" Tuhan, Aku sudah tidak bisa mendengar lagi. Jadi maukah Kau sekarang yang mendengarkan kesakitan ku?"
🌸🌸🌸
Pagi ini mereka bertiga; Mahen,Segara, serta Sadewa tengah menunggu dokter memeriksa Jendra. Tadi Jendra sempat bangun, tapi pingsan lagi dan monitor detak jantung Jendra berhenti begitu saja. Itu membuat Mahen selalu kakak kandung nya panik bukan kepalang, dia langsung berlari memanggil dokter , teriakan mahen membangunkan Segara yang tertidur di kursi tunggu depan kamar rawat inap.
Pemuda itu lantas, menghubungi Sadewa yang semalam pamit pulang. Kata nya ndoro nyai menyuruhnya pulang.
"Dokter gimana keadaan Jendra? Dia baik-baik aja kan dok?" Tanya Mahen sesaat setelah dokter keluar. Kedua mata nya bengkak akibat terlalu banyak menangis sedari kemarin.
Dokter itu mengangguk "Keadaan nya sudah stabil. Itu reaksi biasa saat pasien mulai melewati masa kritis nya. Mungkin berapa menit lagi pasien akan bangun." Kata nya.
Mahen menghembuskan nafas nya lega, tubuh nya hampir saja limbung akibat terlalu khawatir. Sungguh ini mendebarkan. Rasa nya jantung mu hampir lepas begitu saja.
"Kalau begitu, saya pamit dulu. Kalian boleh menjenguk nya, di harap jangan terlalu berisik ya" lanjut dokter itu lalu segera berlalu dari sana.
"Hen" Dewa terkesikap saat Mahen menepis tangan nya dengan sarkas lalu berlari masuk ke dalam ruangan.
Segara yang melihat nya hanya menepuk pundak Dewa. Rupa nya Mahen masih terlihat kesal dengan Dewa karena kemarin.
"Gue salah apa sih sebenrnya?" Tanya Dewa
"Dia cuman lagi kesel. Mungkin dia masih gak terima aja kemarin lo ceramahin dia. Dia cuman lagi capek makanya ketus mulu. Gak papa, ntar biar gue yang ngomong ke dia.." Ujar laki-laki itu.
Sadewa menarik rambut nya kuat, di musuhi Mahen saat kondisi anak itu sedang seperti ini seperti siksaan bagi nya. Demi Tuhan, dia kemarin hanya berniat menenangkan bukan menceramahi. Tapi reaksi Mahen malah di luar ekspektasi nya.
"Udah kita jenguk Jendra aja. Terus ntar kita ke sekolahan Jendra. Cari barang bukti." Kata nya sembari menyeret tangan Dewa masuk ke dalam ruangan.
Di dalam sana terlihat tubuh Jendra yang terbaring berbagai alat rumah sakit menempel di tubuh nya. Bunyi detak jantung anak itu seperti pengingat jika Jendra masih bertahan di dalam kesakitan nya.
Di samping Jendra, ada Mahen yang tengah menggengam tangan Jendra sembari bergumam kata maaf.
Mahen menunduk dalam, menggengam tangan Jendra. Berharap anak itu segera membuka mata nya. Mahen tak bisa melihat Jendra yang terus-terusan terbaring seperti ini. Detak jantung Jendra dari monitor setiap detik selalu menakuti nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia |Treasure ✔️
Novela Juvenil¡[ Tak ada yang mengasihi mereka, mereka berjuang melawan diri mereka sendiri. Memimpikan sesuatu yang sangat mustahil. Kasih sayang serta kebahagiaan..]¡ ⚠Lokal Au ⚠bukan bxb ©Frajinggadiajeng2