Lima.

3.8K 561 124
                                    

Pagi ini Jungkook juga Taehyung ternyata sudah sampai di markas. Bagaimana tidak? Jam 3 dini hari mereka di minta untuk datang, ada masalah di perbatasan antara kota foxie juga penduduk di sebelah timur.

Perang saudara itu sudah lama terjadi, foxie bagian timur sudah lama mengajukan diri untuk berpisah dari kedaulatan republik foxie. Sebagai abdi negara, juga tugasnya di bidang militer mewajibkan mereka untuk berdiri di garda depan kala kerusuhan seperti ini terjadi.

Jungkook sudah bersiap, dia telah berjaga juga melakukan banyak hal sejak dini hari tadi. Tak kenal lelah, Jungkook mengurus masalah itu bersama tim nya hingga jam menunjukkan pukul 3 sore, hari mulai sore, keringat yang sudah menyatu dengan debu itu membuat penampilan Jungkook juga seluruh rekan tim tidak karuan.

"Bagaimana?"

Jungkook bertanya pada Taehyung, tidak menjawab, Taehyung hanya menggerakkan dua jempol nya setelah terkena gas air mata. Kakinya luka, Taehyung sempat menerima lemparan batu, tidak parah, namun luka itu lumayan membuatnya kesulitan untuk berjalan.

"Mata mu masih sakit? Ganti dengan yang lain saja, sebaiknya kau beristirahat sejenak."

"Tidak komandan, saya baik baik saja."

Taehyung kembali berdiri, menggenggam senjata yang sudah menjadi bagian hidup nya. Taehyung mulai bergabung kembali dengan kawan kawan nya yang lain. Ini bukan kali pertama, Taehyung dan Jungkook sudah biasa bertugas dalam Medan tempur yang sama.

"Jangan di bagian depan, biar yang lain saja. kau cukup untuk mengawasi di pertahanan belakang."

"Siap komandan."

"Jangan komandan, cukup panggil Jungkook saja."

"Tidak, yang lain menyebut anda sebagai komandan, saya rasa tidak profesional jika menyebut anda dengan nama."

Tidak lagi menjawab, Jungkook hanya tersenyum seraya kembali melakukan tugas tugas nya. Cukup lama, mereka baru bisa bergantian setelah mata hari tenggelam.
Melelahkan, Taehyung duduk bersandar juga meluruskan kakinya. Melepas sesaat atribut nya sebagai seorang tentara, dia melihat kawan kawan yang lain juga baru saja sampai.

"Benar benar melelahkan." Gumam Jimin yang baru saja datang.

Hoseok juga berada di situ. Dia meletakkan semua atributnya lalu meraih sebotol minuman kemasan. "Hari ini melelahkan, 1000 kali lebih melelahkan dari hari hari sebelumnya." Keluh laki laki itu.

Taehyung dan Jimin hanya mengangguk. Memang benar, luka di kakinya adalah bukti jika hari ini mereka semua telah bekerja keras. melawan juga membubarkan paksa pemberontak tidak semudah yang orang lain pikiran.

Taehyung juga rekan setim nya harus melakukan baku tembak, bukan untuk membunuh seseorang yang juga lahir dari negara yang begitu dia cintai. Hanya saja dengan cara itu mereka bisa mengerti, tidak semua yang mereka mau juga pikiran itu benar. Taehyung harus tetap berdiri, untuk mempertahankan kedaulatan negara.

"Sudah di obati?" Jimin memberikan sebotol minuman air mineral ke arah Taehyung seraya melirik luka itu.

Taehyung mengangguk, dia mengiyakan pertanyaan sahabat nya. "Semua baik baik saja."

"Pelipis matamu berdarah, apa kau juga terkenal lemparan batu di situ?"

"Mmmm, jangan khawatir Hobi Hyung, ini hanya luka kecil."

Jimin membawa selembar kasa steril, membuka alkohol yang sempat dia gunakan untuk menyiram luka goresan benda tajam di tangan nya. Membubuhkan itu pada luka yang ada di pelipis mata Taehyung, meringis, rasanya perih. Namun Taehyung sudah biasa mendapatkan tanda mata seperti itu.

APOLLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang