjinjit untuk mengintip dari jendela kecil yang ada diatasnya.

Mata Anggara membelakak sempurna menyaksikan tiga bocah yang tengah bertikai dengan sengit, serta seorang gadis yang terduduk dipojokan dalam keadaan berantakan.

"Lo mau apain cewe itu?" Seorang cowo jangkung berteriak keras penuh amarah didepan dua cowo lainnya yang tampak menyeringai meremehkan.

Itu Sembilan! Anggara jelas mengenal wajah itu, cowo jangkung itu adalah teman sekelasnya yang sering bertingkah aneh dan dijauhi semua orang.

"Lo kenal sama ni cewe?" Salah satu cowo didepan Sembilan yang memakai jaket jeans bertanya.

"Enggak. Jangan mengalihkan pembicaraan, jawab pertanyaan gue!" Tuntut Sembilan.

"Kita mau sedikit raba-raba aja ko, kenapa? lo mau join juga?" Salah satunya yang bertubuh kurus menyahut sembari menunjukan seringain mesumnya.

Sembilan tersulut emosi mendengarnya, giginya bergemalatuk geram dengan mata berapi-api. Detik berikutnya, Tanpa segan-segan, ia melayangkan bogem mentah telak dipipi kedua nya bergantian.

"Mau sok jagoan lo! berani beraninya non-"

BUGHH

BUGHH

BUGHH

Sembilan melayangkan lagi tinjunya membabi buta tak memberi celah keduanya untuk membalas tinjunya maupun mengoceh. Kedua kakak kelas itu kalah telak oleh Sembilan yang kini seperti monster hilang kendali.

Ia terus menyerang mereka tanpa ampun dengan tatapan beringas yang seakan melahap mereka bulat-bulat. Nafasnya memburu dengan tangan dan kaki yang terus melayangkan tinju mematikannya yang beringas.

Tak lama keduanya terkapar dengan rintihan pedih keluar dari mulut mereka. Merasa tugasnya telah selesai dan cukup membuat dua cowo bejad itu jera, Sembilan memutuskan beranjak pergi setelahnya.

"Lo sebenernya suka inikan? Ngaku aja gausah munafik lo!"

Ia menghentikan derap langkah nya mendengar itu. Berbalik badan, dan menyaksikan dua cowo bejad itu malah melanjutkan aksi tak senonohnya. Membuka dua kancing atas seragam gadis malang itu guna memamerkan sedikit belahan dada disana. Sigadis tak mampu melawan, kedua tangannya dicekal, air mata pedih terus mengalir deras dari matanya yang tampak semakin sayu. Ia sungguh merasa putus asa atas apa yang akan menimpanya.

Sembilan mendidih dibuatnya, dengan emosi meluap ia mendekat lagi dan menyambar tangan si cowo berjaket yang menyentuh seragam sigadis.

"Tangan lo ini gak guna kalo udah lu pake buat lecehin perempuan." Bentaknya melotot sangar, mencekal kuat tangan cowo berjaket itu lalu,

KRAKKKK!!!

"ARGHHHHHH" jerit cowo berjaket itu, tangan kanannya patah dalam sekali hentak oleh Sembilan.

"SAKIT ARGHHHHH" Raungan nelangsa keluar lagi dari mulutnya dengan air mata yang mulai mengalir. Saat Sembilan kembali mematahkan lagi tangan satunya.

Sembilan menyeringai puas. Ia lalu membanting cowo berjaket itu hingga tersungkur pingsan tak berdaya.

Detik berikutnya, Sembilan berbalik badan berganti menatap tajam cowo bejad satunya yang berbadan kurus. Cowo itu segera melepas cekalan eratnya dari sigadis malang, lalu menyatukan tangan dengan wajah memelas pias. "Ampun! tolong jangan apa-apain gue!" Mohonnya kentara ketakutan.

SembilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang