9. Anak Pemilik Restoran

137 105 198
                                    

Saat orang lain yang menyambut akhir pekan dengan liburan atau nongkrong bersama teman, lain dengan Atril. Gadis pemilik manik pekat itu harus menghabiskan hari liburnya dengan bekerja paruh waktu sebagai pegawai disebuah restoran.

Dari hari Senin sampai Jumat, Atril bekerja dari jam pulang sekolah sekitar jam 5 sore, hingga jam 10 malam. Sementara pada hari libur yaitu Sabtu dan Minggu, gadis itu akan mengambil kerja penuh dari pagi hingga sore, untuk mendapatkan gaji yang lebih pula.

Sebenarnya, Atril merahasiakan pekerjaannya dari sang ibu. Atril juga merahasiakan ini dari adiknya Rayhan. Selama ini, ia selalu pergi diam-diam, ataupun beralasan kerja kelompok dan ekstrakulikuler yang tidak pernah di ikutinya.

Gadis itu membenarkan kunciran rambutnya setelah membaluti tubuhnya dengan seragam pegawai. Menghela nafas sejenak, sebelum ahirnya memulai pekerjaannya dengan penuh semangat.

Pengunjung selalu ramai dihari libur, hingar bingar orang-orang yang menghabiskan hari libur  dengan sekedar bersantai atau nongkrong bersama teman memenuhi restoran tersebut. Para pegawai restoran sibuk bukan main, pesanan berkali-kali dianterkan ke berbagai meja, dan kemudian pesanan lain berdatangan lagi seakan tak ada habisnya.

Atril merasa kewalahan, peluh bercucuran memenuhi kening. Menjelang siang, ahirnya tiba waktu istirahat yang dinanti-nantinya. Ia lantas menghempaskan tubuhnya pada sofa diruang istirahat. Sembari menenggak rakus minuman isotonik hingga tandas dalam sekali teguk.

"Anak baru?" Suara asing menyapa telinganya. Ia menoleh mencari sumber suara. Seorang pemuda jangkung berambut kecoklatan berponi tengah bersandar dipinggir sofa. ia tampak mempesona dengan tampilan modis dan wajah campuran barat-lokalnya yang rupawan. Sepasang matanya yang berwarna samudra mencurahkan atensi penuh pada Atril yang tengah sedikit berbaring disandaran sofa. Diperhatiin seperti itu tentu saja membuat Atril kikuk, buru-buru dia membenarkan posisi duduknya.

"Baru apaan? Ni anak udah disini sebulan lebih, lo aja kali yang jarang kesini." Salah satu pegawai yang ada disana menyahut pertanyaan pemuda itu. Sementara Atril hanya tersenyum tipis menanggapi.

"Dia anak Bu Arin pemilik restoran." Bisik pegawai itu ditelinga Atril, bisikan itu menjelma sengatan listrik yang membuatnya tersentak dalam diam, namun sebisa mungkin, Atril mencoba terlihat tenang dengan hanya membalas dengan anggukan samar.

"Eh tante, gua gak nanya ke elo ya!" Seru pemuda itu menanggapi jawaban pegawai tadi dengan nada mengejek.

Pegawai wanita yang dipanggil tante itu mengernyitkan hidung tak terima. "Tante gundulmu! Kita cuma beda 2 taun ya."

Pemuda berambut kecoklatan itu hanya menanggapi dengan cengengesan jahil. Matanya kembali beralih pada Atril. Ia lantas melompat mendaratkan bokongnya disofa tepat disamping Atril yang kini membeliakan matanya. Repleks gadis itu menggeser pantatnya agak menjauh. Mendapati perilaku Atril yang tampak menghindarinya, ia terkekeh, dan malah semakin mendekatkan diri pada Atril yang kini sudah terpojok di ujung sofa. Mencondongkan wajahnya lebih dekat dengan wajah Atril yang semakin lama semakin terlihat gugup, dan kentara sekali menahan kesal.

"Digo! Jangan jailin dia deh, gue bilangin bunda lo nih." Ancam sipegawai tadi.

"Bilangin aja sana tukang ngadu!" Serunya tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari Atril.

"Heh! Jangan mentang-mentang bunda lo pemilik Restoran ya, dia pasti marahin lo kalo tau lo ganggu pegawai."

Ancaman pegawai tadi agaknya hanya dianggap angin lalu oleh sipemuda bernama-Digo itu.

Atril menahan nafas, maniknya bergerak-gerik gusar. Ingin sekali ia menendang pemuda bernama Digo didepannya ini jika saja pekerjaannya tidak menjadi taruhan.

SembilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang