Nunggu lama ya? Sorry.
***
Jennie termenung di tribun lapangan basket outdoor. Suasana istirahat yang ramai di daerah koridor tak sedikit pun mengusik ketermenungan nya. Ia menghela nafas, masih berpikir tentang ucapan Taehyung tadi pagi. Ia ... sedikit ragu-ah ralat, sangat ragu. Sosok Taehyung yang selama ini ia puja secara diam-diam itu malah mengatakan hal yang tak terduga bagi Jennie. Gadis itu sebenarnya sangat senang, ingin rasanya memeluk lelaki itu tadi. Tapi ia masih tak yakin.
Rentetan kejadian yang selama ini dirinya dan Taehyung alami berputar di otaknya, ia mengernyit saat ingatan nya sedikit terfokus pada satu objek. Sebelum ia memasuki apartemen Taehyung waktu itu, ia melupakan satu hal yang janggal. Ia merasa ada yang mengikuti nya, lalu saat ia menoleh ke belakang, hanya ada suasana sepi lorong apartemen.
Waktu itu Jennie berpikir bahwa ia hanya berhalunasi, lebih tepatnya terlalu penakut. Tapi ia merasakan sendiri kalau ada seseorang yang memotretnya sebelum dipersilahkan masuk oleh Taehyung ke pintu apartemen lelaki tersebut.
Jennie menopang dagu, dahi nya semakin mengerut tanda ia sedang berpikir keras. "Agak aneh sih. Apalagi waktu itu Yerin sama sekali gak keliatan setelah gue masuk kolam."
Jennie sedikit tersentak, lalu menggeleng kuat atas spekulasi yang tercipta di otaknya. Ia menghembuskan nafas lalu menghirup udara dengan sebanyak-banyaknya. Yerin bukanlah orang yang tega menusuk nya dari belakang, apalagi dilihat sedari dulu, keluarga Yerin termasuk keluarga harmonis serta tak mendapat pandangan jelek dari siapapun. Yerin tumbuh dengan penuh kasih sayang, dan juga harta. Maka dari itu, Jennie harus meyakinkan diri jika sahabatnya itu tak mungkin berlaku macam-macam dengannya.
Jennie harus yakin itu.
Iya. Harus yakin.
**
"Gue udah confess ke Jennie,"
Taehyung membuka pembicaraan di ruang kosong bekas gudang sekolah. Mata indahnya menatap seluruh temannya yang sekarang melongo tak percaya. Tapi sedetik kemudian mereka mengubah ekspresi mereka dengan tawa yang menggelegar, memenuhi ruangan tersebut.
Taehyung berdecak.
"KAN! KE MAKAN OMONGAN LO SENDIRI!" Baekhyun paling heboh, menunjuk Taehyung yang sekarang mengulum bibirnya malu. "Makanya jangan sok - sok an bilang kalo Jennie bukan tipe lo. Kena bully kan sama kita jadinya."
Mingyu mengangguk setuju, "tapi dia terima lo?"
Taehyung mengangkat bahu, "keknya dia masih kaget, secara gue yang ganteng gini bisa - bisanya kecantol sama dia."
Kai tertawa mendengarnya, "masih juga cakepan pantat panci emak gue daripada lo, Tae."
"Tapi, kalian ngerasa gak sih?" Mingyu membuka suara lagi, menatap lurus pada Taehyung yang sedang membuka sebungkus coklat batang yang sempat dia beli di kantin.
"Apa?"
"Kalian beneran ga ngerasa?" Mingyu menatap seluruh temannya, lalu diam menatap Jimin yang mengangkat alis seraya balas menatapnya. "Jimin juga lagi deket sama Yerin lho."
Jimin melotot, dia menggeleng cepat. "Apa - apaan lo? Gue gak pernah deket sama cewek TK itu,"
June mengerjap, "huh? Cewek TK?"
"Ya, kalian liat aja. Udah SMA masih pake bando, terus di poni. Udah gitu tas, gelang, jam, bando, sampe sepatu sama botol minumnya aja warna pink. Kek bocah tau ga?"
Mingyu terkekeh, "kalo bocah, berarti dia imut kan?"
Jimin berdecih, "lo kali yang deket sama dia, tadi pagi gue liat lo ke kelas Yerin minta minum ke dia kan?"
"Iya, cuma sekedar minta minum karna gue haus." balas Mingyu dengan seadanya. Dia menyenderkan tubuh pada kursi usang yang mulai berdebu. "Tapi Jim, menurut gue lo deketin aja Yerin. Biar nanti lo double date sama Taehyung - Jennie."
"Lo kenapa sih?" Jimin berdiri, sudah pusing dengan segala ucapan yang di lontarkan Mingyu. "Gue tekankan sekali lagi sama lo, Ming." Jimin menghela nafas, menatap sebal pada Mingyu yang sekarang tersenyum tipis. "Gue gak pernah ada niatan buat deket sama Yerin, dia cewek ribet dan juga terlalu obsesi terhadap sesuatu. Gue gak akan pernah suka sama cewek yang kayak gitu."
Mingyu tertawa senang saat Jimin meninggalkan ruangan tersebut, membuat semua temannya bergidik ngeri seraya mengusap belakang leher masing-masing. "Kalian liat ga ekspresi Jimin?"
Taehyung menghembuskan nafas, "lo jangan kayak gitu lah sama dia, Ming. Jimin gamau di usik orangnya, apalagi dengan tuduhan ga jelas lo itu."
"Tuduhan ga jelas?" Mingyu mengangkat sebelah alisnya. "Gue bahkan punya bukti nyata kalo Jimin sama Yerin itu deket, Tae."
Taehyung beranjak, "kalo lo cemburu, mending langsung kejar ceweknya. Jangan malah nuduh temen lo sendiri."
**
"Jennie!"
Jennie menoleh, menatap Yerin yang sedang berlari kecil menghampiri nya. Gadis manis itu membawa sekotak makan siang serta tak lupa ada beberapa cemilan yang ia beli di kantin tadi. Kedua tangannya terangkat sebatas wajah Jennie. Senyuman manisnya tercipta dengan sempurna, "gue mau ngajak lo makan, mau ya?"
Jennie mengangguk antusias. Mereka berdua lalu berjalan menuju taman belakang sekolah, tempat yang cocok untuk menenangkan diri dan juga untuk kabur dari jam mata pelajaran yang tak disukai. Yerin duduk terlebih dahulu di kursi panjang kayu itu, ia meletakkan makannya dan tersenyum tipis pada Jennie.
"Maaf ya dari kemarin gue gak ngobrol sama lo, bisa dibilang ... gue ada masalah kecil, jadi bikin mood gue ga bagus." Yerin mengusap bahu Jennie dengan lembut. Jennie mengangguk, "gue ngerti kok, tapi kalo gitu lo harus mau cerita sama gue, Rin. Gue khawatir dari kemarin lo ngehindar terus, gue kira lo gamau lagi temenan sama gue."
Yerin menggeleng, "gue mau kok temenan sama lo. Cuma maaf ya kemarin emang pikiran gue lagi kacau banget." Yerin tersenyum malu, "makanya hari ini gue bikinin lo nasi goreng kimchi buatan chef Yerin!"
Jennie bertepuk tangan kecil, ia menatap kotak bekal yang Yerin buka lalu ia sodorkan padanya. Jennie berterimakasih pada Yerin, sudah lama ia tak makan masakan buatan sahabatnya tersebut. Terlebih lagi nasi goreng kimchi buatan Yerin ini benar - benar favorit nya sejak dulu. Perlahan ia menyuapkan nasi goreng itu kedalam mulutnya.
"Enak bangett!" Jennie berkata dengan senang, ia mengerakkan kakinya sebagai bukti betapa lezatnya masakan Yerin. Gadis berponi itu terkekeh melihat reaksi Jennie. "Gue selalu heran sama lo, padahal masakan lo lebih enak daripada gue. Kenapa malah lo suka banget masakan gue?"
Jennie merenggut, "intinya masakan lo ga tergantikan, Yerin."
Yerin tertawa, ia sangat terhibur dengan wajah sebal dari Jennie. "Hubungan lo sama Taehyung gimana?"
Pertanyaan mendadak dari Yerin membuat gadis itu tersedak, ia terbatuk pelan lalu dengan cepat menyambar botol milik Yerin yang berisi air putih. Jennie meringis pelan, rasa terbakar di hidungnya terasa sangat mengganggu. Ia menatap Yerin yang menunjukkan wajah khawatir padanya.
"Lo gapapa kan?" Yerin bertanya dengan pelan. "Maaf kalo pertanyaan itu bikin lo kaget." Yerin menunduk dalam, menyesali perbuatan nya yang membuat Jennie tersedak.
Jennie mengusap pelan tangan Yerin. "Gue gapapa, bukan salah lo juga kok. Ini gue yang ga hati - hati makannya." gadis itu mengulas senyum lebar, berusaha menenangkan Yerin yang sekarang sudah kembali mendongak dan menatapnya. "Soal gue sama Taehyung ... tadi pagi dia ngomong perasaan nya ke gue."
Yerin mengerjap, "di-dia suka sama lo?"
Jennie mengangguk pelan, "iya, gue juga ga percaya, Rin. Makanya gue cuma bisa diem aja tadi pagi. Karena gimana mungkin seorang Taehyung bisa suka sama cewek kayak gue? Apalagi dari dulu Taehyung nolong gue cuma karena peduli sesama manusia. Dia ga bener - bener tulus nolong gue."
Yerin tersenyum tipis. Senyuman yang jika dilihat dengan jelas seperti menyeringai.
Jennie tak menyadari itu.
**
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
THANK YOU, TAE!
Teen Fiction"Pertemuan kita adalah kutukan. Kalimat sapamu adalah kesalahan dan kita tak seharusnya lagi di suarakan." By taaberrychu Original story 2020© Started : 21-02-2020 Finished : 10-04-2022 Soundtrack : Into you - Ariana Grande