7. Makan Bersama

145 116 251
                                    

Sembilan menarik-narik tas Atril dengan paksa. Cowo aneh bin ajaib itu memulai lagi tingkah diluar nalarnya. Hancurlah rencana Atril untuk pulang dan segera merebah kan diri dilautan kapuk nyaman miliknya, karna secara tiba-tiba Sembilan menyeretnya secara paksa, mau makan Nasi Padang katanya.

"Lan lepasin ih, gue mau pulang!" Sentak Atril sembari berupaya mempertahankan diri.

Namun kekuatan Sembilan yang 10 kali lipat lebih besar darinya itu berhasil menggubris segala pertahanan Atril dengan telak, Hingga membuat gadis itu, berjalan mundur akibat tarikan Sembilan.

"Temenin gue makan ayokk ihh trill!" Rengek Sembilan masih berusaha memaksa.

"Yakali makan Nasi Padang! Disekitar sini mana ada tukang Nasi padang Oon!" Sulut Atril gadis itu keukeuh menolak.

"Ya tinggal nyarilah, ayo dong gue laper banget trill"

"Yaudah cari dan makan aja sana sendiri, guemah nggak pengen!"

"Ga mau tau lo pokonya  harus temenin gue."

"Kaya bocah tk lo kemana-mana mau ditemenin."

"Biarin!"

"Ih gue nya gak peduli, gak mau nganter lo, kenapa maksa sih? Gue maunya pulang!"

Sentakan Atril itu sontak membuat Sembilan melepas cengkramannya pada tas Atril. Ia terdiam sembari memasang wajah datar dan tatapan sedingin kutub. Kata-kata gadis kutu itu nampaknya membuat hati kecil Sembilan tertohok dan tak berkutik.

"Yaudah, pulang aja sana."

Lontaran kalimat dingin itu membuat Atril batu membeku ditempat. Ia merasa agak bersalah, apalagi raut cowo didepannya itu sekarang berubah drastis dari Sebelumnya. Binar hangat penuh semangat dimatanya hilang, berganti dengan sorot kekecewaan dingin yang membekukan.

"Maksud gue bukan gitu Lan." Lidah Atril Kelu, ia bingung harus bagaimana untuk mengembalikan raut wajah kecewa itu menjadi ceria kembali.

"Udah gapapa, sana pulang aja."

Sembilan membalikan tubuh, beralih menyusuri jalan menuju taman alih-alih pulang.

Atril semakin dirundung bingung dibuatnya. Ia baru saja ingat, cowo itu hidup seorang diri dirumah neneknya, tentu saja ia pasti kelaparan, tak ada orang tua yang menyediakan makan, ataupun menyambutnya ketika pulang sekolah.

Sebelum punggung itu semakin menjauh dan menghilang, Atril memutuskan berlari kecil mengejar Sembilan.

"Lan, Kalo makan dirumah gue aja gimana? Mau gak?"

Sembilan menoleh, manik hazelnya bertemu dengan hitam legam milik Atril. Menatap gadis itu lekat dengan raut yang tak bisa terbaca oleh si empu yang ditatap.

Beberapa detik berlalu. Mereka hanya saling membisu dengan kontak mata yang tak kunjung putus.

Atril menanti dengan was-was. Bingung kenapa sedari tadi cowo didepannya ini belum juga bereaksi ataupun menjawab ajakannya.

Sebuah senyum lebar merekah, tercetak diwajah Sembilan. Rasa kecewa dimanik hazelnya tertampik sudah. Ia kini menunjukan deretan giginya dengan wajah sumringah. "Wah beneran boleh numpang makan dirumah lo?"

Atril mengangguk kencang. 'Huh ahirnya ni anak ga jadi ngambek'. "Iyalah, tapi lo gapapa makan masakan gue nanti? Gue berubah pikiran deh, Kalo lo maunya nasi padang gue mau nganter kok! Beneran!"

Sembilan menggeleng, dengan senyum yang terus melekat dibibirnya. "Nggak! Gue lebih tergiur sama masakan lo!"

"Okedeh kalo gitu, ayo kerumah gue!" Atril mengepal tangan, lantas meninju udara.
Setelah tangannya turun dan kembali diposisi semula, jemari sembilan tiba-tiba meraih miliknya. Membuat mereka bertautan tangan dengan Atril yang melotot syok memandangi tangannya yang sudah digenggam penuh oleh Sembilan.

SembilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang