Sinar matahari pagi menyusup lewat celah jendela yang menembus gorden. Atril perlahan membuka matanya. Menggeliatkan tubuh guna meregangkan otot-ototnya, setelah nyawanya berkumpul sempurna ia pun bangkit dari pulau kapuk kesayangannya itu.
"Atril!"
Terdengar suara teriakan lantang dari luar yang teramat memekak telinga, siapa yang sudah bertamu kerumahnya dipagi buta dan bertepatan dihari libur begini. Dengan piyama biru yang masih melekat ditubuh mungilnya, gadis itupun berderap keruang tengah. Sedikit mengintip dibalik jendela ruang depan.
"Sembilan?" Atril memekik tertahan. Netra legamnya melotot syok. Menyaksikan seorang cowo berpenampilan urakan dengan wajah sangar tengah berdiri didepan pagar sembari memolototi rumahnya seperti tukang tagih hutang.
Apakah ia tengah berdelusi saat ini? Gadis itu mengucek matanya memastikan kalau apa yang ditangkap sepasang matanya adalah nyata. Namun berapa kalipun ia melakukan itu, siluet tubuh Sembilan tak kunjung hilang disana.
Ia membuka pintu, tergesa menghampiri Sembilan keheranan. Baiklah, Atril seharusnya tidak heran, karna itulah Sembilan, manusia aneh yang selalu tak terduga. Acap kali melakukan hal-hal ajaib yang tak kesampaian ditangkap nalar.
"Ngapain lo disini?" Atril langsung menyemburkan tanya begitu tepat dihadapan Sembilan.
"Ngajak lo maen, dirumah ada Aluna, dia kangen katanya sama lo."
Atril menghela nafas. "Lo liat ga ini jam berapa?"
Sembilan mengangkat handphonenya. "Jam 6 pagi."
"Ga ada manusia waras yang ngajak orang main jam segini!"
Sembilan bergeming tanpa ekspresi. Atril tak bisa menerka apa yang tersirat disepasang netra hazel itu yang kini menatapnya begitu dingin. "Gue gak mau tau, lo kerumah gue sekarang!" Sembilan menggamit kasar tangan Atril. Menyeret gadis freezer itu tanpa permisi.
"Apa-apaan sih lo, Lan!" Atril meronta, mencoba melepas cekalan tangan Sembilan.
"Gue gak menerima penolakan!" Sembilan bersikukuh.
"Biarin gue siap-siap dulu dong!" Teriak Atril, kekesalan tersirat jelas dalam teriakan lantang nya itu. "Lo ga liat gua masih pake piyama gini? Dan lo ga liat muka gue yang kek nenek lampir baru bangun dari hibernasi gini hah?"
Piyama biru laut kembang-kembang, dan wajah kusut khas bangun tidur, dan jangan lupakan rambut sepinggang Atril yang bentuknya tak karuan. Sembilan terkekeh. "Ngga, lo malah lucu."
Atril mendengkus jengkel. "Tungguin, gue mau siap-siap dulu."
"Gue nungguin disini?"
"Dikuburan sono! Ya iyalah disini! Kesel gua lama-lama!"
"Gue mau nungguin didalem, takut lo kabur."
"Kabur kemana sih, Lan? Inikan rumah gue!"
Sembilan mengangguk takzim seperti orang tolol. "Oh iya ya." Namun detik berikutnya, ia cepat-cepat menyangkal. "Ah tetep aja, jaga-jaga takutnya lo ga keluar-keluar."
Atril menghentakkan kakinya kesal. "Yaudah terserah lo lah!"
Sembilan menyengir lebar. Lantas mengekori Atril masuk. Duduk manis diruang tengah dengan sepasang mata yang tak lepas memandangi Atril.
Atril memasuki kamar yang letaknya disamping ruang tengah, lalu keluar dengan handuk menyampir dibahunya. Netra legamnya langsung bertubrukan dengan netra hazel milik Sembilan ketika keluar.
Ia lantas berlalu didepan Sembilan, hendak berputar menuju ruang belakang tempat kamar mandi berada. Namun gadis jutek itu sudah risih bukan main mendapati Sembilan yang berdiri dan mengekornya dibelakang. Atril berbalik dengan wajah tertekan. "Lo kenapa ngikutin gue? Gue mau mandi anjir, lo mau ikut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembilan
Teen FictionNamanya Sembilan, dia aneh persis seperti namanya. Ia mampu membuat orang masuk UGD dihari pertamanya masuk sekolah. Sikapnya yang susah diatur, sangar dan begajulan itu membuat seantero sekolah takut padanya. Belum lagi tingkah ajaibnya yang acap k...