16. Pertemuan Tak Terduga

124 58 224
                                    

Atril menghirup aroma buku-buku didepannya dengan perasaan melambung senang. Sepasang netra legamnya jelalatan menjelajah tiap-tiap buku pada rak berisikan kumpulan cerita horor, jenis genre yang kini tengah ia gemari. Jemari lentiknya leluasa menari dirak yang berisi penuh dengan buku itu dengan tingkat keantusiasan menggebu.

Sembilan yang kurang menaruh minat pada novel, hanya mampu duduk ditempat membaca dan memutuskan menunggu cewe kutu buku itu menikmati hobinya.

"Cewe kulkas?" Seseorang memanggil Atril.

Cewe kutu buku itu spontan menoleh kesampaing pada sumber suara. Matanya langsung bertemu dengan manik kebiruan yang amat dikenalinya itu.

"Digo?!" Suara Atril tercekat kaget dengan kehadiran Digo yang tak diduganya. "Ngapain lo disini?"

Digo menunjuk rak buku horor dengan dagunya. "Namanya juga perpustakaan, ya gue kesini mau baca bukulah yakali mau karokean."

Atril mengatup mulut mendengar itu. Gadis itu langsung merasa bodoh karena telah menanyakan hal konyol tadi.

"Jadi ini alasan lo ga mau gue anterin pulang hari ini? Karena lo mau kesini?"

Atril mengangguk pelan.

"Padahal kita bisa pergi bareng, gue juga emang udah niat kesini hari ini."

Atril tersenyum kecut mendengar itu. Bertemu dengan Digo disini sama sekali tak pernah ada dalam rencananya. Baiklah, kita ralat! Bahkan sebenarnya, pergi kesini diantar Sembilan pun tak pernah ada dalam daftar rencananya.

"Lo suka genre horor ya?"

Atril hanya menjawab dengan anggukan samar. Sepasang matanya sibuk menjelajah buku.

"Kita sehati ya, lo niat kesini hari ini, gue juga sama. Lo suka cerita horor, gue juga sama," celoteh Digo tersenyum lebar. Atrir risih, kenapa cowo blasteran ini senang sekali mengoceh? Tidak bisakah ia membungkam mulutnya barang semenit saja?

Atril tak mengindahkan eksistensi Digo. Ia kembali beralih pada jejeran buku didepannya, melanjutkan kegiatannya mencari buku horor untuk dibaca ditempat.

"Gue saranin sih, buku yang ini, seru banget loh!" Digo menjulurkan sebuah buku kearah Atril.

Atril menatap malas buku yang disodorkan Digo padanya. 'apaan sih ni orang, ga bisa ninggalin gue sendiri apa?' batinnya menggerutu kesal.
Ia melirik sekilas buku itu, membaca judulnya. "Anna dressed in blood."

Atril mengangguk saja, ia ingin Digo cepat-cepat enyah dari hadapannya. Meski agak terpaksa, tapi cover buku itu terlihat meyakinkan dan cukup membuatnya sedikit penasaran.

Atril menggamit buku itu dari tangan Digo, tersenyum kaku. "Makasih, gue baca deh."

Digo tersenyum, buku rekomendasinya diterima oleh Atril. Ia lalu ikut melangkah mengikuti Atril sambil menenteng buku lain yang dipilihnya ketika Atril tiba-tiba saja pergi setelah menerima buku darinya.

"Lo kesini sendiri?" tanya Digo, ketika berhasil mengimbangi langkahnya dengan Atril.

Atril memutar bola mata jengah. Kenapa cowo blasteran ini terus merecokinya sih? Padahal ia sudah menerima buku rekomendasiannya. Kenapa cowo blasteran ini tidak segera enyah saja?

"Gak."

Digo celingak-celinguk. "Terus sama siapa?"

"Tuh sama tu orang." Atril menunjuk kedepan, tepat pada punggung seorang pemuda urakan berjaket hitam yang tengah duduk ditempat membaca.

Digo memandang berang kedepan. "Cowok?! Pacar lo?"

Atril menggeleng. "Cuma temen."

Digo bernafas lega mendengar itu. "Baguslah kalo cuma temen. Gue boleh ikut gabung sama kalian?"

SembilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang