Delapanbelas.

3.4K 472 56
                                    

Jungkook sampai di toko tempat Maudy me laundry mantel itu. Melihat dari luar, ini benar toko laundry. Jungkook turun, dia hendak memastikan apa benar yang Maudy katakan padanya?

"Apa aku bisa turun bersama mu?"

Jungkook menggeleng kecil. "Tidak perlu, duduk saja di mobil untuk menunggu ku. Aku akan mengambil mantel mu lalu membayarnya untuk di bawa saat ini."

"Tapi—"

"Tidak masalah, di luar sepertinya akan hujan. Nanti kau akan terkena flu jika kehujanan."

Jungkook melihat Maudy yang mulai gugup. Seperti ada sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan, Maudy seperti seseorang yang tengah takut jika rahasianya akan terbongkar.

"Katakan padaku, berapa nomer antrian laundry mu? Biar aku mengambilnya dari toko itu."

Melihat Maudy yang masih saja diam, Jungkook tentu merasa aneh. "Kenapa diam? Apa ada karcis laundry nya?"

"Tidak ada, antrian ku di nomer 9"

"Oke, lalu? Atas nama mu kan?"

"Y—ya, atas nama ku."

Jungkook turun dari mobilnya. Berjalan menghampiri toko laundry yang sejak tadi dia tuju, lalu memasuki toko itu untuk bertemu dengan salah satu pegawainya.

Meninggalkan Maudy, gadis itu meremat celananya karena rasa gugup. Menanti apa yang Jungkook lakukan, Maudy memilih untuk menelpon seseorang di dalam mobil sana.

Sedangkan Jungkook, dia muai merasa kebingungan. Nomer antrian bahkan pelaundry atas nama Maudy tidak di temukan di toko ini. Sedangkan, dengan jelas, Maudy mengatakan dia me laundry mantel itu di toko ini, bahkan gadis itu sendiri yang menunjukkan jalan nya pada Jungkook.

"Apa tidak bisa di pastikan sekali lagi? Jika memang mantel yang saya maksud tidak ada di sini?"

"Tentu pak, kami sudah mencari nya lebih dari 3 kali. Bahkan, jika di lihat dari merk mantel yang anda cari, pihak kami tidak mungkin me laundry mantel tersebut lebih dari 2 hari. Benar benar tidak ada pelaundry atas nama nyonya Maudy di sini."

"Baiklah, terimakasih banyak atas bantuan anda. Maaf mengganggu waktu kerja mu."

Pegawai tadi tersenyum saat membalas senyuman Jungkook. Laki laki itu keluar dari sana dengan tangan kosong. Tidak ada benda yang dia cari di sini, berarti benar, sejak awal, Maudy tengah membohongi Jungkook.

Sampai pada mobilnya, Jungkook membuka pintu mobil itu seraya duduk di dalam sana. Melirik perlahan, Maudy kini tampak diam dengan mulut yang terkunci rapat.

"Kenapa kau berbohong padaku?"

Deg, deg, deg, deg.

Maudy gugup, di bingung harus mencari alasan seperti apa lagi. Jika benar, mantel itu tidak ada padanya, tepat setelah hari kejadian peneroran Taehyung.

"A—aku, aku sungguh me laundry nya di toko ini. Mungkin mereka lalai hingga menghilangkan mantel ku kan? Biar aku yang bicara. Tunggu—"

"Cukup!"

Suara lantang Jungkook membuat tubuh gadis itu tersentak. Terkejut, Maudy menatap mata Jungkook yang sudah menyala dengan kemarahan yang terpendam.

"Cukup kau membohongi ku, kau pikir aku ini bodoh? Astaga, Maudy kau membuat ku terlihat begitu tolol saat ini."

"J—jungkook, ak—"

"Diam, jangan bicara saat aku tidak memintanya. Kau yang melakukan peneroran bom di rumah Taehyung kan? Katakan saja, kumohon jangan beralasan lagi karena semua bukti mengarah padamu."

APOLLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang