TOK TOK TOK
Rayhan mendengus malas di ruang tengah. Siapa yang mengunjungi rumahnya dihari libur begini? Mengganggu kegiatan santainya saja. Dengan terpaksa Rayhan menghentikan game dihandphone nya, beralih beranjak menuju pintu.
"Woi, lama amat sih buka pintu doang!" Bentak sang tamu dibalik pintu, sembari menggedor keras pintu membabi buta.
Rayhan yang melangkah pelan mempercepat pacuan langkahnya sembari berdecak kesal. Ia kenal suara menyebalkan itu, siapa lagi kalau bukan Sembilan, teman kakaknya yang minus akhlak dan tidak punya adab.
"Bentar ngapa njir, sabar woi!" Rayhan menyahut kesal sambil membuka pintu rumahnya.
"Ko yang muncul lo sih?" sengitnya, nampak kecewa dengan eksistensi Rayhan dibalik pintu. "Atril mana?" Sembilan celingak-celinguk melongok kedalam.
"Kerja."
"Inikan hari minggu, ko dia masih kerja sih!"
"Ya gak taulah, emang gue bosnya. Udah ah bang sana pulang aja, kakak nya juga gak ada," usir Rayhan, mengibaskan sebelas tangan layaknya menggebah hewan. Tak kuat dia jika harus menghadapi kelakuan Sembilan yang keabsurd-annya tidak bisa ditoleransi dan bikin bikin pusing sampai frustasi.
"Gak sopan banget jadi tuan rumah, bukannya ditawarin masuk malah diusir," sindir Sembilan.
"Kaya situ bener aja jadi tamu, bukannya assalamu'alaikum malah gedor-gedor ga jelas sambil tereak-tereak," balas Rayhan sarkas, mendelik sinis tak mau kalah.
"Assalamu'alaikum, gue masuk ya!" Cowo urakan itu menyelonong masuk dengan songongnya. Rayhan menganga jengkel memandangi teman kakaknya yang seakan tidak punya urat malu itu. Cowo absurd itu menaruh bokongnya disofa ruang tamu lalu menumpang kaki dengan tak beradapnya.
"Mana minumnya woi, masa ga ditawarin minum nih gue," celoteh Sembilan semakin menjadi.
Rayhan tersenyum kecut, rautnya terlihat sangat tertekan. "Mau minum apa Bang? Air comberan apa air kobokan?"
Sembilan merenggut sangsi mendengar itu. "Gak ada yang manusiawi dikit?"
"Emang situ manusia?" Sarkas Rayhan.
"Yaudah gue ambil sendiri aja ah minumnya!" seru Sembilan, mengabaikan kesarkasan Rayhan. Ia beranjak berdiri lalu melangkah hendak menuju dapur, sebelum ahirnya Rayhan menghadang cowo tukang onar itu.
"Gue aja yang ambilin bang, bisa-bisa dapur gue ancur didatengin lo," cegah Rayhan. Ia tidak mau menanggung resiko jika nanti Sembilan memporak porandakan dapurnya.
Rayhan melangkah malas menuju dapur, lalu menyuguhkan minuman seadanya untuk Sembilan.
Cowo urakan itu tersenyum menang memandang minuman jeruk diatas meja.
"Kapan pulangnya kakak lo?"
"Jam 4."
"Oh, ntar gue susul deh ke tempat kerjanya," putus Sembilan, sembari meneguk minuman jeruknya.
"Tapi kakak kayaknya punya pacar deh."
Sembilan menyemburkan minumannya kaget. Ia menaruh gelas ditangganya kasar, hingga tersengar bunyi brak keras menggema keseluruh ruangan.
"Becanda kan lo" sengit Sembilan, alisnya menekuk tak terima.
"Gak tau sih, tapi semingguan ini, dia dianterin terus sama cowo pake motor sport. Beuhh cowoknya juga cakep banget, kaya blasteran gitu." Rayhan gencan mengompori, dengan raut terkagum-kagum memuji.
Sembilan mendidih mendengarnya. Telinganya memerah, dan dadanya kembang kempis pertanda kesal. "Awas aja, gue bunuh tu orang."
ฅ^•ﻌ•^ฅ
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembilan
Teen FictionNamanya Sembilan, dia aneh persis seperti namanya. Ia mampu membuat orang masuk UGD dihari pertamanya masuk sekolah. Sikapnya yang susah diatur, sangar dan begajulan itu membuat seantero sekolah takut padanya. Belum lagi tingkah ajaibnya yang acap k...