Dua sisi yang berbeda.

281 72 31
                                    

Kalau kalian bosen sama Alur yang ribet dari buku ini, maaf ya.. aku juga lagi usaha buat mamaparin satu persatu masalah dan jalan keluar nya.
Gak maksa sih, tapi setidak nya hargain aku sedikit ya.
Agak sedih aja liat yang nge like semakin nurun.



















Happy reading guys..

🌸🌸🌸🌸


Memangku gitar usang milik nya dahulu, Jendra menatap datar dinding kamar rawat nya. Tangan besar nya menyentuh setiap detail gitar usang yang dulu di belikan kakak nya-Mahen dengan usaha yang tak main-main demi mewujudkan impian nya.

Tanpa sadar kedua mata Jendra memerah, ia tahu betul apa yang kakak nya alami selama ini. Dengan uang yang pas-pas an dia tersenyum sembari mengatakan

"Jendra Kakak punya uang, ayo beli apa yang kamu mau. Jendra mau apa?, ayo"

Padahal saat itu, Jendra yakin jika Mahen tau dengan uang recehan, dan tiga lembar uang lima ribu an tidak akan pernah cukup untuk membelikan Jendra Gitar.

Dan Mahen tetap berusaha, bekerja tanpa tahu waktu walau uang yang di dapat tidak lah sebanyak yang di impikan nya.

Lalu, tangan kanan nya beralih memegang telinga nya. Mengusap benda yang beberapa minggu ini selalu terpasang apik di sana.

Alat bantu pendengaran.

Melepaskan ke dua alat itu dari telinga nya, Jendra memiringkan kepala nya. Kemudian, tangan nya membenarkan letak gitar, tanpa paduan ia mulai memetik senar, memainkan lagu yanh dulu menjadi favorit nya.

Dahi nya menyerit tak suka, tak ada yang terdengar di telinga nya. Tangan nya kembali memetikkan senar gitar tersebut, kali ini lebih cepat.

Masih tak ada yang terdengar satu pun nada yang ia mainkan.

Memejamkan ke dua mata nya, Jendra semakin mempercepat gerakan memetik senar gitar nya dengan harapan semakin cepat ia memainkan gitar nya, semakin besar pula harapan ia dapat mendengar. Walau pun hanya samar.

"Akh!" Pekik Jendra, dengan nafas yang memburu ia menatap jari nya yang terluka karena senar gitar nya yang terputus.

Dengan kondisi seperti ini pun, ia masih belum bisa mendengarkan apapun.

Tak ada satu pun yang dapat ia dengar meski sudah berusaha keras.

Cairan bening itu perlahan mengalir dari sudut mata Jendra. Ada sesak yang tak mampu di tahan, ada luka yang tak mampu ia bagi, dan ada banyak duka yang ia pendam.

Semakin lama, semakin Jendra paham dunia tak akan sekedar berbaik hati untuk orang seperti nya. Dunia tak akan pernah mau menatap orang yang dari lahir berkelimang dengan penderitaan.

Mau seberapa hancur nya diri mu, Dunia tak akan pernah mau mengulurkan pundak nya untuk sekedar di singgahi. Diri mu harus berusaha bangkit meski lagi-lagi harus semakin di jatuhkan. Diri mu harus berusaha tetap berjalan meski di setiap jalan mu di penuhi dengan tangisan. Tak apa, semua orang merasakan nya. Jadi kau tak lagi sendirian.

Jendra, laki-laki kecil yang perlahan kehilangan mimpi nya menjadi salah satu orang dengan kehidupan yang lebih buruk dari perkiraan.

Semakin ia benci dengan dunia, maka semakin parah lagi ia harus membenci diri nya sendiri. Dan semakin ia benci dengan diri nya sendiri, maka ia akan semakin kehilangan diri nya sendiri, semakin kehilangan jati diri nya.

Jendra rasa ini bukan lagi diri nya,

Jendra rasa ini bukan lagi sifat nya,

Jendra rasa semua nya tak lagi indah di pandangan nya.

Kalopsia |Treasure ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang